Selasa, 04 Januari 2011

ADNEKSITIS

ADNEKSITIS


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi. Organ reproduksi pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan organ kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan salah satunya adalah radang yang terjadi akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus dan bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan sekitarnya dan biasa disebut dengan adneksitis. Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar 1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar keorgan lain disekitarnya seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium,dan terjadinya gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta. Maka dari itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adneksitis dengan baik agar radangnya tidak menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran bidan diantaranya yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. (Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas secara lebih dalam tentang adneksitis dan penatalaksanaannya dengan konsep asuhan kebidanan.

B.Rumusan Masalah
“Bagaimana penatalaksanaan klien adneksitis dengan konsep asuhan kebidanan secara komprehensif ?”

C.Tujuan
1.Tujuan umum
Tujuan umum dari kami mempelajari kasus ini adalah untuk mengaplikasikan konsep asuhan kebidanan secara komprehensif pada klien adneksitis.

2.Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian adneksitis.
b. Untuk mengetahui gejala dan tanda adneksitis.
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya adneksitis.
d. Untuk mengetahui patofisiologis dan penanganan adneksitis.
e. Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada kasus adneksitis

D.Manfaat
Manfaat dari mempelajari kasus ini adalah :
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mempeerluas khasanah ilmu dan keterampilan klinik yang lebih luas terutama dalam melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan adneksitis.
2. Bagi klien dan keluarga
Dapat terpenuhi kebutuhan psikologis, sosial, spritual serta dapat meningkatkan tingkat status kesehatan dan dapat memberikan support bagi klien dan keluarga.
3. Bagi tenaga kesehatan
diharapkan agar dapat melakukan asuhan kebidanan dengan baik dan benar.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Adneksitis
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD) (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Adnexa atau salpingo-ooporitis terbagi atas :
1.Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
2.Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian antara:
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
b.Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya. Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah - tengah jaringan otot. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
c.Salpingitis interstisialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot.Terdapat pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).

d.Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
e.Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).
B.Etiologi (penyebab)
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.
(Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 1987, Hal. 103-106, 358-364).
Menurut (Djuanda Adhi,Hal 358-364,1987) Radang alat genetalia mungkin lebih sering terjadi di negara tropis, karena:
1. Hygiene belum sempurna.
2. Perawatan persalinan dan abortus belum memenuhi syarat-syarat.
3. Infeksi veneris belum terkendali.
Infeksi alat kandungan/genetalia dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu keadaan sex. Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa, Hal 287.2007). Ditemukan 1:1000 kasus operasi ginekologik abdominal,dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80 tahun),dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun dan terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual (Sarwono Winkjosastro, Hanifa. Hal 396. 2007).

C.Patofisiologi
1. Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa. Hal 287.2007).
2. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa.Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
3. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).


D.Tanda dan Gejala
1. Gambaran klinik salpingo ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal 288.2007).
2. Gejala – gejala salpingo ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh gejala – gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Penderita pada umumnya merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Haid pada umumnya lebih banyak dari biasanya dengan siklus yang sering kali tidak teratur, penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas dan dapat pula ditemukan dismenorea. ( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
E.Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:
1. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium.
2. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan.
3. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis akuta.
Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina.(Sarwono.Winkjosatro, Hanifa. Hal 288.2007).Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses agak meluas perbedaan menjadi kurang jelas(Sarwono.Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007).

F.Penatalaksanaan Medis
Terapi sederhana dapat dilakukan dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala dipinggang, tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar simpan di pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan tegak tangan ke paha dan simpan dipinggang 30 menit. Jika penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotika dengan spektrum luas. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama sekali.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis konika. Indikasi terapi ini adalah:
1.Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi dengan distermi keluhan tetap ada dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
2.Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3.Apabila ada tumor disebelah uterus dan setelah dilakukan beberapa seri terapi diatermi tuor tidak mengecil, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping, piosalping, kista tubo-ovarial dan sebagainya.
4.Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu untuk mengetahui apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubung dengan perlekatan yang erat antara tuba/ ovarium dengan uterus, omentum dan usus, yang memberi harapan yang terbaik untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, hal ini hanya dapat dilakukan pada wanita yang hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda satu ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu ditinggalkan, kadang-kadang uterus harus ditinggalkan dan hanya adneksa dengan kelainan yang nyata diangkat. Jika operasi dilakukan atas dasar indikasi infertilitas, maka tujuannya adalah untuk mengusahakan supaya fungsi tuba pulih kembali. Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan in vitro fertilization.

