Sabtu, 31 Oktober 2009

SELAPUT HYMEN



Tipe Selaput Dara ( Hymen )

SETIAP manusia memang dilahirkan berbeda. Perbedaan itu tampak nyata dan mudah ditemukan dari banyak hal, mulai dari jenis kelamin, wajah, hingga hal-hal yang tersembunyi sekalipun.

Berbicara mengenai perbedaan dari hal tersembunyi, organ reproduksi adalah salah satu di antaranya. Pria dan wanita jelas berbeda baik dari bentuk dan fungsi organ reproduksinya. Pada wanita, perbedaan itu pun masih dapat dilihat hingga ke salah satu bagian luar dari organ genital yakni selaput dara.

Rasanya, masih sangat kental dalam budaya masyarakat kita bahwa selaput dara adalah salah satu penanda keperawanan atau virginitas seorang wanita. Yang patut disayangkan, kesalahan serta kurangnya informasi akurat mengenai bagian organ genital wanita ini masih sering terjadi dan kerap kali merugikan posisi para Kaum Hawa.

Salah satu informasi yang sering keliru atau bahkan tak banyak orang tahu adalah bentuk selaput dara wanita yang tidak seragam atau sama bentuknya. Dengan mengetahui fakta bahwa bentuk selaput dara bervariasi diharapkan dapat mengubah persepsi serta meluruskan anggapan yang salah tentang organ kewanitaan ini.

Seperti dituturkan pakar Obstetrik Ginekologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Suryono Slamet Iman Santoso, SpOG, selaput dara wanita memang berlainan dan memiliki lubang atau pori yang bentuknya bervariasi. Derajat kelembutan dan fleksibilitas selaput yang juga disebut "hymen" ini pun berbeda-beda.

"Selaput dara ini mempunyai banyak bentuk, mulai dari bentuk annular, ada yang bersepta-septa dan ada juga yang cibriformis atau berlubang-lubang. Karena bentuknya selaput, pendarahan pada bagian ini biasanya sedikit. Nah, inilah yang biasa suka mengeluarkan darah saat melakukan seks pertama. Tapi belum tentu semua wanita akan begitu," ungkap dr Suryono dalam talkshow "Seksualitas di Indonesia : Tabu atau Perlu?" di Jakarta, Kamis (10/7) lalu .

Dokter yang juga menjabat Ketua Perkumpulan Obstetrik Ginekologi Indonesia (POGI) ini menjelaskan, bila seorang wanita memiliki bentuk selaput annular yang wujudnya sangat tipis, maka kemungkinan besar ia tidak akan mengalami pendarahan sama sekali pada saat hubungan seks pertamakali. Dengan fakta ini pula, sebagian dari mitos tentang darah keperawanan sebenarnya dapat diluruskan.

Selain jenis yang tipis dan berlubang, ada pula wanita yang bagian selaputnya tidak memiliki lubang sama sekali atau juga disebut "impervorate hymen". Jenis ini adalah suatu kelainan genetika dan seorang wanita biasanya akan kesulitan saat memasuki masa menstruasi.

"Ini adalah kelainan kongenital atau bawaan sejak lahir. Akibatnya seorang wanita tidak menstruasi dalam jangka waktu lama, padahal ia sebenarnya haid tapi darahnya tertahan di dalam vagina dan bisa menimbulkan tumor. Angka kejadiannya di Indonesia cukup banyak ," ungkap dr Suryono.

Setelah seorang perempuan mengalami menstruasi yang pertama kali, lubang pada selaput dara dapat bertambah lebar. Namun yang pasti, setelah robek atau terkoyak selaput dara tidak dapat dikembalikan menjadi utuh seperti semula.

Dr Suryono menekankan meskipun ada dokter ahli yang mengklaim dapat memulihan atau memperbaiki selaput dara, hal itu sebenarnya dilakukan demi memulihkan truma mental dan psikologis pasien saja.

"Karena sangat tipis dan tidak ada pembuluh darahnya, selaput dara tidak bisa direpair. Jadi tak bisa dikembalikan lagi menjadi perawan," ujarnya.

Kalaupun dilakukan tindakan operasi, kata Dr Suryono, tentu selaput daranya tidak diperbaiki. Dokter biasanya hanya melakukan tindakan seperlunya hanya untuk meyakinkan dan mengembalikan kepercayaan diri pasien.

"Sebetulnya bila semua orang sudah memiliki pemahaman tentang selaput dara, operasi memang sama sekali tidak diperlukan," tandasnya.

Tipe Hymen berdasarkan bentuk :
Annular hymen; selaput melingkari lubang vagina.


Septate hymen; selaput yang ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka.


Cibriform hymen; selaput ini juga ditandai beberapa lubang yang terbuka, tapi lebih kecil clan jumlahnya lebih banyak.


Introitus : Pada perempuan yang sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual, bisa saja lubang selaputnya membesar. Namun masih menyisakan jaringan selaput dara.



Dari buku "Masters and Johnson on Sex and Human Loving" Halaman 34.
Copyright 1982,1985, 1986, By William H. Masters, M.D.,
Virginia E. Johnson, and Robert C. Kolodny



DI beberapa budaya dan masyarakat di berbagai belahan dunia ini, selaput dara atau hymen merupakan simbol keperawanan yang dipersyaratkan bagi perempuan yang belum menikah.

Oleh karenanya, selaput dara seringkali menjadi topik pembicaraan yang hangat dan menimbulkan pro-kontra. Sayangnya, pembicaraan mengenai selaput dara dan keperawanan ini seringkali tidak disertai dengan pemahaman yang benar karena masih sangat terpaku pada mitos-mitos.

Berikut adalah beberapa mitos mengenai selaput dara :

Mitos: setiap perempuan dilahirkan dengan memiliki selaput dara.

Fakta: ternyata tidak. Tidak semua perempuan lahir dengan selaput dara pada vaginanya. Penelitian menunjukkan bahwa beberapa bayi perempuan lahir tanpa selaput dara.

Mitos: selaput dara bentuknya sama pada setiap perempuan, seperti selaput tipis tanpa lubang.
Fakta: salah besar. Seperti juga manusia memiliki wajah yang berbeda, demikian juga selaput dara. Selaput dara memiliki lubang atau pori yang bentuknya bervariasi. Lubang pada selaput dara dapat bertambah lebar setelah seorang perempuan mengalami menstruasi yang pertama kali.

Mitos: operasi pemulihan selaput dara sangat diperlukan bagi perempuan yang akan menikah tetapi selaput daranya sudah tidak utuh lagi.

Fakta: operasi pemulihan selaput dara memang selalu menimbulkan pro dan kontra. Sebetulnya apabila semua orang sudah memiliki pemahaman tentang selaput dara seperti yang dijelaskan di atas, operasi sama sekali tidak diperlukan.

Keperawanan seseorang tidak dapat ditentukan oleh adanya perdarahan pada malam pengantin. Operasi selaput dara termasuk operasi yang sangat sederhana. jadi kalau yang dibutuhkan hanya selaput dara yang "utuh" dan bisa mengeluarkan darah, siapa saja (perempuan tentunya) bisa menjalani operasi itu sehingga kembali menjadi "perawan". Dalam hal ini tentunya terjadi "penipuan" terhadap laki-laki yang menjadi suaminya.

Mitos keluarnya darah pada malam pertama sepertinya masih menjadi ritual sakral yang bisa menentukan tinggi rendahnya martabat seorang perempuan. Tak heran bila bedah selaput dara (hymenoplasti) diminati.

Hymenoplasti, menurut Prof Dr Alex Pangkahila, SpAnd, adalah operasi yang dilakukan oleh dokter untuk merestorasi selaput dara (hymen) agar kembali utuh. Fenomena maraknya hymenoplasti yang dilakukan para perempuan, imbuh Alex, menegaskan masih kuatnya mitos pentingnya keperawanan sebelum menikah.

"Masih banyak perempuan yang takut dianggap tidak suci karena sudah tidak perawan. Padahal robeknya selaput dara tidak selalu karena hubungan seks, bisa saja karena perkosaan atau trauma akibat jatuh atau kecelakaan," tutur seksolog dari Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana ini.

Faktanya secara medis, robeknya selaput dara tidak selalu ditandai dengan keluarnya darah. "Hymen itu sifatnya sangat elastis dan tidak tertutup semua," kata Alex.

Senada dengan Alex, dr Dwiana Ocviyanti, SpOG menjelaskan betapa fleksibelnya selaput dara. "Selaput dara itu bukan seperti beduk yang akan pecah bila ditusuk. Bentuknya bisa halus seperti renda atau seperti cincin dan baru benar-benar robek bila seseorang sudah melahirkan bayi secara normal," ujar dokter Ovi.

Itu sebabnya, Alex tidak menganjurkan dilakukannya bedah selaput dara. "Menurut saya itu adalah penipuan. Buat apa hymen dibuat utuh, padahal sebenarnya ia sudah melakukan hubungan," tuturnya. Lagi pula, imbuhnya, hymenoplasti sama sekali tidak ada kaitannya dengan kepuasan seksual.

Selain perempuan yang belum menikah, hymenoplasti ternyata juga diminati oleh ibu-ibu yang berniat menyenangkan suaminya. "Utuh tidaknya selaput dara tak menentukan kualitas seks. Justru bila dioperasi selaput dara jadi sempit dan kaku," tutur Alex.

