Selasa, 26 Oktober 2010

KOMPLIKASI DAN PENYULIT KEHAMILAN TRIMESTER I,II,III

ANEMIA

Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal.
Ukuran hemoglobin normal
- Laki-laki sehat mempunyai Hb: 14 gram – 18 gram
- Wanita sehat mempunyai Hb: 12 gram – 16 gram
Tingkat pada anemia
- Kadar Hb 10 gram – 8 gram disebut anemia ringan.
- Kadar Hb 8 gram – 5 gram disebut anemia sedang.
- Kadar Hb kurang dari 5 gram disebut anemia berat.Sel darah merah mengandung hemoglobin, yang memungkinkan mereka mengangkut oksigen dari paru-paru dan mengantarkannya ke seluruh bagian tubuh.
Anemia menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin dalam sel darah merah, sehingga darah tidak dapat mengangkut oksigen dalam jumlah sesuai yang diperlukan tubuh.

B. PENYEBAB
Penyebab umum dari anemia:
1. Perdarahan hebat
* Akut (mendadak)
- Kecelakaan
- Pembedahan
- Persalinan
- Pecah pembuluh darah
* Kronik (menahun)
- Perdarahan hidung
- Wasir (hemoroid)
- Ulkus peptikum
- Kanker atau polip di saluran pencernaan
- Tumor ginjal atau kandung kemih
- Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
2. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
- Kekurangan zat besi
- Kekurangan vitamin B12
- Kekurangan asam folat
- Kekurangan vitamin C
- Penyakit kronik
3. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
- Pembesaran limpa
- Kerusakan mekanik pada sel darah merah
- Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
- Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
- Sferositosis herediter
- Elliptositosis herediter
- Kekurangan G6PD
- Penyakit sel sabit
- Penyakit hemoglobin C
- Penyakit hemoglobin S-C
- Penyakit hemoglobin E
- Thalasemia

C. GEJALA
Gejala-gejala yang disebabkan oleh pasokan oksigen yang tidak mencukupi kebutuhan ini, bervariasi.
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. D. DIAGNOSA
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia.
Persentase rel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam suatu contoh darah bisa ditentukan.
Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis darah komplit (CBC).

E. FREKUENSI
Frekuensi kehamilan cukup tinggi, yaitu 10 – 20%.
Frekuensi anemia dalam kehamilam di Indonesia.
Hoo Swie Tjiong (1962) : 18,5%.
Njo Tiong tiat dan Poerwo Soedarmo (1975): 16,1% pada Wulan I dan 49,9% pada triwulan II.

ANEMIA DALAM KEHAMILAN
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.

F. PENGARUH ANEMIA TERHADAP KEHAMILAN, PERSALINAN DAN NIFAS
1. Keguguran
2. Partus prematurus
3. Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah.
4. Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
5. Syok
6. Afibrinogemia dan hipofrinogenemia.
7. Infeksi Intrapartum dan dalam nifas.
8. Bila terjadi anemia gravis (Hb dibawah 4 gr%) terjadi payah jantung, yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.

G. PENGARUH ANEMIA TERHADAP HASIL KONSEPSI
Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah :
1. Kematian mudigah (Keguguran).
2. Kematian janin dalam kandungan.
3. Kematian janin waktu lahir (stillbirth),
4. Kematian perinatal tinggi,
5. Prematuritas.
6. Dapat terjadi cacat-bawaan.
7. Cadangan besi kurang.

H. KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN
1. Anemia defisiensi besi (62,3%)
2. Anemia megaloblastik (29,0%)
3. Anemia hipoplastik (8,0%)
4. Anemia hemolitik (sel sickle) (0,7%)
1. Anemia defisiensi besi
Anemiaa jenis ini biasanya berbentuk ormositik dan hipokromik serta paling banyak dijumpainya. Penyebabnya telah dibicarakan diatas sebagai penyebab anemiaa umumnya.
Pengobatan :
Keperluan zat besi untuk wanita non-hamil, hamil, dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah :
FNB Amerika Serikat (1958) = 12 Mg – 15 mg – 15 mg.
LIPI Indonesia (1968)= 12 mg – 17 mg – 17 mg.
2. Anemia megaloblastik
Biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Penyebabnya adalah kekurangan asam folik, jarang sekali akibat karena kekurangan Vitamin B12. biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Pengobatan :
Asam tolik 15 – 30 / hari.
Vitamin B12 3 x 1 tablet perhari.
Sulfas ferosus 3 x 1 tablet per hari.
Pada kasus berat dan pengobatan oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
3. Anemia hipoplasti
Disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan-pemeriksaan.
Darah tepi lengkap.
Pemeriksaan fungsi sternal.
Pemeriksaan retikulosif, dan lain-lain.
Terapi dengan obat-obatan dan memuaskan, mungkin pengobatan yang paling baik yaitu tranfusi darah, yang perlu sering diulang.
4. Anemia hemolitik
Disebabkan penghancuran / pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari perbuatannya ini dapat disebankan oleh :
a. Faktor intra korpuskuler: dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, tala semia, anemia sel sickle (sabit), hemoglobinopati C, D, G, H, I, dan paraksimal hokturnal hemoglobinuria.
b. Faktor ekstra korpuskuler: disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat beserta obat-obatan, leukimia, penyakit hodgkin, dan lain-lain.
Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan, serta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya, bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obatan penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini memberi hasil. Maka darah berulang dapat membantu penderita ini.