Terapi pada salpingo-ooforitis akuta bisa juga dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi pembedahan.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007)


BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.SDL

Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2009. RMK : 02.01.68.
Tempat Praktik : RS.Sari Mulia Banjarmasin Kamar : KLS III A Ruang : Merpati


I.Pengumpulan Data
A.Data Subjektif
1.Identitas
Nama : Ny.SDL.
Umur : 24 Thn.
Agama : Islam.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Pekerjaan : Wiraswasta.
Alamat : Jl.Bumi Mas V No.74
Banjarmasin.

Nama Penanggung Jawab : Ny. K.
Hubungan Klien : Saudara Kandung.
Agama : Islam.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Pekerjaan : Wiraswasta.
Alamat : Jl. Bumi Mas V No. 74
Banjarmasin.


2.Keluhan Utama
Ibu mengatakan sudah 2 bln ini merasakan nyeri diperut bagian bawah (bagian kanan dan kiri uterus) terutama bila bekerja yang berat-berat,sering keputihan dan demam.

3.Riwayat Menarche
a. Menarche Umur : 13 Thn.
b. Siklus : 28 Hari.
c. Teratur/tidak : Tidak teratur.
d. Lamanya : 6-7 Hari.
e. Banyaknya : 3-4 x/ganti pembalut.
f. Dismenorea : Kadang-kadang.

4. Riwayat Ginekologi
a. Perdarahan diluar haid :
Tidak Ada.
b. Riwayat keputihan :
Selama 2 bulan terakhir ini ibu mengeluhkan sering mengalami
keputihan berwarna putih susu, kadang-kadang banyak, tidak berbau,
tidak gatal.
c. Riwayat adanya massa, tumor pada payudara dan alat kandungan :
Tidak Ada.
d.Riwayat perdarahan setelah berhubungan badan :
Tidak Ada.


B.Data Subjektif
1.Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Klien tampak kesakitan dan cemas
Kesadaran : Compos Mentis.
Tanda – tanda vital : TD : 110/70 mmHg.
T : 36,5 C.
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit.
2.Pemeriksaan Khusus
Kepala : Pertumbuhan rambut merata,rontok dan berketombe.
Muka : Tampak pucat.
Mata : Konjungtiva anemis,sklera tidak ikterik.
Telinga : Tidak terdapat serumen.
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak ada polip.
Mulut : Bibir tampak pucat.
Dada : Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jaringan parut,
mamae simetris.
Palpasi : Tidak ada massa,tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : -
Auskultasi : -
Perut : Inspeksi : Tidak terdapat jaringan parut.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah sampai ke pinggang.
Perkusi : Perut terasa kembung.
Auskultasi : Terdengar bunyi bising usus 10x/menit.
Tungkai : Terdapat varises.


3.Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HASIL LABORATORIUM
Pemeriksaan Metode Hasil Normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin Automatic 12,8 11,5 - 15,5 gr/dL
Leukosit 6200 4000 – 11000 /mm3
Laju Endapan Darah ESR 3000 18 < 20 mm/jam
Hematokrit 38,8 35 – 45 %
Trombosit 213.000 150.000-350.000 /mm3
PT & APTT
PT 13,9 10,5 - 14,5 Detik
APTT 31,5 23,2 - 31,4 Detik

b. Rontgen : -
c. CT Scan : -
Hasil USG
Mc burney tak terdapat appendik.
Uterus normal 56 mm.
Cairan bebas (-).
Ren (d)(s) normal.
Hepar normal lien 82 mm.
Biller normal.
USG Normal.
d.USG


II.INTERPRETASI DATA
1.Diagnosa Kebidanan : Ibu dengan Adneksitis kronik.
2.Masalah : Nyeri di perut bagian bawah(bagian kiri dan kanan uterus) dan demam.
3.Kebutuhan : a) Beri kompres hangat pada perut bagian bawah diatas simfisis pubis untuk mengurangi rasa sakit.
b) Kolaborasi dalam pemberian analgetik antarin 3x1 amp(Diberikan secara IV).
c) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik amoxan 3x1 gr ,gentamicin 2x80 gr,inf.mitronidazole.
3x500 mg (diberikan secara IV).