Untuk meningkatkan elastisitas hymen, Alex menyarankan pentingnya melatih otot dasar panggul. "Kalau kualitas otot dasar panggulnya bagus, jepitannya juga bagus. Jadi buat apa buang-buang uang dengan melakukan operasi," ujar Alex.

OPERASI SELAPUT DARA (HYMENOPLASTY)


Mitos keluarnya darah saat malam pertama masih dijadikan ritual sakral yang akan menentukan harga diri seorang perempuan. Masih tertanamnya keyakinan akan keperawanan yang di identikkan dengan sobeknya selaput dara (Hymen) yang kemudian di barengi dengan keluarnya darah saat bersenggama pertama kali membuat nilai selaput dara sangat diagungkan. Hal ini dilatar belakangi masih rendahnya pengetahuan seksualitas yang dimiliki oleh masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia.
Rasanya, masih sangat kental dalam budaya masyarakat kita bahwa selaput dara adalah salah satu penanda keperawanan atau virginitas seorang wanita. Yang patut disayangkan, kesalahan serta kurangnya informasi akurat mengenai bagian organ genital wanita ini masih sering terjadi dan kerap kali merugikan posisi para Kaum Hawa. Salah satu informasi yang sering keliru atau bahkan tak banyak orang tahu adalah bentuk selaput dara wanita memang berlainan dan memiliki lubang atau pori yang bentuknya bervariasi bahkan derajat kelembutan dan fleksibilitasnya pun berbeda-beda. Dengan mengetahui fakta bahwa bentuk selaput dara bervariasi diharapkan dapat mengubah persepsi serta meluruskan anggapan yang salah tentang organ kewanitaan ini.Selaput dara ini mempunyai banyak bentuk diantaranya selaput melingkari lubang vagina (annular hymen), dan selaput yang ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka (septae hymen). Selain itu ada juga selaput yang ditandai beberapa lubang terbuka, tapi lebih kecil dan jumlahnya lebih banyak (cibriform hymen). Karena bentuknya selaput, pendarahan pada bagian ini biasanya sedikit. Nah, inilah yang biasa suka mengeluarkan darah saat melakukan seks pertama. Tapi belum tentu semua wanita akan begitu. Bila seorang wanita memiliki bentuk selaput annular yang wujudnya sangat tipis, maka kemungkinan besar ia tidak akan mengalami pendarahan sama sekali pada saat hubungan seks pertama kali. Dengan fakta ini pula, sebagian dari mitos tentang darah keperawanan sebenarnya dapat diluruskan. Pada perempuan yang sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual , bisa saja lubang selaputnya membesar namun masih menyisakan jaringan selaput dara (introitus).

Keterangan Gambar :
Jenis selaput dara berdasarkan bentuknya.
Dari kiri ke kanan : Annular, Septate, Cibriform, Introitus.
Selain jenis yang tipis dan berlubang, ada pula wanita yang bagian selaputnya tidak memiliki lubang sama sekali atau juga disebut “impervorate hymen”. Jenis ini adalah suatu kelainan genetika dan seorang wanita biasanya akan kesulitan saat memasuki masa menstruasi. Ini adalah kelainan kongenital atau bawaan sejak lahir. Akibatnya seorang wanita tidak menstruasi dalam jangka waktu lama, padahal ia sebenarnya haid tapi darahnya tertahan di dalam vagina dan bisa menimbulkan tumor. Setelah seorang perempuan mengalami menstruasi yang pertama kali, lubang pada selaput dara dapat bertambah lebar. Namun yang pasti, setelah robek atau terkoyak selaput dara tidak dapat dikembalikan menjadi utuh seperti semula. Meskipun telah ada operasi yang mengklaim dapat memperbaiki selaput dara hal itu sebenarnya dilakukan demi memulihkan trauma mental dan psikologis pasien saja.
Operasi perbaikan selaput dara atau dalam istilah medis di sebut hymenoplasty bertujuan menyatukan kembali selaput dara yang telah robek, tapi meski diperbaiki selaput dara yang telah mengalami operasi tidak akan sama dengan yang masih utuh karena selaput dara adalah jaringan tipis yang relatif avaskuler ( sedikit mengandung pembuluh darah ). Meskipun banyak peminatnya, seharusnya operasi selaput dara ini hanya dilakukan atas indikasi yang jelas misalnya pada korban perkosaan, trauma akibat kecelakaan, atau akibat tindakan operasi yang perlu dilakukan namun dapat merusak selaput dara.
Lama dan tehnik operasi tidak sama antara satu pasien dengan pasien yang lain, hal ini tergantung dari jenis robekan yang ada. Apabila robekan baru terjadi dan hanya pada satu tempat, sedangkan selaput dara sisanya masih utuh operasi biasanya hanya memakan waktu sekitar 10-20 menit. Lain halnya bila selaput dara tersisa sangat sedikit memerlukan waktu lebih lama yaitu antara setengah sampai satu jam. Tehnik yang dibutuhkan akan semakin rumit bila robeknya selaput dara sudah lama dan di beberapa tempat. Kemungkinan tersambung dengan sempurna pun menjadi kecil. Selanjutnya bila diinginkan juga seperti mengalami keluar darah pada “malam pertama”, maka akan ditanamkan kapsul gelatine berisi semacam darah buatan yang akan pecah setelah melakukan senggama. Hal itu dilakukan terutama di luar negeri. Jenis bius yang di berikan juga tergantung jenis operasi yang dilakukan. Jika sederhana bisa dilakukan bius lokal sedangkan yang sulit diperlukan bius regional.
Tidak seperti operasi lain, hymenoplasty mengundang kontroversi dari banyak kalangan. Dalam beberapa kasus, operasi tersebut dianggap sangat membantu psikis korban perkosaan namun disisi lain di pandang sebagai bentuk penipuan dalam rumah tangga. Lagipula selaput dara yang utuh sama sekali tidak ada kaitannya dengan kepuasan seksual.

Sekali lagi, selaput dara bukanlah segala-galanya dalam berumah tangga. Perkawinan akan sangat bahagia bila masing-masing pihak mau menerima keadaan pasangan apa adanya. Kalaupun ada masa lalu yang buruk jadikan itu hanya sebagai lembaran yang harus ditutup dan kemudian memandang perkawinan sebagai lembaran baru untuk diisi bersama-sama.

Kamis, 29 Oktober 2009

PROMOSI KESEHATAN


AKBID SARI MULIA

MAKALAH
PERUBAHAN PRILAKU
SETELAH PROMOSI KESEHATAN







DISUSUN OLEH :
1. Dwi Rhaudatun Naimah (S.08.)
2. Kartika Dewi (S.O8.355)
3. Norhayati (S.08.366)
4. Sali Marcalina(S.08.)
5. Yulia(S.08.388)

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA
BANJARMASIN
2008 / 2009







KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan yang berjudul “Perubahan prilaku setelah promosi kesehatan”.
Dalam pembuatan karya tulis ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Guru-guru dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga dengan selesainya tugas ini dapat bermanfat bagi pembaca dan teman-teman. “amin”


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.
Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO, 1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
2. Rumusan Masalah
 PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU
 BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU
 STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU
 KOMUNIKASI PERUBAHAN PRILAKU
 PERILAKU MASYARAKAT SEHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN


BAB II
TINJAUAN TEORI

PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu kelompok, atau masyarakat (Blum;1974). Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Intervensi terhadap faktor perilaku, secara garis besar dapat dilakukan melalui 2 upaya yang saling bertentangan yaitu;
1. Tekanan (enforcement)

Upaya enforcement ini bisa dalam bentuk undang-undang atau peraturan-peraturan (Law enforcement), instruksi-instruksi, tekanan-tekanan (fisik atau non-fisik), sanksi-sanksi dsb. Pendekatan atau cara ini biasanya menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku. Tetapi pada umumnya perubahan atau perilaku ini tidak langgeng (sutainable), karena perubahan perilaku yang dihasilkan dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan.
2. Pendidikan (education)
Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dsb melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan. Dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama dibandingkan dengan cara koersif (memaksa). Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat maka akan langgeng bahkan selama hidup dilakukan.

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence green (1980), menurut Green perilaku dipengaruhi 3 faktor utama yaitu;
1. Faktor Predisposisi
2. Faktor Pemungkin/ Enambling
3. Faktor Penguat / Reinforcing

Dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas.



BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU

Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi 3 yaitu
1. Perubahan Alamiah (natural change)
Perilaku manusia selalu berubah. sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Misalnya Bu Ani apabila sakit kepala membuat ramuan daun-daunan yang ada dikebunnya. Tapi karena perubahan kebutuhan hidup, maka daun-daunan untuk obat tersebut diganti dengan tanaman-tanamn untuk bahan makanan. Maka ketika ia sakit, dengan tidak berpikir panjang lebar lagi bu Ani berganti minum jamu buatan pabrik yang dapat dibeli diwarung.
2. Perubahan Terencana (planned change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek misalnya pak Anwar adalah perokok berat. Karena pada suatu saat ia terserang batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk mengurangi merokok sedikit demi sedikit dan akhirnya berhenti.
3. Ketersediaan untuk berubah (readdiness change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat , maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU

Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan prilaku oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri.
2. Pemberian informasi
Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan meninbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Perubahan prilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersipat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan).
3. Diskusi partisipasi
Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua yang dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktip berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap juga bahkan merupakan referensi perilaku orang lain. Cara ini akan memakan waktu lebih lama dari cara yang kedua, dan jauh lebih baik dengan cara yang pertama.