HIPEREMESIS GRAVIDARUM


Dasar teori
Mual (nausea) dan muntah (emesis gravidarum) adalah gejala yang wajar dan sering kedapatan pada kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala – gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Mual dan muntah terjadi pada 60 – 80% primi gravida dan 40 – 60% multi gravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala – gejala ini menjadi lebih berat

Perasaan mual ini desebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG (Human Chorionic Gonadrotropin) dalam serum. Pengaruh Fisiologik kenaikan hormon ini belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung lambung yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari – hari menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hiperemesis gravidarum. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. (Prawirohardjo, 2002)

Mual dan muntah merupakan gangguan yang paling sering kita jumpai pada kehamilan muda dan dikemukakan oleh 50 – 70% wanita hamil dalam 16 minggu pertama. Kurang lebih 66% wanita hamil trimester pertama mengalami mual- mual dan 44% mengalami muntah – muntah. Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum dan memerlukan perawatan di rumah sakit. Perbandingan insidensi hiperemesis gravidarum 4 : 1000 kehamilan. (Sastrawinata, 2004)

Diduga 50% sampai 80% ibu hamil mengalami mual dan muntah dan kira – kira 5% dari ibu hamil membutuhkan penanganan untuk penggantian cairan dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Mual dan muntah khas kehamilan terjadi selama trimester pertama dan paling mudah disebabkan oleh peningkatan jumlah HCG. Mual juga dihubungkan dengan perubahan dalam indra penciuman dan perasaan pada awal kehamilan. (Walsh, 2007)
Hiperemesis gravidarum didefinisikan sebagai vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atu defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. Insiden kondisi ini sekitar 3,5 per 1000 kelahiran. Walaupun kebanyakan kasus hilang dan hilang seiring perjalanan waktu, satu dari setiap 1000 wanita hamil akanmenjalani rawat inap. Hiperemesis gravidarum umumnya hilang dengan sendirinya (self-limiting), tetapi penyembuhan berjalan lambat dan relaps sering umum terjadi. Kondisi sering terjadi diantara wanita primigravida dan cenderung terjadi lagi pada kehamilan berikutnya. (Lowdermilk, 2004)

Definisi
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan sehingga pekerjaan sehari – hari terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. (Arif, 1999)

Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001)

Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum. (Sastrawinata, 2004)

Hiperemesis gravidarum adalah vomitus yang berlebihan atau tidak terkendali selama masa hamil, yang menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, atau defisiensi nutrisi, dan kehilangan berat badan. (Lowdermilk, 2004)

Hiperemesis gravidarum adalah suatu keadaan (biasanya pada hamil muda) dimana penderita mengalami mual- muntah yang berlebihan, sedemikian rupa sehingga mengganggu aktivitas dan kesehatan penderita secara keseluruhan. (Achadiat, 2004)

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik, juga tidak ditemukan kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain akibat inanisi. Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan oleh beberapa penulis sebagai berikut :
1. faktor predisposisi :
a. Primigravida
b. Overdistensi rahim : hidramnion, kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa
2. Faktor organik :
a. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal
b. Perubahan metabolik akibat hamil
c. resistensi yang menurun dari pihak ibu.
d. Alergi
3. faktor psikologis :
a. Rumah tangga yang retak
b. Hamil yang tidak diinginkan
c. takut terhadap kehamilan dan persalinan
d. takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu
e. Kehilangan pekerjaan



C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
1. Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah.
2. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah dan khlorida air kemih turun. Selain itu juga dapat menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jaringan berkurang
3. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran setan yang sulit dipatahkan
4. Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung (Sindroma Mallory-Weiss) dengan akibat perdarahan gastro intestinal.


D. Gejala dan Tanda
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis gravidarum tidak ada, tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat
dibagi :
1. Tingkatan I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri
karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkatan II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun

c. Liver
1) Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.

3. Tingkatan III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
1) Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
1) Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

E. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga pengobatan perlu segera diberikan.



E. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi hiperemesis gravidarum dengan
cara :
1. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses yang fisiologik
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah kehamilan 4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, erlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan dengan teh hangat.
5. makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Defekasi teratur
8. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting, dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula.

F. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan :
1. Obat – obatan
a. Sedativa : phenobarbital
b. Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
c. Anti histamin : Dramamin, avomin
d. Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasin
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di rumah sakit.
2. Isolasi
a. Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah dan peredaran udara yang baik.
b. Catat cairan yang keluar masuk.
c. Hanya dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita, sampai muntah berhenti dan penderita mau makan.
d. Tidak diberikan makanan/minuman dan selama 24 jam.
Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologik
a. Perlu diyakinkan kepada penderita bahwa penyakit dapat disembuhkan
b. Hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan
c. Kurangi pekerjaan sera menghilangkan masalah dan konflik
4. Cairan parenteral
a. Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukose 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari)
b. Dapat ditambah kalium, dan vitamin(vitamin B kompleks, Vitamin C)
c. Bila kekurangan protein dapat diberikan asam amino secara intravena
d. Bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair
Dengan penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan bertambah baik
5. Menghentikan kehamilan
Bila pegobatan tidak berhasil, bahkan gejala semakin berat hingga timbul ikterus, delirium, koma, takikardia, anuria, dan perdarahan retina, pertimbangan abortus terapeutik.




















ABORTUS
Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan”.
Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama janin belum viable, belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai kira-kira 24 minggu atau sampai awal trimester ketiga.



Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
• Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
• Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
• Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
• Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Manifetasi Klinis
• Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
• Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
• Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
• Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
• Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
• Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
• Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
• Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Komplikasi
• Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
• Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.

B. JENIS –JENIS ABORTUS
Diagnosis
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau artifisial / terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).


Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)

Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplet dan abortus komplet.
1. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.
Penatalaksanaan
• Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
• Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas
• Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
• Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
• Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
• Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
2. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
• Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
• Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
• Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
• Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
• Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
• Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular
• Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
• Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
4. Abortus Komplit
Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
• Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
• Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
• Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
• Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
5. Abortus Abortion
Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4 minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksaan :
• Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam
• Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
• Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
• Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
• Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
6. Abortus Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit
• Penanggulangan infeksi :
a. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
b. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
c. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
• Tingkatkan asupan cairan
• Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
• Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
7. Abortus terapeutik
Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban perkosaan (masalah psikis). Dapat juga atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
• Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
• Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
• Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
• Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
• Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
• Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
• Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
• Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi
• Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas



PRINSIP
Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE
2. Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan,periksa dengan USG

3. Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun janin sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin.

C. DIAGNOSTIK
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium ?
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.

D. TEKNIK PENGELUARAN SISA ABORTUS
Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret

Pertimbangan

Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit trofoblastik gestasional ganas / PTG).

Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
Penatalaksanaan pasca abortus
Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).





























KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
1.KONSEP DASAR
A.pengertian
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus ,tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara
20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun,frekwensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%.
(Sarwono Prawiroharjho, Ilmu Kebidanan, 2005)
Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri.
(kapita selekta kedokteran,2001)
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan ovum yang dibuahi,berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium kavum uteri.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang sekarang masih juga dipakai,oleh karena terdapat beberapa jenis kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang normal.
(Sarwono prawirohardjo,ilmu kandungan,2005)

B.etiologi
Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki,tetapi sebagian besar penyebabnya tidak diketahui.
faktor-faktor yang memegang peranan dalam hal ini ialah sebagai berikut :
• Faktor tuba,yaitu salpingitis,perlekatan tuba,kelainan konginetal tuba,pembedahan sebelumnya,endometriosis,tumor yang mengubah bentuk tuba dan kehamilan ektopik sebelumnya.
• Kelainan zigot,yaitu kelainan kromosomdan malformasi.
• Faktor ovarium,yaitu migrasi luar ovum dan pembasaran ovarium.
• Penggunaan hormone eksogen.
• Faktor lain,antara lain aborsi tuba dan pemakaian IUD
( Dr.Rustam Mochtar, sinopsis Obstetri, 2000).

C.tanda dan gejala
Gambaran kehamilan ektopik yang belum terganggu tidak khas dan penderita maupun dokter biasanya tidak mengetahui adanya kelainan dalam kehamilan.
Pada umumnya penderita menunjukkan gejala-grjala sebagai berikut:
Amenorhoe
Nyeri perut bagian bawah
Gejala kehamilan muda
Level HCG rendah
Perdarahan pervaginam berwarna coklat tua
Pada pemeriksaan vagina terdapat nyeri goyang bila serviks
Digoyangkan dan kavum douglasi menonjol karena ada pembekuan darah.
(Kapita selekta kedokteran, 2001)
Gejala dan tanda kehamilan ektopik sangat berbeda-beda dari perdarahan banyak tiba-tiba dalam rongga perut sampai terdapatnya gejala tidak jelas ,sehingga sukar membuat diagnosisnya,gejala dan tanda bergantung pada lamanya kehamilan ektopik,abortus atau
rupture tuba,tuanya kehamilan,derajat perdarahan yang terjadi dan keadaan umum penderita sebelum hamil.
(Dr.rustam mochtar,synopsis obstetri,2000)

D.patofisiologi
Karena tuba bukan tempat untuk pertumbuhan hasil kosepsi tidak mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus.sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6-10 minggu.

Mengenai nasib kehamilan tuba terdapat beberapa kemungkinan,
Yaitu:
1.Hasil kosepsi mati dan diresorbsi
pada implantasi secara kolumner,ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorbsi total.dalam keadaan ini penderita tidak mengeluh apa-apa hanya haidnya terlambat untuk beberapa hari.
2.abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh darah oleh villi koriales pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut sama-sama dengan robeknya pseudokapsularis.pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya tergantung pada derajat perdarahan perdarahan yang timbul.
3.ruptur dinding tuba
Rupture tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya ada kehamilan muda,sebaiknya rupture pada pars interstisialis terjadi pada kehamilan yang lebih lanjut.faktor utama yang menyebabkan rupture ialah penembusan villi koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke perineum.
Rupture dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan seperti coitus dan pemeriksaan vaginal.
(Sarwono Prawirohardjo,ilmu kebidanan, 2005)

E.Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparatomi,dalam tindakan demikian beberapa hal harus diperhatikan dan dipertimbangkan yaitu : kondisi penderita pada saat itu,keinginn penderita akan fungsi reproduksinya,lokasi kehamilan ektopik,kondisi anatomic organ pelvic,kemampuan teknik bedah mikro,dokter operator dan kemampuan teknologi fertilisasi invitro setempat.hasil pertimbangan ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi pada kehamilan tuba,atau dapat dilakukan pembedahan konservatif dalam arti hanya dilakukan salpingostomi.
Apabila keadaan penderita buruk,misalnya dalam keadaan syok,lebih baik dilakukan salpingektomi.pada kasus kehamilan ektopik di pars ampularis tuba yang belum pecah pernah dicoba ditangani dengan menggunakan kemoterapi untuk menghindari tindakan pembedahan.

Criteria khusus yang diobati dengan cara ini adalah :
• Kehamilan di pars ampullaris tuba belum pecah
• Diameter kantong gestasi ≤ 4cm;
• Perdarahan dalam rongga perut kurang dari 100 ml
• Tanda vital baik dan stabil
Obat yang digunakan ialah methotrexate 1 mg/kg IV dan citrovorum factor 0,1 mg/kg 1 M berselang seling setiap hari selama 8 hari.dari seluruh 6 kasus yang di obati,satu kasus dilakukan salpingektomia pada hari ke-12 karena gejala abdomen akut,sedangka



MOLA HIDATIDOSA
Pengertian
Adalah suatu neoplasma jinak dari sel trofoblas dimana terjadi kegagalan pembentuk placenta atau fetus dg. Terjadinya vili yang menggelembung sehingga menyerupai buah anggur. Salah satu tanda dari penyakit ini adalah uterus membesar lebih cepat dari biasa, penderita mengeluh mual dan muntah, tidak jarang terjadi perdarahan pervaginam. Kadang-kadang pengeluaran darah disertai dengan pengeluaran beberapa gelembung villus.
Frekuensi molla pada umumnya pada wanita di Asia lebih tinggi (1 atas 120 kehamilan) daripada wanita di negara-negara barat (1 atas 2000 kehamilan)
Dari molla yang sifatnya jinak, dapat tumbuh tumor trofoblas yang bersifat ganas. Tumor ini ada yang kadang-kadang masih mengandung villus disamping trofoblas yang berploriferasi, dapat mengadakan invasi yang umumnya bersifat lokal dan dinamakan molla destruens . Selain itu terdapat pula tumor trofoblas yang hanya terdiri atas sel-sel trofoblas tanpa stroma, yang umumnya tidak hanya berinfasi di otot uterus tetapi menyebar ke alat-alat lain (koriokarsinoma, penyakit trofoblas ganas non villosum)

Diagnosis
Sudah dikemukakan bahwa uterus pada molla hidatidosa tumbuh lebih cepat daripada kehamilan biasa; pada uterus yang membesar ini tidak terdapat tanda-tanda adanya janin di dalamnya, seperti ballotemen pada palpasi , gerak janin pada auskultasi, adanya kerangka janin pada pemeriksaan rontgen, adanya denyut jantung pada ultrasonografi. Perdarahan merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadar hCG pada molla jauh lebih tinggi daripada kehamilan biasa. Ultrasonografi
(B-Scan) memberi gambaran yang khas molla hidatidosa
Etiologi / penyebab
Belum diketahui secara pasti

Predisposisi
1. F. ovum sudah patologis sehingga mati,tetapi terlambat dikeluarkan
2. Imuno selektif dan trofoblas
3. Keadaan sosek menurun
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi oleh virus dan F. kromosom

Patofisiologi
- Suatu agenesis yang lengkap atau degenerasi dini dari sistem pada kehamilan minggu ke III – V
- Adanya sirkulasi yang terus menerus tanpa adanya fetus menyebabkan sel trofoblas memproduksi cairan
- Adanya kelainan pada kromatin seks
- Degenerasi hidropik dari villi
- Proliferasi sel trofoblas

Penanganan
Pada molla hidatidosa yang mungkin ganas, maka terapi yang terbaik pada wanita dengan usia yang sudah lanjut dan sudah mempunyai junlah anak yang diingini,ialah histerektomi. Tapi pada wanita yang masih menginginkan anak, maka setelah diagnosis molla dipastikan, dilakukan pengeluaran molla dengan kerokan isapan (suction curettage) disertai dengan pemberian infus oksitosin intravena. Sesudah itu dilakukan kerokan dengan kuret tumpul untuk mengeluarkan sisa-sisa konseptus ; kerokan perlu dilakukan hati-hati berhubung dengan bahaya perforasi.
Tujuh sampai sepuluh hari sesudahnya dilakukan kerokan ulang dengan kuret tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan.makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap kemungkinan keganasan. Sebelum molla dikeluarkan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan rontgen paru-paru untuk menemtukan ada tidaknya metastasis di tempat tersebut. Setelah molla dilahirkan, dapat ditemukan bahwa kedua ovarium membesar menjadi kista Teka-lutein












Kehamilan dengan Hipertensi
Hipertensi Essensial
Merupakan penyakit hipertensi yang mungkin disebabkan oleh faktor heiditer serta dipengaruhi oleh faktor emosi dan lingkungan. Wanita hamil dengan hipertensi tidak menunjukkan gejala-gejala lain kecuali hipertensi. Terjadi sebelum umur kehamilan 20 minggu.
Hipertensi Essensial terbagi 2 yaitu :
a. Hipertensi Essensial ringan (tekanan darah antara 140/90 mmHg dan 150/95 mmHg)
b. Hipertensi Essensial berat (tekanan darah > 150/95 mmHg)
Yang paling banyak ditemui adalah Hipertensi essensial ringan..
Hipertensi jarang berubah menjadi ganas secara mendadak hingga mencapai sistolik 200 mmHg atau lebih. Gejala-gejala seperti kelainan jantung, arteriosklerosis, perdarahan otak dan penyakit ginjal baru muncul setelah dalam waktu lama dan penyakit terus berlanjut.
Kehamilan dengan Hipertensi essensial akan berlangsung normal sampai aterm. Pada kehaamilan setelah 30 minggu, 30 % dari wanita hamil akan menunjukkan kenaikan tekanan darahnya namun tanpa gejala.
Kira-kira 20 % dari wanita hamil akan menunjukkan tekanan darah yang mencolok, bisa disertai proteinuria dan edema (pre eklampsia tidak murni) dengan keluhan : sakit kepala, nyeri epigastrium, oyong, mual, muntah dan gangguan penglihatan (visus).
Hipertensi Essensial dijumpai pada 1 - 3 % dari seluruh kehamilan. Hipertensi ini lebih sering dijumpai pada multipara berusia lanjut dan kira-kira 20 % dari kasus Toksemia gravidarum.

Penatalaksanaan dalam Kehamilan :
1. Anjurkan untuk mentaati pemeriksaan antenatal yang teratur, jika perlu konsultasikan ke ahli.
2. Anjurkan untuk cukup istirahat, menjauhi emosi dan jangan bekerja terlalu berat,
3. Cegah penambahan berat badanyang agresif. Anjurkan untuk diit tinggi protein, rendah hidrat arang, rendah lemak dan rendah garam
4. Awasi keadaan janin, dengan pemeriksaan seperti biasanya. Dapat juga dilakukan pemeriksaan monitor janin lainnya seperti elektrokardiografi fetal, ukuran biperietal (USG), penentuan kadar estriol, amnioskopi, pH darah janin dan lain-lain
5. Obat-obat yang diberikan :
- Anti-hipertensif : Serpasil, Katapres, Minipres, dll.
- Obat penenang : Fenobarbital, Valium, Frisium ativan, dll.
6. Pertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan baik yang muda maupun yang sudah cukup bulan jika ada tanda-tanda hipertensi ganas (Tekanan darah 200/120 mmHg atau pre-eklampsia berat), apalagi jika janin telah meninggal intra uterine. Tetapi keputusan untuk pengakhiran kehamilan tersebut sebaiknya dirundingkan dulu antar disiplin (seperti ahli penyakit dalam) dalam mempertimbangkan apakah terdapat ancaman bagi jiwa wanita tersebut.

Prognosis
Ibu : kurang baik, biasanya disebabkan oleh perdarahan otak, payah jantung, dan uremia.
Janin : kurang baik karena adanya insufisiensi plasenta, solusio plasenta, janin tumbuh kurang sempurna; prematuritas dan dismaturitas. Angka kematian bayi 20 %.

1.2. Hipertensi karena Kehamilan

Yang dimaksud dengan hipertensi karena kehamilan adalh hipertensi yang terjadi pertama kali sesudah kehamilan 20 minggu, selama persalinan dan atau dalam 48 jam pasca salin. Lebih sering terjadi pada primigravida. Patologi telah terjadi akibat implantasi sehingga timbul iskemia plasenta yang diikuti sindrom inflamasi.
Risiko meningkat pada :
- massa plasenta besar (pada gemelli, penyakit trofoblast)
- diabetes melitus
- isoimunisasi rhesus
- faktor herediter
- masalah vaskuler

Hipertensi karena kehamilan :
- hipertensi tanpa protein atau edema
- pre-eklampsia ringan (PER)
- pre-eklampsia berat (PEB)
- Eklampsia
Hipertensi karena kehamilan dan PER sering ditemukan tanpa gejala, kecuali meningkatnya tekanan darah. Prognosis menjadi lebih buruk dengan terdapatnya proteinuria. Terdapatnya proteinuria mengubah diagnosis hipertensi dalam kehamilan menjadi pre-eklampsia.

Penanganan :
Hipertensi karena kehamilan tanpa proteinuria :
Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan
- Pantau tekanan darah, proteinuria, kondisi janin setiap minggu
- Apabila tekanan darah meningkat, tangani sebagai pre-eklampsia
- Apabila kondisi janin memburuk, atau terjadi pertumbuhan janin terhambat (PJT), rawat dan pertimbangkan terminasi kehamilan
- Jika tekanan darah stabil janin dapat dilahirkan secara normal
- Pembatasan kalori, cairan dan diet rendah garam tidak dapat mencegah hipertensi karena kehamilan, malah dapat membahayakan janin.
Manfaat aspirin, kalsium dan obat-obat pencegah hipertensi dalam kehamilan belum terbukti.


Anti Hipertensi
Jika tekanan diastolik 110 mmHg atau lebih, berikan obat antihipertensi.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan tekanan diastolik diantara 90 – 100 mmHg dan mencegah perdarahan serebral.
Obat pilihan adalah hidralazin.
(a) Berikan hidralazin 5 mg I.V. pelan-pelan stiap 5 menit sampai tekanan darah turun. Ulang setiap jam jika perlu atau berikan hidralazin 12,5 mg I.M. setiap 2 jam
(b) Jika hidralazin tidak tersedia, berikan :
- labetolol 10 mg I.V. :
i. Jika respons tidak baik (tekanan diastolik tetap > 110 mmHg), berikan labetolol 20 mg I.V.
ii. Naikkan dosis sampai 40 mg dan 80 mg jika respons tidak baik sesudah 10 menit
- Berikan nifedipin 5 mg sublingual. Jika tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg sublingual
- Metildopa 3 x 250 – 500 mg/hari


Kehamilan-induced Hypertension (PIH)
Hipertensi yang diinduksi kehamilan (PIH) adalah bentuk tekanan darah tinggi pada kehamilan. Hal ini terjadi di sekitar 5 persen sampai 8 persen dari seluruh kehamilan.. Jenis lain tekanan darah tinggi hipertensi kronis - tekanan darah tinggi yang hadir sebelum kehamilan dimulai.
Kehamilan-induced hipertensi juga disebut toksemia atau preeklampsiaHal ini terjadi paling sering pada wanita muda dengan kehamilan pertama. Hal ini lebih sering terjadi pada kehamilan kembar, pada wanita dengan hipertensi kronis, diabetes yang sudah ada sebelumnya, dan pada wanita yang telah PIH pada kehamilan sebelumnya.
karakteristik utama:
• Tekanan darah tinggi (tekanan darah membaca lebih tinggi dari 140/90 mm Hg, atau peningkatan yang signifikan dalam satu atau kedua tekanan)
• protein dalam urin
• edema (pembengkakan)
Eklamsi adalah bentuk parah dari kehamilan yang disebabkan hipertensi.Wanita dengan eklampsia memiliki serangan yang dihasilkan dari kondisi tersebut. Eklampsia terjadi pada satu dari 1.600 kehamilan dan mengembangkan dekat akhir kehamilan, dalam banyak kasus.
Sindrom HELLP merupakan komplikasi preeklampsia berat atau eklampsia. sindrom HELLP adalah sekelompok perubahan fisik termasuk kerusakan sel darah merah, perubahan dalam hati, dan platelet yang rendah (sel ditemukan dalam darah yang diperlukan untuk membantu darah untuk menggumpal dalam rangka untuk mengendalikan pendarahan).
ETIOLOGI
Penyebab PIH tidak diketahui.Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko pengembangan PIH, termasuk yang berikut:
• pra-hipertensi (tekanan darah tinggi)
• ginjal penyakit
• diabetes
• PIH dengan kehamilan sebelumnya
• ibu usia muda dari 20 atau lebih dari 40
• beberapa janin (kembar, kembar tiga)
Dengan tekanan darah tinggi, ada peningkatan resistensi pembuluh darah. Hal ini dapat menghalangi aliran darah dalam banyak sistem organ yang berbeda pada ibu hamil termasuk hati, ginjal, otak, rahim, dan plasenta.
Ada masalah lain yang mungkin berkembang sebagai akibat dari PIH. abruption plasenta (detasemen prematur dari plasenta dari rahim) dapat terjadi di beberapa kehamilan. PIH juga dapat menyebabkan masalah termasuk hambatan pertumbuhan janin intrauterin (pertumbuhan janin miskin) dan kelahiran mati.
Jika tidak diobati, PIH parah dapat menyebabkan kejang berbahaya dan bahkan kematian pada ibu dan janin. Karena risiko ini, mungkin diperlukan untuk bayi yang akan disampaikan awal, sebelum kehamilan 37 minggu.
Gejala
Berikut ini adalah gejala yang paling umum tekanan darah tinggi pada kehamilan. Namun, setiap wanita mungkin mengalami gejala yang berbeda. Gejala bisa meliputi:
• tekanan darah meningkat
• protein dalam urin
• edema (pembengkakan)
• tiba-tiba berat badan naik
• perubahan visual seperti penglihatan kabur atau ganda
• mual, muntah
• sisi kanan perut bagian atas nyeri atau sakit di sekitar perut
• kencing dalam jumlah kecil
• perubahan hati atau tes fungsi ginjal
DIAGNOSA
Diagnosis seringkali didasarkan pada peningkatan tingkat tekanan darah, tetapi gejala lain dapat membantu membangun PIH sebagai diagnosis. Tes untuk hipertensi yang diinduksi kehamilan dapat mencakup hal berikut:
• pengukuran tekanan darah
• tes urine
• penilaian edema
• pengukuran berat sering
• pemeriksaan mata untuk memeriksa perubahan retina
• hati dan tes fungsi ginjal
• tes pembekuan darah

Pengobatan dalam kehamilan
Pengobatan spesifik untuk hipertensi yang diinduksi kehamilan akan ditentukan oleh dokter Anda berdasarkan:
• Anda kehamilan, kesehatan secara keseluruhan, dan sejarah medis
• sejauh mana penyakit
• Anda toleransi untuk pengobatan spesifik, prosedur, atau terapi
• harapan untuk program penyakit
• Anda pendapat atau preferensi
Tujuan pengobatan adalah untuk mencegah kondisi menjadi lebih buruk dari dan untuk mencegah dari menyebabkan komplikasi lain. Pengobatan untuk hipertensi yang diinduksi kehamilan (PIH) dapat meliputi:
• bedrest (baik di rumah atau di rumah sakit mungkin dianjurkan)
• rawat inap (sebagai personil dan peralatan khusus mungkin diperlukan)
• magnesium sulfat (atau obat antihipertensi lain untuk PIH)
• pemantauan janin (untuk memeriksa kesehatan janin ketika ibu memiliki PIH) dapat meliputi:
o menghitung gerakan janin - melacak janin menendang dan gerakan. Perubahan pada nomor atau frekuensi mungkin berarti janin berada di bawah stres.
o pengujian non stres - tes yang mengukur detak jantung janin dalam tanggapan terhadap janin gerakan.
o biophysical profile - a test that combines nonstress test with ultrasound to observe the fetus. biofisik profil - tes yang menggabungkan uji non stres dengan USG untuk melihat janin.
o Studi aliran Doppler - jenis USG yang menggunakan gelombang suara untuk mengukur aliran darah melalui pembuluh darah.
• lanjutan laboratorium pengujian air seni dan darah (untuk perubahan yang mungkin sinyal memburuknya PIH)
• obat, yang disebut kortikosteroid, yang dapat membantu dewasa paru-paru janin (ketidakmatangan paru-paru merupakan masalah utama bayi prematur)
• pengiriman bayi (jika perlakuan tidak mengontrol PIH atau jika janin atau ibu berada dalam bahaya).bedah caesar mungkin dianjurkan, dalam beberapa kasus.
Pencegahan
Identifikasi awal perempuan berisiko untuk hipertensi yang diinduksi kehamilan dapat membantu mencegah beberapa komplikasi dari penyakit ini. Pendidikan tentang gejala peringatan juga penting karena pengenalan awal dapat membantu perempuan menerima pengobatan dan mencegah memburuknya penyakit.

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr% (Wiknjosastro, 2002). Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II (Saifuddin, 2002). Anemia dalam kehamilan yang disebabkan karena kekurangan zat besi, jenis pengobatannya relatif mudah, bahkan murah.
Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18% dan haemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro, 2002). Secara fisiologis, pengenceran darah ini untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan adanya kehamilan.









Pre Eklampsia

Merupakan akibat langsung dari kehamilan (murni), sebagai kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi, proteinuria dan edema.
Pada pre-eklampsia terjadi spasme pembuluh darah duertai dengan retensi garam dan air.
Klasifikasi :
Pre-eklampsia dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Pre-Eklampsia Ringan (PER)
(a) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring telentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih; atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam,
(b) Edema umum, kaki, jari tangan dan muka; atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih perminggu,
(c) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter; kualitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau midstream
2. Pre-Eklampsia Berat (PEB)
(a) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
(b) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
(c) Oligouria yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
(d) Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium
(e) Terdapat edema paru dan sianosis
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan :
(1) Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi dan timbul proteinuria.
Gejala subyektif : sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium ; gangguan visus : penglihatan kabur, skotoma, diplopia ; mual dan muntah.
Gangguan serebral lainnya : oyong, refleks meningkat dan tidak tenang.
(2) Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium


Penatalaksanaan
Pre-Eklampsia Ringan (PER)
Jika kehamilan < 37 minggu, dan tidak ada tanda-tanda perbaikan, lakukan penilaian 2 kali seminggu secara rawat jalan :
- Pantau tekanan darah, proteinuria, refleks dan kondidi janin
- Lebih banyak istirahat
- Diet biasa
- Tidak perlu diberi obat-obatan
- Jika rawat jalan tidak mungkin, rawat dirumah sakit :
- Diet biasa,
- Pantau tekanan darah 2 x sehari, proteinuria 1 x sehari,
- Tidak perlu obat-obatan,
- Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi kordis atau gagal ginjal akut,
- Jika tekanan diastolik turun sampai normal, pasien dapat dipulangkan :
a. Nasehatkan untuk istirahat dan perhatikan tanda-tanda pre-eklampsia berat
b. Kontrol 2 x seminggu
c. Jika tekanan diastolik naik lagi maka rawat kembali
- Jika tidak ada tanda-tanda perbaikan maka tetap dirawat
- Jika terdapat tanda-tanda pertumbuhan janin terhambat, pertimbangkan terminasi kehamilan
- Jika proteinuria meningkat, tangani sebagai pre-eklampsia berat

Jika kehamilan > 37 minggu, pertimbangkan terminasi :
- Jika serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU dalam 500 ml dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan prostaglandin
- Jika serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol atau kateter Foley atau terminasi dengan seksio sesarea.







Eklampsia
Eklampsia dalam bahasa Yunani berarti “Halilintar” karena serangan kejang-kejang timbul tiba-tiba seperti petir. Pada ibu penderita PEB, risiko menjadi eklampsia sangat besar dan dapat diikuti dengan koma.
Gejala gejala Eklampsia
Biasanya didahului oleh gejala dan tanda pre-eklampsia berat. Serangan eklampsia dibagi dalam 4 tingakat :
(1) Stadium Invasi (awal atau aurora)
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan ke kanan atau kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 detik.
(2) Stadium Kejang Tonik
Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggemgam dan kaki membengkok ke dalam; pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20 - 30 detik.
(3) Stadium Kejang Klonik
Semua otot berkontraksi berulang-ulang dalam waktu yang cepat. Mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1 - 2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
(4) Stadium Koma
Lamanya ketidajsadaran (koma) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40 0C.

Komplikasi
- Lidah tergigit
- Terjadi perlukan dan fraktur
- Gangguan pernafasan
- Perdarahan otak
- Solusio plasenta
- Merangsang persalinan

Prognosis
Ibu : angka kematian sekitar 9,8 – 25,5 % untuk negara berkembang.
Biasanya disebabkan oleh : perdarahan otak, kegagalan jantung paru, kegagalan ginjal, infeksi, kegagalan hepar, dll.
Bayi : angka kematian di negara berkembang berkisar antara 42,2 – 50 %. Terutama dikarenakan hipoksia intrauterin dan prematuritas.