III.DIAGNOSA POTENSIAL
Appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa, dan kehamilan ektopik yang terganggu.
DIAGNOSA PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI
Hari ke- I (15 JUNI 2009)
Pasien mengeluh sakit diperut bagian bawah dan demam. 1.Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan.
2.Berikan ibu kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Berikan ibu analgetik.
4.Beritahu ibu tentang penyakitnya.
5.Beritahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan.
6. Anjurkan ibu untuk istirahat.
7.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yaitu: TD: 110/70mmHg, T: 36,7 C, Nadi: 78x/menit, Respirasi: 20x/menit.
2.Memberikan kompres hangat kepada ibu untuk mengurangi rasa sakit.
3.Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri dan demam ibu yaitu antrain 3x1 gr (IV).
4.Memberitahu ibu penyakit yang dideritanya sekarang adalah adneksitis kronis.
5.Memberitahu ibu bahwa keluhan yang dirasakan adalah akibat infeksi pada daerah uterus.
6.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
7.Berkolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2.Rasa sakit ibu sedikit berkurang setelah diberikan kompres hangat.
3.Rasa nyeri dan demam yang dirasakan ibu berangsur-angsur pulih.
4.Ibu telah mengerti bahwa keluhan yang dirasakan adalah akibat infeksi pada daerah uterus.
5.Ibu berjanji untuk istirahat yang cukup.
6.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya telah dilaksanakan, kolaborasinya berupa memberikan cairan elektrolit Rl dengan 12 tts/mnt,inj.Amoxan 3x1 gr,Gentamisin 2x80 mg,Inf.mitronidazole 3x500mg.(diberikan secara IV).
Hari ke-2 (16 JUNI 2009)
Pasien mengeluhkan muntah,tidak bisa makan dan minum,pusing,sakit area abdomen apalagi kalau banyak gerak. 1.Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan.
2.Berikan ibu kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Anjurkan ibu untuk istirahat.
4.Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan TD: 100/70mmHg, T: 36,5 C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 20x/menit.
2.Memberikan kepada ibu kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
4.Menganjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering untuk mencegah muntah.
5 Berkolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2.Ibu merasa sakitnya berkurang setelah diberi kompres hangat.
3.Ibu berjanji akan istirahat yang cukup.
4. Ibu berjanji akan makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk tindakan selanjutnya, kolaborasi yaitu dengan memberikan Inf. RL 20tts/menit,Inj.Amoxan 3x1 gr,Gentamicin 2x80 mg,Inf Mitronidazole 3x500 mg (Diberikan secara IV).


.Hari ke 3 (17 JUNI 2009)
Masih nyeri di perut bagian bawah dan agak sedikit mual,sampai tidak bisa makan. 1.Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan.
2.Berikan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri.
3.Berikan obat anti nyeri dan obat untuk menghilangkan rasa mual.
4.Anjurkan ibu untuk meminum obatnya secara teratur.
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
6.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan,yaitu TD: 100/70 mmHg, T: 36,5 C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 23x/menit.
2.Memberikan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Memberikan obat anti nyeri injeksi Antrain 3x1 amp (diberikan secara IV),dan obat untuk menghilangkan rasa mual PO: Magalat syrup 3x1 SM.
4.Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang sudah diberikan dokter secara teratur.
5.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
6. Berkolaborasi dengan tim medis yang lain untuk tindakan selanjutnya. 1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang dijelaskan.
2.Ibu mengatakan bahwa nyeri sedikit berkurang setelah diberi kompres hangat.
3.Obat anti nyeri dan obat untuk menghilangkan rasa mual sudah diberikan.
4.Ibu berjanji akan meminum obatnya secara teratur.
5.Ibu berjanji akn istirahat yang cukup.
6.Kolaborasi dengan tim medis sudah dilakukan yaitu dengan memberikan Inf RL 12 tts/menit,Inj Amoxan 3x1 gr,Gentamicin 2x80 gr, Antrain 3x1 amp (diberikan secara IV).