Komunikasi Perubahan Perilaku untuk Promosi Kesehatan

Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengembangkan kapasitas jaringan, KuIS membuka kesempatan bagi mitra lokal yang termasuk jaringan koalisi untuk mengajukan proposal program komunikasi perubahan perilaku untuk meningkatkan kesehatan di wilayah masing-masing. Setelah melalui proses seleksi, dari 60 proposal yang diajukan terpilih 15 program untuk didanai melalui skema small grant dari USAID.

Ke- 15 program komunikasi yang terpilih berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular, kesehatan reproduksi, serta sanitasi dan kesehatan lingkungan, sebagai berikut:

• Program penanggulangan penyakit TBC diusulkan di Kabupaten Bima, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bandung, Kota Mataram, Jakarta dan Nias. Dalam program ini mitra KuIS melaksanakan kegiatan penjangkauan dan pemeriksaan suspect, pelatihan kader, serta pendampingan pasien dalam menjalani pengobatan. Melalui kerjasama ini, sedikitnya ditemukan 210 kasus TBC baru setelah dilakukan penyuluhan, penjangkauan dan pemeriksaan terhadap suspect diberbagai daerah. Sebagian besar dari mereka masih menjalani pengobatan dengan DOTS dan didampingi oleh para PMO (Pengawas Minum Obat) terlatih.

• Program peningkatan kesehatan reproduksi di propinsi Sumatera Utara, terutama di Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, dan Kota Medan. Kini, di Kabupaten Langkat sudah terbentuk jaringan kesehatan keluarga yang memiliki 887 anggota. Mereka telah dilatih dan terus didampingi oleh para relawan dari koalisi lokal untuk melaksanakan perannya sebagai kader.

• Program sanitasi dam kesehatan lingkungan di Kabupaten Dairi (Sumatera Utara) dan Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat). Program ini berhasil mendorong masyarakat Dairi untuk melaksanakan gotong-royong dan mengumpulkan iuran untuk membuat alat penyaringan air, sumur dan septic tank. Sedangkan di Kota Mataram, kini telah terbentuk kelompok kerja untuk perbaikan kondisi kesehatan lingkungan di tiga desa.

PERILAKU MASYARAKAT SEHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN

Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitmya tersebut. tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut:
1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Alasannya bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun symptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas didalam hidup dan kehidupannya. Alasan lain yang sering kita dengar adalah pasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsip dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit dan takut biaya.
2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti yang telah diuraikan. alasan tambah dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasr pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapan mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.
3. Mencari pengobatan kepasilitas-pasilitas pengobatan tradisional(traditional remedy). Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan lain. Dukun (bermacam-macam dukun) yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada ditengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima olah masyarakat dari pada dokter, mantri, bidan, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, juga oengobatan yang dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka.
4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung –warung obat dan sejenisnya termasuk ketukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah serius.
5. Mencari pengobatan kepasilitas-pasilitas pengobatan modern yang diadakan pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit.
6. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik (private medicine).

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan.
Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas.
2. Saran
Sebaiknya kita berpartisipasi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses.

Daftar Pustaka
World Health Organization (WHO). Environmental Health. Disitasi dari : http://www.WHO.int. Last Update : Januari 2008
Departemen Kesehatan Repubik Indonesia.. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.
http://id.wikipedia.org/wiki/promosi kesehatan, diakses tanggal 25 September 2008
Iqi, Iqbal, 2008, Promosi Kesehatan, dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com, diakses tanggal 15 Oktober 2008.
Kapalawi, Irwandi, 2007, Tantangan Bidang Promosi Kesehatan Dewasa Ini, dalam Irwandykapalawi.wordpress.com, diakses tanggal 25 September 2008.
Tawi, Mirzal, 2008, Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan, diambil dari http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/pemberdayaan-masyarakat-dalam-promkes, diakses tanggal 15 Oktober 2008
Taylor, Shelley E., 2003, Health Psychology, 5th edition, New York: McGraw Hill.
WHO, 1986, The Ottawa Charter for Health Promotion, Geneva: WHO, dari http://www.who.int/health promotion/conferences/previous/ottawa/en/, diakses tanggal 25 September 2008.
WHO, 1998, Health Promotion Glossary, Geneva: WHO.

PERUBAHAN PRILAKU SETELAH PROMOSI KESEHATAN

MAKALAH PERUBAHAN PRILAKU SETELAH PROMOSI KESEHATAN 
 DISUSUN OLEH :
1. Dwi Rhaudatun Naimah (S.08.) 
2. Kartika Dewi (S.O8.355) 
3. Norhayati (S.08.366)
4. Sali Marcalina(S.08.) 
5. Yulia(S.08.388) 

AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN 
2008 / 2009 

KATA PENGANTAR 
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat ALLAH SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan yang berjudul “Perubahan prilaku setelah promosi kesehatan”. Dalam pembuatan karya tulis ini, kami mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Guru-guru dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan semoga dengan selesainya tugas ini dapat bermanfat bagi pembaca dan teman-teman. “amin” 

BAB I PENDAHULUAN 
1. Latar Belakang 
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka. Untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO, 1986). Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003). 
2. Rumusan Masalah 
 PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU 
 BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU 
 STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU 
 KOMUNIKASI PERUBAHAN PRILAKU 
 PERILAKU MASYARAKAT SEHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN 

BAB II TINJAUAN TEORI 
PROMOSI KESEHATAN DAN PERILAKU 
        Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu kelompok, atau masyarakat (Blum;1974). Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Intervensi terhadap faktor perilaku, secara garis besar dapat dilakukan melalui 2 upaya yang saling bertentangan yaitu; 
1. Tekanan (enforcement) Upaya enforcement ini bisa dalam bentuk undang-undang atau peraturan-peraturan (Law enforcement), instruksi-instruksi, tekanan-tekanan (fisik atau non-fisik), sanksi-sanksi dsb. Pendekatan atau cara ini biasanya menimbulkan dampak yang lebih cepat terhadap perubahan perilaku. Tetapi pada umumnya perubahan atau perilaku ini tidak langgeng (sutainable), karena perubahan perilaku yang dihasilkan dengan cara ini tidak didasari oleh pengertian dan kesadaran yang tinggi terhadap tujuan perilaku tersebut dilaksanakan. 
2. Pendidikan (education) Upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi, memberikan kesadaran, dsb melalui kegiatan yang disebut pendidikan atau promosi kesehatan. Dampak yang timbul dari cara ini terhadap perubahan perilaku masyarakat akan memakan waktu lama dibandingkan dengan cara koersif (memaksa). Namun demikian bila perilaku tersebut berhasil diadopsi masyarakat maka akan langgeng bahkan selama hidup dilakukan. Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence green (1980), menurut Green perilaku dipengaruhi 
3 faktor utama yaitu; 
1). Faktor Predisposisi 
2). Faktor Pemungkin/ Enambling 
3). Faktor Penguat / Reinforcing 
       Dari segi biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. 

BENTUK-BENTUK PERUBAHAN PERILAKU 
          Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Menurut WHO perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi 3 yaitu 
1. Perubahan Alamiah (natural change) Perilaku manusia selalu berubah. sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Misalnya Bu Ani apabila sakit kepala membuat ramuan daun-daunan yang ada dikebunnya. Tapi karena perubahan kebutuhan hidup, maka daun-daunan untuk obat tersebut diganti dengan tanaman-tanamn untuk bahan makanan. Maka ketika ia sakit, dengan tidak berpikir panjang lebar lagi bu Ani berganti minum jamu buatan pabrik yang dapat dibeli diwarung. 
2. Perubahan Terencana (planned change) Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek misalnya pak Anwar adalah perokok berat. Karena pada suatu saat ia terserang batuk yang sangat mengganggu, maka ia memutuskan untuk mengurangi merokok sedikit demi sedikit dan akhirnya berhenti. 
3. Ketersediaan untuk berubah (readdiness change) Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat , maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda. 

STRATEGI PERUBAHAN PERILAKU 
Beberapa strategi untuk memperoleh perubahan prilaku oleh WHO dikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 
1. Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan Cara ini dapat ditempuh misalnya dengan adanya peraturan-peraturan/perundang-undangan yang harus dipatuhi oleh anggota masyarakat. Cara ini akan menghasilkan perilaku yang cepat, tetapi perubahan tersebut belum tentu akan berlangsung lama karena perubahan perilaku yang terjadi tidak atau belum didasari oleh kesadaran sendiri. 
2. Pemberian informasi Dengan memberikan informasi-informasi tentang cara-cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan, cara menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya dengan pengetahuan itu akan meninbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berprilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya itu. Perubahan prilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi perubahan yang dicapai akan bersipat langgeng karena didasari oleh kesadaran mereka sendiri (bukan karena paksaan). 
3. Diskusi partisipasi Cara ini adalah sebagai peningkatan cara yang kedua yang dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak bersifat searah saja, tetapi dua arah. Ini berarti bahwa masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktip berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimanya. Dengan demikian maka pengetahuan kesehatan sebagai dasar perilaku mereka diperoleh secara mantap dan lebih mendalam, dan akhirnya perilaku yang mereka peroleh akan lebih mantap juga bahkan merupakan referensi perilaku orang lain. Cara ini akan memakan waktu lebih lama dari cara yang kedua, dan jauh lebih baik dengan cara yang pertama. Komunikasi Perubahan Perilaku untuk Promosi Kesehatan Dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dan mengembangkan kapasitas jaringan, KuIS membuka kesempatan bagi mitra lokal yang termasuk jaringan koalisi untuk mengajukan proposal program komunikasi perubahan perilaku untuk meningkatkan kesehatan di wilayah masing-masing. Setelah melalui proses seleksi, dari 60 proposal yang diajukan terpilih 15 program untuk didanai melalui skema small grant dari USAID. Ke- 15 program komunikasi yang terpilih berkaitan dengan penanggulangan penyakit menular, kesehatan reproduksi, serta sanitasi dan kesehatan lingkungan, sebagai berikut: • Program penanggulangan penyakit TBC diusulkan di Kabupaten Bima, Kabupaten Bulukumba, Kabupaten Bandung, Kota Mataram, Jakarta dan Nias. Dalam program ini mitra KuIS melaksanakan kegiatan penjangkauan dan pemeriksaan suspect, pelatihan kader, serta pendampingan pasien dalam menjalani pengobatan. Melalui kerjasama ini, sedikitnya ditemukan 210 kasus TBC baru setelah dilakukan penyuluhan, penjangkauan dan pemeriksaan terhadap suspect diberbagai daerah. Sebagian besar dari mereka masih menjalani pengobatan dengan DOTS dan didampingi oleh para PMO (Pengawas Minum Obat) terlatih. • Program peningkatan kesehatan reproduksi di propinsi Sumatera Utara, terutama di Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, dan Kota Medan. Kini, di Kabupaten Langkat sudah terbentuk jaringan kesehatan keluarga yang memiliki 887 anggota. Mereka telah dilatih dan terus didampingi oleh para relawan dari koalisi lokal untuk melaksanakan perannya sebagai kader. • Program sanitasi dam kesehatan lingkungan di Kabupaten Dairi (Sumatera Utara) dan Kota Mataram (Nusa Tenggara Barat). Program ini berhasil mendorong masyarakat Dairi untuk melaksanakan gotong-royong dan mengumpulkan iuran untuk membuat alat penyaringan air, sumur dan septic tank. Sedangkan di Kota Mataram, kini telah terbentuk kelompok kerja untuk perbaikan kondisi kesehatan lingkungan di tiga desa. 

PERILAKU MASYARAKAT SEHUBUNGAN DENGAN PELAYANAN KESEHATAN 
          Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitmya tersebut. tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respon seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut: 
1. Tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Alasannya bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun symptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas didalam hidup dan kehidupannya. Alasan lain yang sering kita dengar adalah pasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsip dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit dan takut biaya. 
2. Tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti yang telah diuraikan. alasan tambah dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasr pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapan mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan. 
3. Mencari pengobatan kepasilitas-pasilitas pengobatan tradisional(traditional remedy). Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan lain. Dukun (bermacam-macam dukun) yang melakukan pengobatan tradisional merupakan bagian dari masyarakat, berada ditengah-tengah masyarakat, dekat dengan masyarakat, dan pengobatan yang dihasilkan adalah kebudayaan masyarakat, lebih diterima olah masyarakat dari pada dokter, mantri, bidan, dan sebagainya yang masih asing bagi mereka, juga oengobatan yang dilakukan dan obat-obatnya pun merupakan kebudayaan mereka. 
4. Mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung –warung obat dan sejenisnya termasuk ketukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah serius. 
5. Mencari pengobatan kepasilitas-pasilitas pengobatan modern yang diadakan pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan kedalam balai pengobatan, puskesmas dan rumah sakit. 
6. Mencari pengobatan kefasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktik (private medicine). 

BAB IV PENUTUP 
1. Kesimpulan Promosi kesehatan mendukung pengembangan personal dan sosial melalui penyediaan informasi, pendidikan kesehatan, dan pengembangan keterampilan hidup. Dengan demikian, hal ini meningkatkan pilihan yang tersedia bagi masyarakat untuk melatih dalam mengontrol kesehatan dan lingkungan mereka, dan untuk membuat pilihan yang kondusif bagi kesehatan. Memungkinkan masyarakat untuk belajar melalui kehidupan dalam menyiapkan diri mereka untuk semua tingkatannya dan untuk menangani penyakit dan kecelakaan sangatlah penting. Hal ini harus difasilitasi dalam sekolah, rumah, tempat kerja, dan semua lingkungan komunitas. 
2. Saran Sebaiknya kita berpartisipasi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat didukung oleh adanya kesadaran dan pemahaman tentang bidang yang diberdayakan, disertai kemauan dari kelompok sasaran yang akan menempuh proses pemberdayaan. Dengan begitu, kegiatan promosi kesehatan akan berlangsung dengan sukses. 


Sabtu, 24 Oktober 2009

PASANGAN USIA SUBUR

AKBID SARI MULIA
PASANGAN USIA SUBUR



     Promosi kesehatan adalah upaya pemberdayaan masyarakat yang mampu memecahkan dan meningkatkan kesehatan. Dalam makalah ini dibahas mengenai masalah dan kebutuhan yang diperlukan WUS (Wanita Usia Subur) dan PUS (Pasangan Usia Subur). Yang merupakan masalah dari WUS yaitu mengenai keadaan organ kelamin, untuk itu diberikan promosi kesehatan mengenai alat kelamin dan penyakit yang sering mengganggu akibat infeksi. Selain itu, WUS juga harus diberi penyuluhan mengenai penyakit menular seksual (PMS) agar WUS tidak melakukan tindakan atau perbuatan berganti-ganti pasangan dalam usianya yang subur.PUS juga memerlukan penyuluhan/promosi kesehatan dalam kehidupannya. Dalam hal ini petugas kesehatan harus mempromosikan KB (Keluarga Berencana) bagi pasangan ini. Tujuannya untuk membatasi kelahiran anak karena mereka subur, tidak memiliki kelainan sehingga mudah memperoleh anak/keturunan. Disini akan dibahas mengenai alat kontrasepsi, tapi salah satunya rasepsi mantap) jika sudah matang dalam memilih pilihannya. Dengan penyuluhan KB diharapkan angka kelahiran dan di Indonesia menurun dan tingkat kesejahteraan hidup meningkat.                    

Promosi Kesehatan Pasangan Usia Subur (PUS)

Pasangan usia subur (PUS) berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah berfungsi dengan baik.
Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan kesehatan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana, sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang.                                     

Masalah dan Kebutuhan yang dialami Pasangan Usia Subur (PUS)

Dalam menjalani kehidupan berkeluarga, PUS sangat mudah dalam memperoleh keturunan dikarenakan keadan kedua pasangan tersebut normal, hal inilah yang menjadi masalah bagi PUS yaitu perlunya pengaturan fertilitas (kesuburan), perawatan kehamilan dan persalinan aman. Dalam penyelesaian maslah tersebut diperlukan tindakan dari tenaga kesehatan dalam penyampaian penggunaan alat kontrasepsi rasional untuk menekan angka kelahiran dan mengatur kesuburan dari pasangan tersebut. Maka dari itu, petugas kesehatan harus memberikan penyuluhan yang benar dan dimengerti masyarakat luas.                        

Promosi Kesehatan yang diberikan pada PUS

Dewasa ini, pemerintah melakukan suatu program dalam penekanan angka kelahiran karena kebanyakan penduduk Indonesia melakukan pernikahan dalam usia dini dimana masih banyak kesempatan/masa dimana keduanya memiliki keturunan yang banyak. Untuk itu, perlunya penyuluhan dalam mengatasi masalah tersebut dengan memperkenalkan alat kontrasepsi pada pasangan tersebut.                  
Para petugas kesehatan harus memberi penyuluhan KB dan alat kontrasepsi, dan harus menyerahkan pilihan pada kedua pasangan tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan keinginannya. Salah satu alat kontrasepsi baik untuk pria dan wanita yaitu tubektomi untuk wanita dan vasektomi untuk pria.                    

Sterilisasi buat Pria

Ya, vasektomi sebetulnya bukanlah metode kontrasepsi pilihan, melainkan cara lain bikin lelaki menjadi tidak bisa menghamili secara permanen. Eloknya keputusan untuk vasektomi tidak boleh begitu saja diambil sesederhana suami memilih kondom.
Bukan pertimbangan apa efeknya terhadap penampilan dan kinerja seks yang mungkin ditimbulkannya yang perlu lebih banyak dipikirkan, melainkan apa keputusan itu sudah final bagi pasangan suami-istri. Keputusan vasektomi sepihak oleh suami saja, sering bermasalah dalam keluarga di belakang hari.
Masalah mungkin dalam hal suami menjadi lebih enteng untuk selingkuh, lantaran merasa yakin tidak bakal menghamili lagi. Dokter di Indonesia sesungguhnya sudah sejak tahun 80-an memanfaatkan vasektomi sebagai kontrasepsi bedah untuk pria. Nyatanya sampai sekarang, masih belum begitu bersambut. Mungkin lebih karena alasan ego suami, rasa takut dibedah yang umumnya lebih besar dari sekadar ketakutan pihak istri belaka.



 Vasektomi


Merupakan kontap atau metode operasi pria (MOP) dengan jalan memotong vas deferen sehingga saat ejakulasi tidak terdapat spermatozoa dalam cairan sperma. Setelah menjalani vasektomi tidak segera akan steril, tetapi memerlukan sekitar 12 kali ejakulasi, baru sama sekali bebas dri spermatozoa. Oleh karena itu, diperlukan penggunaan kondom selama 12 kali sehingga bebas untuk melakukan hubungan seks.





Vasektomi Tanpa Pisau

Hingga saat ini diseluruh dunia Vasektomi Tanpa  Pisau  telah diterima oleh lebih dari 9 juta pria. Vasektomi Tanpa Pisau  diyakini telah menurunkan  derajat kengerian pada para pria terhadap terhadap pembedahan  vasektomi. Hal ini terjadi karena vasektomi tanpa pisau tidak memerlukan  penyayatan dengan pisau bedah (Antarsh, 1988). Selama bertahun-tahun laporan klinis juga telah mendokumentasikan keamanan, efisiensi dan kenyamanan klien terhadap  prosedur Vasektomi Tanpa Pisau.
 Pandangan keliru sampai saat ini dari sebagian besar masyarakat masih menganggap vasektomi sama dengan kastrasi (kebiri), sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan kegemukan dan kehilangan potensi sebagai laki-laki. Tindakan vasektomi hanya memutus kontinuitas vas deferens yang berfungsi  menyalurkan spermatozoa dari testis, sehingga penyaluran spermatozoa melalui saluran tersebut dihambat.  Sumbatan pada vas deferen tidak mempengaruhi jaringan interstitiel pada testis, sehingga sel-sel  Leydig tetap menghasilkan hormon testosteron seperti biasa dan libido juga tidak berubah

Mekanisme Tindakan
Vasektomi merupakan operasi kecil  dimana vas deferens yang berfungsi sebagai  saluran transportasi spermatozoa dipotong dan disumbat. Setelah operasi minor ini, spermatozoa akan terbendung pada  ujung vas sisi testis yang telah disumbat. Karena vasektomi tidak mempengaruhi fungsi dari kelenjar-kelenjar asesoris maka produksi cairan semen tetap berlangsung dan  pria yang divasektomi tetap berejakulasi dan ejakulatnya  tanpa mengandung sel spermatozoa. Testis juga tidak terpengaruh dan tetap berfungsi penuh sehingga pria tetap mempunyai perasaan, keinginan, dan kemampuan seksual yang sama dengan sebelum vasektomi.

Bagaimana Cara Vasektomi
Prinsipnya bagaimana menjadikan pipa saluran spermatozoa atau sel benih vasa deferens pria agar betul-betul dibuat buntu. Kita tahu saluran sel benih yang sebesar kabel telepon berada di dalam kantong buah zakar (scrotum), Pipa ini menjadi penghubung yang mengalirkan sel benih yang diproduksi oleh buah zakar menuju kelenjar prostat yang berada d atasnya, di luar kantong zakar

Di dalam prostat, sel benih lalu direndam oleh media berupa getah yang diproduksi oleh prostat. Selain itu disiram pula oleh cairan seminal, sehingga volumenya menjadi lebih banyak. Campuran ketiganya itu menjadi apa yang kita kenal sebagai air mani atau sperma.

Jadi, setelah seorang pria divasektomi, volume air mani yang sekitar 0,15 cc itu saja yang tertahan tidak ikut keluar bersama ejakulasi karena pipa yang mengalirkannva sudah dibikin buntu. Kendati yang sedikit ini besar maknanya dalam hal kesuburan, hampir tak ada artinya dalam urusan ejakulasi dan pernik seks lainnya.

Caranya, dengan membius lokal dengan suntikan pada kulit sebelah pinggir kantong buah zakar setelah meraba lokasi pipa sel benihnya. Pada bagian ini lalu dibelek beberapa sentimeter untuk menemukan sang pipa. Pipa lalu ditarik keluar dan dipotong. kemudian masing-masing ujung pipanya diikat, lalu dimasukkan kembali ke dalam kantong zakar. Bekas luka belekan dijahit, dan selesai sudah. Prosesnya kira-kira 20 menit untuk kedua sisi buah zakar.



Teknik yang lebih baru dilakukan dengan cara pembakaran (cauterisasi) pada pipa sel benih. Tidak perlu membelek terlebih dulu (no scalpel vasectomy), melainkan dengan jarum khusus langsung menembus kulit kantong buah zakar pada lokasi pipa sel benih berada, dan setelah pipanya ketemu, dilakukan cauterisasi. Hasilnya sama-sama bikin buntu pipa penyalur sel benih.

Sekarang dikenal pula teknik dengan menggunakan klip (Vasclip). Dengan klip khusus sebesar butir beras, pipa sel benih dijepit. Ini sudah dipakai di AS sejak tahun 2002, dan disahkan oleh FDA, tetapi hanya berlaku di kalangan AS saja.

Perlu Analisis Semen
Satu-dua hari pasca vasektomi sudah dapat beraktivitas biasa. Di negara-negara Barat vasektomi biasanya dilakukan hari Kamis atau Jumat agar langsung bisa beristirahat pada Sabtu dan Minggunya.Tentu perlu celana dalam dengan penyangga, dan tidak melakukan aktivitas berlari, melompat, atau yang high impact dulu. Tidak juga melakukan aktivitas seksual kalau tidak mau menghamili.

Beberapa hari sehabis vasektomi jangan merasa diri aman sudah steril dulu. Jangan sampai baru hari ini divasektomi, misalnya. besoknya langsung menubruk entah siapa. Karena perlu dipastikan dengan memeriksa air mani berulang apakah memang air mani sudah bersih dari sel benih. Mungkin perlu sampai 20-30 kali ejakulasi sebelum air mani betul sudah bersih tidak berisi sel benih lagi.

Selama air mani yang diperiksa masih mengandung sel benih yang hidup, selama itu pula seorang pria pasca vasektomi belum dinyatakan (declare) steril atau tidak subur. Untuk itu mungkin waktunya bisa sampai 2-3 minggu pasca vasektorni. Hal ini tergantung berapa banyak sel benih yang menyisa di bagian atas pipa sel benih sebelum vasektomi.

Umumnya rata-rata pemeriksaan air mani setelah 8 minggu vasektomi hasilnya baru benar-benar sudah bersih. Artinya, air mani sudah tidak berisi sel benih hidup lagi. Pada status steril begini seorang lelaki sudah tidak mungkin menghamili lagi.

Keluhan Pasca Vasektomi
Keluhan paling sering berupa pembengkakan kantong buah zakar, selain rasa nyeri berkepanjangan di sekitar situ (post vasectomy pain syndrome). Pada nyeri yang berkepanjangan biasanya lantaran kondisi buah zakar memang sudah bermasalah sebelum vasektomi dilakukan. Mungkin sudah ada infeksi menahun di sana, kalau bukan ada tumor atau kanker buah zakar.

Untuk mencegah yang tidak mengenakkan itu, sebaiknya kantong buah zakar diberikan kompres es dalam 24 jam pasca vasektomi, selain tetap memakai celana berpenyangga, dan pastikan tidak terinfeksi. Pembengkakan, muncul gejala merah meradang pada kantong buah zakar, berarti kemungkinan sudah terjadi infeksi di sana.

Seperti Tuan Mur. di atas, bukan sedikit suami pasca vasektomi yang bertanya, apa betul vasektomi bisa bikin pria hilang kelelakiannya? Bagaimana dengan kehidupan seks, apa bisa lebih berisiko kena kanker prostat?Tak ada yang berubah dengan urusan seks pada rata-rata pria yang sudah divasektomi. Ejakulat yang keluar hanya berkurang sedikit dan itu tak ada artinya dalam hal kenikmatan berejakulasi. Tak ada yang berubah juga dalam sifat ejakulat, sama kekentalan, warna, begitu juga aromanya, karena yang hilang hanya sel benihnya saja.

Sebagaimana lazim lelaki yang tidak menikah, tak bergiat seks, tidak atau jarang berejakulasi, berarti sel benihnya pun akan diserap kembali oleh tubuh. Sekitar 40-50 persen sel benih yang masih diproduksi memang diserap kembali oleh tubuh, dan itu bukan masalah pada kesehatan seks lelaki. Tidak juga buruk pengaruhnya pada tubuh.

Apakah suami yang sudah divasektomi seks-nya masih tetap ganas? Ya, keganasan seks lelaki pasca vasektomi tidak berubah. Ia tetap maskulin sebagaimana sediakala. Bisa jadi sedikit lebih, karena sehabis vasektomi penurunan testosteron lebih lamban dibanding pria yang tidak divasektomi.

Artinya, hormon kelelakiannya masih lebih galak dibanding yang tidak divasektomi. Masih tetap lebih tingginya testosteron dalam darah pasca vasektomi dibanding yang tidak divasektomi, itu pula yang mencemaskan apakah yang sudah divasektomi tidak lebih berisiko kena kanker prostat, yang memang tunduk di bawah kekuasaan sang hormon tersebut.

Program Keluarga Berencana (KB)
Program ini memuat kegiatan-kegiatan pokok sebagai berikut:
·    Pembinaan advokasi serta KIE KB
·    Pembinaan kualitas pelayanan kontrasepsi
·    Pembinaan jaminan dan perlindungan pemakai kontrasepsi
·    Meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
·    Melakukan promosi dan pemenuhan hak-hak dan kesehatan reproduksi

Rabu, 14 Oktober 2009

IMUNISASI

IMUNISASI

1. Imunisasi

a. Pengertian imunisasi

Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular (Theophilus, 2000; Mehl dan Madrona, 2001).

Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman termasuk antigen yang masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, perlu dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Gordon, 2001).

Di Indonesia imunisasi mempunyai pengertian sebagai tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak, agar terlindung dan terhindar dari penyakit-penyakit menular dan berbahaya bagi bayi dan anak (RSUD DR. Saiful Anwar, 2002).

b. Jenis imunisasi wajib

Berdasarkan program pengembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi Non PPI yang dianjurkan. Wajib jika kejadian penyakitnya cukup tinggi dan menimbulkan cacat atau kematian. Sedangkan imunisasi yang dianjurkan untuk penyakit-penyakit khusus yang biasanya tidak seberat kelompok pertama. Jenis imunisasi wajib terdiri dari: (Sri Rezeki, 2005)

1). BCG (Bacille Calmette Guerin)

Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru berat. Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2 – 3 bulan. Dosis untuk bayi kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Disuntikkan secara intra dermal di bawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak dianjurkan BCG ulangan. Suntikan BCG akan meninggalkan jaringan parut pada bekas suntikan.

BCG tidak dapat diberikan pada pasien pengidap leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pengidap HIV. Apabila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

2). Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir harus berdasarkan apakah ibu mengandung virus Hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan. Ulangan imunisasi Hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Apabila sampai usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B maka diberikan secepatnya.

Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia yang disebabkan virus Hepatitis B. Penyakit ini sangat menular dan disebabkan virus yang menimbulkan peradangan pada hati. Pada bayi respon imun alami tidak dapat membersihkan virus dari dalam tubuh. Kurang lebih 90 persen bayi dan 5 persen orang dewasa akan terus membawa virus ini dalam tubuhnya setelah masa akut penyakit ini berakhir.

Seorang wanita hamil pembawa virus Hepatitis B atau menderita penyakit itu selama kehamilannya, maka dia dapat menularkan penyakit itu pada anaknya. Paling tidak 3,9 persen ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45 persen. Karena itu, vaksinasi hepatitis B merupakan cara terbaik untuk memastikan bayi terlindungi dari Hepatitis B. Jika tidak dilakukan, hati akan mengeras dan menimbulkan kanker hati di kemudian hari.

3). DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri Corynebacteriumdiphtheriae yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernapasan dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang berbahaya untuk jantung.

Batuk rejan yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari, disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras secara terus menerus dan bisa berakibat gangguan pernapasan dan saraf. “Bila dibiarkan berlarut-larut, pertusis bisa menyebabkan infeksi di paru-paru.” Selain itu, karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus, membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan otak.

Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan toksin dari clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang dan manusia. Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar yang telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari cairan congek. Luka kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat terinfeksi kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat imunisasi.

Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak anak umur dua bulan dengan interval 4 – 6 minggu. DPT 1 diberikan umur 2 – 4 bulan, DPT 2 umur 3 – 5 bulan, dan DPT 3 umur 4 – 6 bulan. Ulangan selanjutnya, yaitu DPT 4 diberikan satu tahun setelah DPT 3 pada usia 18 – 24 bulan, dan DPT 5 pada usia 5 – 7 tahun. Sejak tahun 1998, DPT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan DPT 6 diberikan usia 12 tahun mengingat masih dijumpai kasus difteri pada umur lebih besar dari 10 tahun. Dosis DPT adalah 0,5 ml.

Imunisasi DPT pada bayi tiga kali (3 dosis) akan memberikan imunitas satu sampai 3 tahun. Ulangan DPT umur 18 – 24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun sampai umur 6-7 tahun. Dosis toksoid tetanus kelima (DPT/DT 5) bila diberikan pada usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi, yaitu sampai umur 17-18 tahun. Imunisasi ini akan melindungi bayi dari tetanus apabila anak-anak tersebut sudah menjadi ibu kelak. Dosis toksoid tetanus tambahan yang diberikan tahun berikutnya akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi.

4). Polio

Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada kunjungan pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas.

Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat dikeluarkan melalui tinja. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisai polio 4. Selanjutnya saat masuk sekolah usia 5-6 tahun.

5). Campak

Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada usia 9 bulan. Hanya saja, mengingat kadar antibodi campak pada anak sekolah mulai berkurang, dianjurkan pemberian vaksin campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar pada usia 5-6 tahun. Biasanya melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

c. Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi
No
Jenis Imunisasi Bulan
1 2 3 4 5 6 9 15
1 Hepatitis B I II III
2 BCG X
3 DPT I II III
4 Polio I II III IV
5 Campak X


Sumber: Program pengembangan imunisasi Depkes (Markum, 2002)

d. Manfaat imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit, cacat dan kematian. Sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Di dunia selama tiga dekade United Nations Childrens Funds (UNICEF) telah menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak, Pertusis, Polio, Tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan, risiko kematian anak yang menerima vaksin dengan yang tidak menerima vaksin kira-kira 1: 9 sampai 1: 4 (Nyarko et al., 2001).

Di Amerika Imunisasi pada masa anak-anak merupakan salah satu sukses terbesar dari sejarah kesehatan masyarakat Amerika pada abad 20. Sejarah mencatat di Amerika Serikat terdapat empat jenis imunisasi yang berhasil, seperti: Dipteri, Pertussis, Polio, dan Campak (Baker, 2000).

IBU HAMIL

iBU HAMIL PANTANG APA SAJA?

PANTANGAN DI TRIMESTER I
* Tidak terbentur atau terjatuh karena bisa mengakibatkan keguguran.
* Tidak melakukan olahraga berat, seperti lari, aerobik high impact atau angkat beban
* Menunda bepergian jauh untuk sementara, terlebih bila harus melakukan perjalanan udara. Di usia kehamilan 1-3 bulan, ibu masih memerlukan kekuatan ekstra untuk mensuplai segala sesuatu yang penting bagi pertumbuhan janin. Kecapekan dapat membuat suplai nutrisi, energi, hingga oksigen ke calon bayi terhambat.
* Hindari minum obat dan jamu kecuali dalam pengawasan dokter. Jangan lupa, janin amat rentan terhadap pengaruh obat-obatan yang bersifat teratogen (zat kimia yang dapat menimbulkan kelainan perkembangan pada janin).
* Hindari pakaian ketat yang tidak lentur. Pakaian longgar atau elastis merupakan pilihan yang lebih baik karena tidak akan mengganggu perkembangan janin. Sama halnya dengan bra, kenakanlah bra yang nyaman.
* Untuk sementara jangan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gas sebab bisa membuat ketidaknyamanan pada ibu hamil. Bahkan pada kasus tertentu bisa berakibat fatal.
* Hubungan suami istri tetap boleh dilakukan kecuali bila dokter melarang atau dari kacamata medis hubungan intim dapat membahayakan ibu ataupun janin.

PANTANGAN DI TRIMESTER II DAN III
Di trimester dua, kehamilan relatif aman. Sekalipun begitu ibu tetap wajib menjaga kandungannya dengan selalu menghindari stres, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat atau melaksanakan kegiatan yang dapat menimbulkan risiko cedera.
Sementara di trimester ke-3 karena yang sering menjadi kekhawatiran adalah cepatnya peningkatan berat badan ibu, maka beberapa pantangan yang berkaitan dengan pola makan berlaku di sini. Umpamanya, kurangi makanan yang mengandung garam karena berpotensi meningkatkan tensi darah dan protein pada urin. Juga jaga agar peningkatan BB tidak lebih dari 2 kg dalam sebulan untuk menghindari keracunan kehamilan (preeklamsia).
Tingkatkan asupan buah-buahan dan sayur yang bermanfaat bagi janin dan air ketuban. Makanan bergizi seperti itu juga baik untuk memperlancar BAB dan menghindari sembelit yang biasa dialami ibu hamil trimester akhir. Cukupi kebutuhan minum dengan mengonsumi cairan 8 gelas sehari. Tak perlu khawatir jika jadi sering BAK, karena di kehamilan besar hal ini wajar saja. Yang penting, rasa kebelet pipis tersebut jangan ditahan-tahan sebab bisa memicu terjadinya infeksi saluran kencing.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, jangan sampai perut ibu terbentur atau ibu terjatuh. Ini penting diperhatikan karena di kehamilan tua, perut akan semakin membuncit dan membuat gerakan ibu semakin tidak “lincah
Di trimester akhir ini, perhatikan organ intim yang akan menjadi jalan lahir bayi dengan lebih saksama. Pada saat kehamilan, ibu rentan menderita keputihan. Sebagai pencegahan, upayakan organ intim selalu bersih dan tidak lembap. Sering-seringlah mengganti celana dalam. Lebih sering lebih baik.
PERTANYAAN FAVORIT
Nah, di bawah ini merupakan pertanyaan-pertanyaan favorit yang sering diajukan ibu hamil tentang boleh atau tidaknya ibu hamil mengerjakan suatu aktivitas. Puji menjawabnya dari sisi medis.
* BOLEH ENGGAK MENGEMUDI?
Ibu hamil (yang sudah terbiasa mengemudi) tetap boleh mengendarai mobil walaupun sedang hamil muda bahkan bila kehamilannya sudah besar sekalipun. Dengan catatan, selama melakukan aktivitas itu, ibu tidak mengalami keluhan-keluhan seperti pusing, cepat pegal atau tensi darah tinggi. Kondisi mobil pun harus nyaman, umpamanya, roda kemudi tidak mengganggu perut ibu. “Tapi bagi ibu yang hidup di kota besar yang macetnya luar biasa, seperti Jakarta, lebih baik sebelum si bayi lahir, ibu jadi penumpang saja dulu. Bukannya apa-apa, kalau ibu harus diburu waktu dan menerobos kemacetan, bisa-bisa ibu justru stres. Bukankah ini tidak baik bagi ibu hamil?”
* BOLEHKAH MENGEMUDIKAN MOTOR?
Berbeda dengan mobil, Puji menyarankan ibu hamil yang terbiasa mengemudikan motor menghentikan dulu aktivitasnya ini karena sangat riskan. Contoh, saat mengendarai motor, getaran mesinnya akan terlalu kuat bagi ibu yang sedang hamil. Untuk menjaga keseimbangan saat mengemudi pun diperlukan usaha tersendiri. Belum lagi risiko celaka di jalan raya yang cukup tinggi. “Sederhananya begini deh, untuk menjaga keseimbangan diri sendiri saja ibu hamil sudah susah apalagi kalau harus menanggung beban tambahan, yakni menjaga keseimbangan dan menahan beban motor. Tapi selama dibonceng sih tidak apa-apa. Dengan catatan ibu hamil dalam kondisi sehat, kecepatan motor sedang, jalan yang dilalui mulus dan kondisi peredam kejut motornya baik.”
* BOLEHKAH IBU HAMIL BERPANAS-PANASAN?
Ibu hamil sebaiknya tidak berada di bawah terik matahari dalam waktu lama karena dapat mengalami dehidrasi bahkan anemia. Sekalipun begitu, jika itu memang tuntutan pekerjaan, boleh-boleh saja kok. Asalkan ibu mengenali kondisi tubuh dan kehamilan dengan baik, tidak menderita anemia, tidak cepat pusing bila terpapar terik matahari dan tensi darah normal. Kenali gejala-gejala awal saat tubuh perlu istirahat, seperti pusing, mata berkunang-kunang dan lainnya. Kalau sudah begitu, segera berteduh dan beristirahat serta banyak-banyaklah minum air putih dan mengonsumsi buah-buahan.
* BAGAIMANA AGAR TIDAK PEGAL SAAT HARUS DUDUK LAMA?
Wanita hamil sering menderita wasir. Alasan inilah yang membuat mereka disarankan untuk tidak duduk terlalu lama. Terlampau banyak duduk juga bisa menekan rahim dan mengganggu masuknya oksigen ke janin serta menghambat sirkulasi darah ibu dan si calon bayi.
Apalagi bagi yang sudah masuk usia kehamilan trimester tiga. Jika pekerjaan ibu mengondisikan harus banyak duduk, saat tubuh sudah terasa pegal, usahakan berdiri dan berjalan-jalan. Serta sering-seringlah melakukan peregangan otot yang dilakukan sambil duduk. Lakukan sekurang-kurangnya tiga jam sekali.
* BOLEHKAH BERDIRI LAMA?
Wanita yang tidak hamil saja akan kepayahan bila harus disuruh berdiri berjam-jam apalagi ibu hamil yang bebannya berlipat ganda. Untuk itu ibu hamil tidak boleh terlampau lama berdiri. Bila pekerjaan ibu menuntut demikian, (SPG, umpamanya), pihak pemberi kerja mau tak mau mesti memberi toleransi. Biarkan ibu hamil untuk duduk kala tubuhnya sudah terasa lelah, capek dan pegal. Bila sudah mengalami pusing dan mata berkunang-kunang, bukan duduk lagi yang dibutuhkan ibu, tapi rebahan dan minum minuman yang manis dan hangat.
* BOLEHKAH BER-MAKE UP?
Ibu hamil boleh berdandan malah wajib karena akan menambah rasa percaya diri dan kenyamanan. Yang tidak boleh jika kosmetik yang digunakan mengandung PB/timbel. Pilihlah make up yang hipoalergenic atau yang non-alergenic. Jika masih ragu konsultasikan pada dokter.
Supaya kehamilan ini bisa dijalani ibu dengan enjoy. Menurut Puji hal yang bisa dilakukan ibu adalah menerima nikmat dan karunia yang diberikan. Ingatlah selalu bahwa kehamilan ini adalah kebahagiaan dan kita wajib mensyukurinya.
Jadi, berpantang sedikit tak apa asalkan kelak ibu dapat menimang anugerah terbesar yang diberikan Tuhan ini. Bukan begitu, Bu?
BELAJAR DAN BERSENANG-SENANGLAH
Agar ibu dapat menjalani kehamilan dengan nyaman, saran Puji, ibu hamil harus mau banyak bertanya dan belajar tentang apa saja yang akan dirasakan di trimester satu hingga tiga. Setelah itu, persiapkan diri untuk menghadapinya dengan lapang dada. Yakinlah apa yang terjadi saat hamil, seperti mual dan pusing-pusing tidak akan berlangsung selamanya.Lakukanlah aktivitas seperti biasa. Jangan beri tubuh ibu beban yang terlalu berat, selalu berpikir relaks dan manjakan diri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang disenangi. Kenakan pakaian yang disukai, berdandanlah secantik mungkin dan sibukan diri ibu dengan melakukan kegiatan persiapan menyambut kehadiran bayi

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.
Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
1. menciptakan lingkungan yang mendukung,
2. mengubah perilaku, dan
3. meningkatkan kesadaran.
Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri.

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN
Di era milenium ini, setiap hari bahkan setiap saat, kepada kita disajikan pelbagai macam iklan atau upaya pemasaran pelbagai macam produk dan jasa. Iklan-iklan itu dengan gencarnya menyapa kita melalui berbagai media, terutama TV dan radio. Melalui internet, iklan-iklan itu juga datang silih berganti. Iklan juga menyergap kita melalui telepon seluler. Jangan ditanya iklan melalui surat kabar dan majalah. Juga melalui film layar lebar di gedung bioskop. Iklan-iklan juga mejeng secara mentereng melalui billboard, spanduk, umbul-umbul, dll. Tentu saja iklan juga muncul melalui poster, leaflet atau brosur. Belum lagi iklan melalui selebaran yang secara berdesakan nongol di tembok-tembok, tiang listrik/telepon, pagar rumah, dll. Ada juga iklan yang disamarkan melalui tulisan ilmiah atau tulisan populer. Jangan dilupakan iklan atau pemasaran produk atau jasa yang dikemas secara sangat professional dalam bentuk pameran, seminar atau pertemuan. Belum lagi iklan atau upaya pemasaran yang dilakukan secara agresif melalui tatap mula langsung dari rumah ke rumah dan secara berantai (multy level marketing). Demikian pula upaya yang dilakukan melalui loby kepada pelbagai pihak, khususnya pengambil kebijakan, agar produk atau jasanya dapat dipergunakan oleh khalayak luas. Dan masih banyak lagi cara-cara kreatif yang dilakukan dalam rangka menjajakan suatu produk atau jasa. Upaya-upaya itu mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap lakunya suatu produk atau jasa. Produk atau jasa apa saja, termasuk produk atau jasa di bidang kesehatan serta produk dan jasa yang merugikan kesehatan seperti rokok, minuman keras, obat-obatan yang tidak layak, dll. Itu semua termasuk upaya pemasaran atau upaya untuk mempromosikan produk atau jasa. Pada zaman dulu upaya itu disebut propaganda.
Istilah propaganda sering dikaitkan dengan bidang politik. Namun sebenarnya tidak selalu demikian. Bisa juga tentang masalah sosial, termasuk kesehatan. Di zaman pra dan awal kemerdekaan dulu propaganda masalah kesehatan itu sudah dilakukan. Pada waktu itu cara propaganda itulah yang dilakukan untuk memberi penerangan kepada masyarakat tentang kesehatan. Propaganda pada waktu itu dilakukan dalam bentuknya yang sederhana melalui pengeras suara atau dalam bentuk gambar dan poster. Juga melalui film layar tancap. Cara-cara itu kemudian berkembang, karena propaganda dirasakan kurang efektif apabila tidak dilakukan upaya perubahan atau perbaikan perilaku hidup sehari-hari masyarakat. Maka dilancarkanlah upaya pendidikan kesehatan masyarakat (health education) yang dipadukan dengan upaya pembangunan masyarakat (community development) atau upaya pengorganisasian masyarakat (community organization).
Upaya ini berkembang pada tahun 1960 an, sampai kemudian mengalami perkembangan lagi pada tahun 1975 an, menjadi “Penyuluhan Kesehatan”. Meski fokus dan caranya sama, tetapi istilah “Pendidikan kesehatan” itu berubah menjadi “Penyuluhan Kesehatan”, karena pada waktu itu istilah “pendidikan” khusus dibakukan di lingkungan Departemen Pendidikan. Pada sekitar tahun 1995 istilah Penyuluhan kesehatan itu berubah lagi menjadi “Promosi Kesehatan”. Perubahan itu dilakukan selain karena hembusan perkembangan dunia (Health promotion mulai dicetuskan di Ottawa pada tahun 1986), juga sejalan dengan paradigma sehat, yang merupakan arah baru pembangunan kesehatan di Indonesia. Istilah itulah yang berkembang sampai sekarang, yang antara lain menampakkan wujudnya dalam bentuk pemasaran atau iklan, yang marak pada era milenium ini.
Perjalanan dari propaganda, kemudian menjadi pendidikan, lalu penyuluhan dan sekarang promosi kesehatan itu, merupakan sejarah. Dalam perjalanan dari waktu ke waktu itu ada kejadian atau peristiwa yang patut dikenang, dan ada cerita atau kisah yang menarik, mengharukan, atau juga lucu. Tetapi yang penting pastilah ada hikmah, kebijaksanaan, nilai atau “wisdom” yang dapat diangkat dari rentetan kisah atau cerita itu. Hikmah, kebijaksanaan, nilai atau “wisdom” itu tentulah sangat besar manfaatnya bagi kita semua, terutama generasi muda yang merupakan penerus pembangunan bangsa tercinta ini. Kebijaksanaan itu pula yang rasanya patut sekali dapat dimiliki oleh para pembuat kebijakan, yang menentukan arah perkembangan negara kita di masa y.a.d. Demikianlah, maka sejarah atau perkembangan tentang promosi kesehatan di Indonesia itu perlu dituliskan. Penulisan sejarah atau perkembangan promosi kesehatan di Indonesia itu dirasakan semakin perlu karena nampaknya sejarah berulang. Apa yang kita pikirkan sekarang, rupanya sudah pernah dipikirkan bahkan dilaksanakan pada waktu yang lalu. Melalui tulisan ini diharapkan kita dapat lebih cepat belajar dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan pada waktu yang lalu itu.
Dengan demikian yang dimaksud dengan sejarah di sini bukan dalam arti rentetan peristiwa dalam tanggal, bulan dan tahun. Tetapi sejarah adalah uraian tentang peristiwa nyata berupa fakta dan data yang bisa dijadikan bahan analisa untuk disimpulkan manfaat dan mudaratnya bagi pijakan untuk kegiatan masa kini dan yang akan datang. Di sini sejarah lebih mempunyai arti ke depan. Dalam kaitan itu beberapa negara sedang ribut dalam penulisan sejarah ini. Korea, Jepang dan China berebut meluruskan sejarah dengan versi masing-masing. Pemerintah RI sejak merdeka sampai sekarang juga sangat berkepentingan dengan penulisan sejarah. Ini menunjukkan bahwa sejarah sering dibuat untuk kepentingan sesaat demi pemenuhan si pembuat sejarah. Seharusnyalah bahwa sejarah itu netral. Yang penting adalah tentang pembelajaran sejarah. Makna, nilai atau kebijaksanaan apa yang dapat ditangkap di balik kejadian atau rentetan peristiwa itu. Para pembacalah yang menganalisis sendiri, menyimpulkan dan mengambil makna sebagai landasan untuk pengambilan kebijakan bagi langkah-langkah tindakannya masa kini dan yang akan datang.
Sejarah, menurut Prof Nugroho Notosutanto, mengandung dua hal: fakta dan persepsi. Di satu pihak merupakan rentetan peristiwa berdasar fakta. Tekanannya pada uraian fakta yang bersifat deskriptif. Di pihak lain sejarah juga merupakan persepsi dari para pelaku, para saksi dan para pengamatnya. Tekanannya berupa analisis peristiwa bahkan dilanjutkan dengan prediksi ke depan. Demikianlah, maka sejarah perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia ini ditulis senetral dan seobyektif mungkin berdasarkan fakta sesuai rentetan peristiwa.
Namun demikian juga tidak dapat dihindari adanya pandangan subyektif berupa analisis dan prediksi dari para pelaku, para saksi atau pengamat yang kebetulan menjadi penulisnya. Sikap subyektif ini ditekan seminimal mungkin karena buku ini ditulis oleh satu tim yang terdiri dari berbagai unsur dan lintas generasi. Selanjutnya kebenaran deskripsi fakta, analisis dan prediksi tim penulis ini diserahkan sepenuhnya kepada para pembaca. Para pembaca buku ini dapat siapa saja : para pengambil kebijakan, praktisi lapangan, kalangan Perguruan Tinggi khususnya mahasiswa, kalangan ilmuwan, para profesional, media massa, dan lain-lain. Melalui tulisan ini, para pembaca diharapkan dapat menangkap makna, nilai atau kebijaksanaan di setiap peristiwa itu dan memanfaatkannya untuk menghadapi masalah sekarang dan yang akan datang, untuk peningkatan kesehatan masyarakat pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Setidak-tidaknya tulisan ini diharapkan dapat menjadi dokumen tertulis yang memperkaya dokumen-dokumen lain, yang ternyata tidak banyak jumlahnya.
Buku tentang sejarah atau perkembangan Promosi Kesehatan ini diberi nama “Perkembangan Dan Tantangan Masa Depan Promosi Kesehatan Di Indonesia”, dengan sub judul: “Dari Propaganda, Pendidikan dan Penyuluhan Sampai Promosi Kesehatan”. Ini berarti bahwa meskipun buku ini ditulis berdasar rentetan peristiwa, tetapi yang ingin diungkap terutama adalah makna yang dapat ditarik dari balik rentetan peristiwa itu. Maka periodesasi atau kurun waktu perjalanan promosi kesehatan dikaitkan dengan isu yang mengemuka serta “widom” yang dapat dipetik di setiap periode atau kurun waktu itu. Sekali lagi yang diharapkan dari buku ini adalah bahwa pembaca dapat belajar dari masa lalu, untuk menghadapi masalah sekarang, serta terutama untuk menjajagi dan proaksi masa depan, sebagaimana dikatakan oleh orang bijak yang dikutip pada awal tulisan ini.
Mengenai istilah Promosi Kesehatan sendiri juga mengalami perkembangan. Mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 (dikenal dengan “Ottawa Charter”), oleh WHO promosi kesehatan didefinisikan sebagai: “the process of enabling people to control over and improve their health”. Definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi : “Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya”. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai kemudian mengalami revisi pada konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi: “Health promotion is the process of enabling people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve their health” (dimuat dalam The Bangkok Charter). Definisi baru ini belum dibakukan bahasa Indonesia. Selain istilah Promosi Kesehatan, sebenarnya juga beredar banyak istilah lain yang mempunyai kemiripan makna, atau setidaknya satu nuansa dengan istilah promosi kesehatan, seperti : Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), Pemasaran sosial, Mobilisasi sosial, Pemberdayaan masyarakat, dll. Istilah-istilah tersebut juga akan diulas dalam buku ini, dalam bab-bab yang berkaitan.
Buku ini terdiri dari 11 bab. Masing-masing bab, mulai bab II sampai dengan bab V mencoba menceritakan : peristiwa atau kejadian secara ringkas pada waktu itu, pemikiran atau konsep yang mengemuka, pengalaman empirik di lapangan, tokoh atau figur yang menonjol, serta pelajaran yang dapat ditarik dari episode itu. Dalam beberapa bab itu ada juga diselipkan cerita atau kisah ringan yang merupakan kenangan khusus pada waktu itu. Sedangkan bab VI khusus bercerita tentang perkembangan Promosi Kesehatan dari segi organisasi, yang mengalami pasang surut. Pernah menjadi jabatan yang berada langsung di bawah Menteri Kesehatan (dapat disebut setara eselon I) di awal kemerdekaan, pernah pula menjadi eselon III pada era 1960-1970 an.
Kemudian menjadi beberapa unit eselon II. Bab VII bercerita tentang perkembangan Pendidikan Kesehatan di Perguruan Tinggi, baik di Jakarta maupun di kota-kota lain, juga yang ada di PT Swasta. Bab VIII bercerita tentang perkembangan tenaga profesional Penyuluh atau Promosi Kesehatan, yang ternyata juga sudah dimulai di zaman awal kemerdekaan dulu, sampai pengembangannya secara besar-besaran pada era 1970 an dan terus berlangsung sampai sekarang. Dalam bab itu juga dikisahkan perkembangan organisasi profesi Tenaga Penyuluh Kesehatan, baik sebagai jabatan profesional di lingkungan pemerintahan, maupun sebagai organisasi profesi yang juga mempunyai hubungan dengan organisasi sejenis di luar negeri. Bab IX tentang Proaksi Promosi Kesehatan di masa depan. Secara ringkas diuraikan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi dengan dilatar belakangi analisis situasi dan kecenderungan ke depan. Di dalamnya termasuk kaitannya dengan “the Bangkok Charter” yang dihasilkan dalam Konferensi Dunia Promosi Kesehatan ke-enam di Bangkok, Thailand pada bulan Agustus 2005. Bab X mencoba mendokumentasikan kesan dan pesan dari para pelaku atau mereka yang terkait dengan upaya promosi kesehatan, baik yang berada di Jakarta maupun di kota-kota lain, yang berada di unit promosi kesehatan atau di unit lainnya, di pemerintahan dan di luar pemerintahan. Terakhir bab XI adalah bab Penutup, yang juga memuat kesimpulan dan sumbang saran yang berkaitan dengan promosi kesehatan untuk masa sekarang dan yang akan datang. Dalam beberapa bab terasa terjadi pengulangan, tetapi hal itu tidak dapat dihindari, bahkan semoga dapat memperkuat cerita. Ini sesuai dengan salah satu jargon Health Education, bahwa “Education is reenforcement”.
Dengan membaca buku perkembangan promosi kesehatan di Indonesia ini, kita mencoba sedikit menoleh ke belakang, mencoba mengamati apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita. Kemudian dengan mengambil pelajaran dan hikmah yang ada di dalamnya, kita bertekad melangkah untuk menjalaninya dengan melihat ke depan, sebagaimana dikatakan oleh Soren Kierkegaard, seorang filsuf Jerman, yang dikutip di awal tulisan ini.


















Contoh Promosi Kesehatan :
Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

by.KARTIKA DEWI
S.08.355