Kriteria Eden
Adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia yang terdiri dari :
(1) Koma yang lama (prolonged coma),
(2) Frekuensi nadi di atas 120 kali permenit,
(3) Suhu 103 0F atau 39,4 0C atau lebih,
(4) Tekanan darah lebih dari 200 mmHg,
(5) Konvulsi lebih dari 10 kali,
(6) Proteinuria 10 gr atau lebih,
(7) Tidak ada edema, edema menghilang.

Eklampsia ringan jika tidak ada atau hanya 1 kriteria yang timbul.
Eklampsia berat dan prognosis lebih jelek jika dijumpai 2 atau lebih kriteria.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan eklampsia sama dengan PEB. Dengan tujuan utama menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
Penanganan konservatif tidak dianjurkan karena gejala dn tanda eklampsia seperti hiperrefleksia dan gangguan penglihatanan sering tidak sahih.

Penanganan Kejang
- Beri obat antikonvulsan (lihat pada keterangan)
- Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan nafas, sedotan, masker dan balon, oksigen)
- Beri oksigen 4 - 6 liter per menit
- Lindungi pasien dari kemungkinan trauma, tetapi jangan didikat terlalu keras
- Baringkan pasien pada sisi kiri untuk mengurangi risiko aspirasi
- Setelah kejang, aspirasi mulut dan tenggorokan jika perlu.

Penanganan Umum
- Jika tekanan diastolik tetap lebih dari 110 mmHg, berikan obat antihipertensi (lihat pada keterangan) sampai tekanan diastolik di antara 90 – 100 mmHg
- Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar (16 gauge atau lebih besar)
- Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
- Kateterisasi urin untuk memantau pengeluaran urin dan proteinuria
- Jika jumlah urine kurang dari 30 ml per jam :
a. Hentikan Magnesium sulfat (MgSO4) dan berikan cairan I.V. (NaCl 0.9 % atau Ringer Laktat) pada kecepatan 1 liter per jam
b. Pantau kemungkinan edema paru
- Jangan tinggalkan pasien sendirian. Kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
- Observasi tanda-tanda vital, refleks dan denyut jantung janin setiap jam
- Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
- Krepitasi merupakan tanda edema paru. Hentikan pemberian cairan I.V. dan berikan diuretik misalnya furosemid 40 mg I.V. sekali saja jika ada edema paru
- Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test). Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit, kemungkinan terdapat koagulopati.


Keterangan :
Antikonvulsan
Magnesium sulfat (MgSO4) merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada PEB dan Eklampsia.
Cara Pemberian :
1. Dosis Awal
- MgSO4 4 g I.V. sebagai larutan 20 % selama 5 menit
- Diikuti dengan MgSO4 (50 %) 5 g I.M. dengan 1 ml lignokain 2 % (dalam semprit yang sama)
- Pasien akan merasa agak panas sewaktu pemberian MgSO4.
2. Dosis Pemeliharaan
- MgSO4 (50 %) 5 g + lignokain 2 % 1 ml I.M. setiap 4 jam
- Lanjutkan sampai 24 jam pasca persalinan atau kejang terakhir
3. Sebelum pemberian MgSO4 periksa :
- Frekuensi pernafasan minimal 16/menit
- Refleks patella (+)
- Urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir
4. Stop pemberian MgSO4 jika :
- Frekuensi pernafasan < 16 /menit
- Refleks patella (-)
- Urin < 30 ml/jam
5. Siapkan antidotum :
- Jika terjadi henti nafas :
- Bantu dengan ventilator
- Beri kalsium glukonat 2 g (20 ml dalam larutan 10 %) I.V. perlahan-lahan sampai pernafasan mulai lagi.

Jika MgSO4 tidak tersedia, dapat diberikan diazepam, dengan risiko terjadinya depresi pernafasan neonatal. Dosis tunggal diazepam jarang menimbulkan depresi pernafasan neonatal. Pemberian terus-menerus secara intravena meningkatkan risiko depresi pernafasan pada bayi yang sudah mengalami iskemia uteroplasenta dan persalinan prematur. Pengaruh diazepam dapat berlangsung beberapa hari.

Cara pemberiannya :
Pemberian Intravena :
1. Dosis awal
- Diazepam 10 mg I.V. pelan-pelan selama 2 menit
- Jika kejang berulang, ulangi dosis awal
2. Dosis pemeliharaan
- Diazepam 40 mg dalam 500 ml larutan Ringer Laktat per infus
- Depresi pernafasan ibu mungkin akan terjadi jika dosis > 30 mg/jam
- Jangan berikan > 100 mg/24 jam




Pemberian melalui Rektum :
- Jika pemberian I.V. tidak mungkin, diazepam dapat diberikan per rektal, dengan dosis awal 20 mg dalam samprit 10 ml
- Jika masih terjadi kejang, beri tambahan 10 mg/jam
- Dapat pula diberikan melalui kateter urin yang dimasukan ke dalam rektum.

Catatan :
Diazepam hanya dipakai jika MgSO4 tidak tersedia.

























Daftar Pustaka
Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta : 2002
K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003
Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991, Yayasan Pustaka.
Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional, 2002 Yayasan Pustaka

REFERENSI INTERNET
makalah-untuk-bidan.blogspot.com
ilmu-asuhan-kebidanan.blogspot.com
luwzee.blog.friendster.com
rentalhikari.wordpress.com
um

Tidak ada komentar:

Posting Komentar