Hari ke 4 (18 JUNI 2009)
Pasien masih merasa mual, pusing. 1.Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien.
2. Berikan obat untuk menghilangkan rasa mual.
3.Anjurkan kepada ibu untuk puasa sebelum dilakukan USG.
4.Anjurkan ibu untuk istirahat.
5.kolaborasi dengan tim medis lain seperti dengan bagian radiologi untuk USG dan bagian laboratorium untuk periksa darah. 1.Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien yaitu TD: 110/70 mmHg, T: 36,5 C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 22x/menit
2.Memberikan obat PO:Magatral 3x1 SM.
3.Menganjurkan ibu untuk puasa untuk persiapan sebelum dilakukan USG.
4.Menganjurkan ibu untuk istirahat.
5.Berkolaborasi dengan tim medis lainnya seperti dengan bagian radiologi untuk USG dan bagian laboratorium untuk memeriksa darah.

1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2.Obat untuk mengurangi rasa mual sudah diberikan.
3.Ibu bersedia untuk puasa.
4.Ibu bersedia untuk istirahat.
5.Kolaborasi telah dilakukan untuk USG hasilnya normal dan untuk hasil LAB normal.

Hari ke 5 (19 JUNI 2009)
Ibu sudah merasa sehat dan sudah tidak merasa nyeri lagi. 1.Beritahu ibu bahwa hari ini dia sudah sehat dan sudah bisa pulang.
2.Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu. 1.Memberitahu ibu bahwa dia sudah sehat dan sudah bisa pulang.
2.Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa semuanya normal. 1.Ibu sangat senang karena sudah sehat dan membaik dan sudah diijinkan pulang.
2. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang sudah dijelaskan.

IV.TINDAKAN SEGERA
1.Memberikan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
2 Kolaborasi memberikan analgetik antrain 3x1 gr (cara pemberian IV).
3 Kolaborasi memberikan antibiotik amoxan 3x1 gr (IV),gentamicin2x80
gr(IV).


BAB IV
PEMBAHASAN

Dari tinjauan kasus diatas didapatkan bahwa Klien Ny. SDL, seorang wanita dengan keluhan nyeri cukup kuat di perut bagian bawah disertai dengan demam, rasa nyeri bertambah keras pada saat melakukan pekerjaan yang berat-berat dan disertai dengan sakit pinggang dan keputihan hal itu dikategorikankan kedalam golongan adneksitis kronika (salpingo ooforitis kronika). Hal ini sesuai dengan teori (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa.Hal 289.2007) yang menyatakan bahwa wanita dengan gejala – gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah. Pada umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan sakit pinggang ,haid tidak teratur dan sering keputihan.
Penyebab dari adneksitis kronika itu sendiri itu adalah infeksi gonorroe, infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono. Wiknjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Yang perlu kita ketahui bahwa adneksitis hanya terjadi pada wanita yang sudah menikah atau pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Untuk kasus yang kita angkat ini diterangkan bahwa ibu dengan inisial Ny.SDL status nya adalah sudah menikah. Pada kasus ini kemungkinan besar bahwa infeksi disebabkan oleh infeksi hal ini dapat didasarkan pada seringnya ibu terkena keputihan dan haid yang tidak teratur sejak 2 bulan terakhir .
Untuk penatalaksanaan medis terapi yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pasien kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi pembedahan (Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007). Pada kasus adneksitis kronika yang diderita oleh Ny.SDL terapi yang diberikan adalah pemberian antibiotik jenis Amoxan 3x1 amp, Gentamicin 2x80 gr, dan infus Mitronidazole 3x500 gr (diberikan secara IV) dan analgetika jenis Antrain 3x1 amp (Diberikan secara IV), perawatan umum. Selain itu pasien dianjurkan untuk istirahat baring. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Hal ini sesuai dengan teori (Menurut Sarwono. Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007), yang menyatakan bahwa untuk penatalaksanaan medis terapi yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pasien kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika.Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama sekali (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Adapun komplikasi dari salpingo ooforitis bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan terjadinya ruptur piosalping atau sbses ovarium, gejala – gejala ileus karena terjadi perlekatan, appendisitis akuta apendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Pada Ny.SDL komplikasi tersebut tidak terjadi hal ini karena terapi yang diberikan sudah tepat dan sesuai sehingga ketika dilakukan USG untuk melihat organ lain disekitarnya hasilnya normal.

1 komentar: