Selasa, 23 Agustus 2011

DIFTERI

Difteri

Definisi
Difteria merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium
diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudo-membran pada kulit dan/atau mukosa.
Dikenal 3 tipe utama C. diphtheriae, yaitu tipe gravis, intermedius, dan mitis namun dipandang dari
sudut antigenisitas sebenarnya basil ini merupakan spesies yang bersifat heterogen dan mempunyai
banyak tipe serologik.
Difteria ditularkan melalui kontak dengan pasien atau karier dengan cara droplet. Muntahan/debu bisa
merupakan wahana penularan (vehicles of transmission). Difteria kulit, meskipun jarang dibahas,
memegang peran yang cukup penting secara epidemiologik.
Difteria tersebar luas di seluruh dunia. Angka kejadian menurun secara nyata setelah Perang Dunia II,
setelah penggunaan toksoid difteria. Demikian pula terdapat penurunan mortalitas yang berkisar antara
5-10%. Faktor sosial-ekonomi, overcrowding, nutrisi jelek, terbatasnya fasilitas kesehatan merupakan
faktor penting terjadinya penyakit ini.

Gejala dan tanda
1. Difteria hidung
 Menyerupai common cold dengan gejala pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan.
 Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinus dan kemudian mukopurulen menyebabkan
lecet pada nares dan bibir atas.
 Membran putih pada daerah septum nasi.
2. Difteria tonsil-faring
 Anoreksia, malaise, demam ringan, dan nyeri menelan.
 Dalam 1-2 hari kemudian timbul membran yang melekat, berwarna putih kelabu dapat menutup
tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah ke laring dan trakea,
yang mudah berdarah.

 Limfadenitis servikal dan submandibular, bila limfadenitis terjadi bersama dengan edema
jaringan lunak leher yang luas, timbul bullneck.
 Pada kasus berat, dapat terjadi gagal napas.
 Dapat terjadi paralisis palatum molle, baik uni maupun bilateral, disertai kesukaran menelan
dan regurgitasi.
3. Difteria laring
 Gejala klinis sukar dibedakan dari tipe infectious croups lainnya seperti napas berbunyi, stridor
progresif, suara parau, dan batuk kering
 Bila terjadi perluasan dari difteria faring maka gejala yang tampak merupakan campuran gejala
obstruksi dan toksemia.
4. Lain-lain
 Difteria kulit, vulvovaginal, konjungtiva, dan telinga.

Diagnosis
Diagnosis difteria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penentuan kuman difteria
dengan sediaan langsung kurang dapat dipercaya. Cara yang lebih akurat adalah dengan identifikasi
dengan flourescent antibody technique. Diagnosis pasti adalah dengan isolasi C. diphtheriae dengan
pembiakan pada media Loeffler.

Penatalaksanaan
Secara umum pasien sebaiknya diisolasi sampai masa akut terlampaui (biasanya sampai 2-3 minggu),
tirah baring, pemberian cairan serta diet yang adekuat, dan jaga agar napas tetap bebas.
Penatalaksanaan Spesifik, pasien diberikan antitoksin Anti Diphtheria Serum (ADS) yang diberikan
segera setelah dibuat diagnosis difteria
Antibiotik (penisislin prokain), diberikan untuk eradikasi kuman. Steroid diberikan bila terdapat gejala
obstruksi saluran napas bagian atas (dengan atau tanpa bullneck) atau bila terdapat miokarditis.
Kortikosteroid tidak bermanfaat untuk mencegah miokarditis.

Pencegahan
Imunitas pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap difteria sampai 6 bulan atau
suntikan antitoksin yang bertahan selama 2-3 minggu. Imunitas aktif diperoleh setelah menderita aktif
yang nyata atau inapparent infection serta imunisasi toksoid difteria.

HEMETESIS


HEMETESIS
2.1.    Definisi
Hemetesis ialah dimuntahkannya darah dari mulut. Darah dapat berasal dari saluran cerna bagian atas / darah dari luar yang tertelan (epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung pada lamanya kontak dengan asam lambung, darah dapat berwarna merah, coklat atau hitam. Biasanya tercampur sisa makanan dan bereaksi asam.
Melena ialah fese berwarna hitam karena bercampur darah. umumnya terjadi akibat perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari 50-100 ml dan biasanya disertai hematemesis.
Melena tanpa hematemesis terjadi pada perdarahan jejunum/ileum asalkan perjalanannya dalam usus lambat.
Biasanya melena berlangsung 1-3 hari, lalu berangsur normal meskipun darah samar mungkin menetap sampai 3-8 hari (Perdarahan < 50 ml).
Hemetemesis melena adalah perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadinya karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosive, atau ulkus peptikum. Perdarahan SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, melena atau keduanya.
Hematemesis melena disebabkan oleh perdarahan saluran cerna yang dapat bersifat nyata atau tersembunyi yang berlangsung lambat dalam waktu yang lama.

2.2.    Etiologi
A. Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
1.      Ulkus peptikum (tersering) : komplikasi perdarahan terjadi pada 20-30% penderita ulkus peptikum.
2.      Varises esofagus pada hipertensi portal.
3.      Gastritis erosif atau ulseratif :
-         Alkohol dalam jumlah besar
-         Obat-obatan : salisilat, fenil butazon, indometasin, kortikosteroid, reserpin dosis besar (oral/parenteral)
-         Stress berat : penyakit intracranial, luka bakar (tukak curling) trauma, sepsis.
4.      Lain-lain :
Esofagus, karsinoma lambung (biasanya bersifat perdarahan kronik), rupture aneurisma aorta, laserasi hepar (hemobilia), uremi.
B.  Perdarahan saluran cerna bagian bawah
1.      Lesi  daerah anus : hemoroid, fisura ani, fistula ani.
2.      Penyakit rectum dan usus besar : karsinoma, polip, radang (kolitis ulseratif, penyakit grohn, amuba), di vertikulum.
3.      Penyakit jejunum dan ileum : volvulus, enterokolitis nekrotikans (keduanya pada bayi baru lahir), invaginasi (bayi dan anak < 2 tahun), divertikulum meckel (perdarahan banyak dan berulang pada anak dan dewasa muda), tifoid.

2.3.    Tanda dan Gejala
1.      Adanya hemetesis
a.       Muntah darah
b.      Epistaksis
c.       Hemoptisis
d.      Ekstraksi gigi
e.       Tonsilektomi
2.      Adanya melena
a.       Feses berwarna hitam.
Gejala lain :
1.      Tergantung banyaknya perdarahan dan usia penderita
2.      Dapat timbul gejala pre syok/syok
3.      Demam ringan antara 38-39oC.
4.      Rasa nyeri
Laboratorium :
1.      Penurunan Hb dan Ht tampak setelah beberapa jam.
2.      Lekositosis dan tombositosis pada 2-5 jam setelah perdarahan.
3.      Peninggian kadar ureum darah setelah 24-48 jam. Akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus; pada sirosis hepatis, yang meningkat ialah kadar amoniak darah dan dapat mencetuskan koma hepatik.

2.4.    Diagnosis
Langkah yang dapat dijalankan adalah anamnesis yang akurat tentang perdarahan saluran cerna bagian atas dan perkiraan volume yang hilang, adanya pemakaian obat anti inflamasi, penyakit hati, dll.
Pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan stigmata penyebab perdarahan, seperti stigmata sirosis, anemia, ateral dingin, dsb, status hemodinamik saat masuk ditentukan dan dipantau karena hal ini mempengaruhi prognosis.
Pemeriksaan laboratorium berupa kadar Hb, Ht, trombosit, atau gangguan koagulasi.

2.5.    Penatalaksanaan
Perhatikan beberapa hal penting :
1.      Keadaan umum penderita, kesadaran dan tanda vital.
2.      Apakah masih ada perdarahan dan banyaknya.
3.      Perkiraan jumlah darah yang telah keluar dengan melihat keadaan klinik penderita dan anamnesis tentang lama, sifat, jumlah dan frekuensi perdarahan.
4.      Singkirkan.
Pengobatan Konservatif :
1.      Pemasangan sonde karet lunak ke dalam lambung untuk aspirasi darah dan bilas lambung dengan air es; juga untuk pemberian obat-obatan per oral.
2.      Pemasangan CVP (Central Venous Preassure)
3.      Tindakan mengatasi perdarahan dan mencegah perdarahan ulang :
a.       Koagulan lokal-diberikan topical/oral : Thrombase 500 bubuk/dilarutkan 3-6 kali/hari, atau Topostasin 3-6 bungkus/hari (dilarutkan).
b.      Koagulan parenteral; salah satu dari preparat di bawah ini :
Adona AC-17 3-4 x 100 mg/hari iv.
Anaroxyl 2 x 5 – 10 mg/hari im/iv.
Coagulen 3-4 x 10-20 ml/hari sk/im.
Coagumin 3-4 x 20 ml/hari im/iv.
Hesna 3 x 2 ml/hari sk/im/iv.
Thrombase 100 3 x 100 U/hari im/iv perlahan-lahan.
c.       Vitamin K 10-20 mg/hari im/iv.
d.      Vitamin B kompleks dengan asam folat.
e.       Jika perdarahan masih berlangsung, berikan infus pitresin 20 U dalam 200 ml glukosa 5% selama 20 menit agar terjadi vasokonstriksi daerah splanknik. Dapat diulang tiap 4 jam meskipun efeknya akan makin berkurang. Tidak dapat diberikan pada penderita insufisiensi koroner.
f.        Pada perdarahan akibat pecahnya varises esofagus dapat dicoba pemasangan balon modifikasi (kondom) dalam esofagus, lalu ditiup agar menekan dinding esofagus.
g.       Pada perdarahan saluran cerna bagian atas dapat ditambahkan :
-         Menelan potongan es dan meletakkan balok es di atas perut.
-         Selama ada perdarahan sedang/banyak, hentikan makanan peroral; bila telah berkurang dapat diberikan makanan cair tidak merangsang.
4.      Transfusi darah :
Diberikan bila Hb < 10 g% dan Ht < 30%; sedapat mungkin dalam bentuk darah segar yang masih mengandung faktor pembekuan. Jika perdarahan telah berhenti > 24 jam diberikan packed cell.
Jumlah darah yang diberikan ialah 1¼ kali jumlah taksiran perdarahan, kecuali pada kasus hipertensi portal (cukup 2/3 kalinya) karena peninggian tekanan darah di daerah portal dapat menimbulkan perdarahan ulang.
5.      Perhatian khusus terhadap :
a.       Ensefalopati : cegah dengan :
-         Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
-         Pemberian glukosa
-         Pemberian neomisin 2-4 x 15 ml/hari per oral.
-         Pemberian Duphalac 3 x 15 ml/hari per oral.
-         Diet rendah protein.
-         Klisma tiap hari selama ada perdarahan.
b.      Infeksi sekunder; atasi dengan antibiotic spektrum luas.
c.       Asites; cegah dengan :
-         Diuretik, misalnya furosemid (Lasix) 1-3 x 40 mg/hari.
-         Suplementasi kalium, misalnya KCl 1-3 x 500 mg/hari.
-         Diet rendah garam.
Pembedahan :
Pembedahan darurat dipikirkan bila pengobatan konservatif dianggap gagal; yaitu bila :
1.      Dalam 8 jam pertama, untuk memperbaiki dan mempertahankan tekanan darah/sirkulasi diperlukan transfusi darah lebih dari 2 liter.
2.      Dalam 24 jam berikutnya untuk mempertahankan sirkulasi diperlukan transfusi darah lebih dari 2 liter.
3.      Perdarahan belum juga berhenti setelah 3 x 24 jam sejak dirawat, walaupun hanya sedikit-sedikit.
Indikasi pertama ialah yang paling mutlak, pembedahan tetap dijalankan meskipun penderita dalam keadaan koma.
Pada perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan oleh pecahnya varises esofagus, sementara menunggu persiapan pembedahan/transportasi, dapat dicoba pemasangan balon modifikasi atau (bila ada) pipa Sengstaken-Blakemore.
Pipa ini dimasukkan melalui hidung ke dalam lambung; sebelumnya penderita dapat diberi petidin 15-20 mg im/iv. Setelah mencapai lambung, dipompakan udara melalui dua lumen yang masing-masing berhubungan dengan balon retensi dalam lambung dan sebuah balon silindrik yang berfungsi menekan dinding esofagus. Lumen ketiga berfungsi untuk aspirasi isi lambung atau memasukkan obat-obatan.
Komplikasi tindakan ini antara lain perdarahan ulang, erosi esofagus, sumbatan jalan nafas dan aspirasi. Pembedahan darurat yang dapat dilakukan :
1.      Transaksi esofagus atau reseksi lambung dengan/tanpa alat anastomosis Boerema.
2.      Shunt porto-kaval atau spleno-renal.

MELENA


Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter dan berisi darah yang telah dicerna. Fesesnya dapat terlihat seperti mengkilat, berbau busuk, dan lengket. (1)
Warna melena tergantung dari lamanya hubungan antara darah dengan asam lambung, besar kecilnya perdarahan, kecepatan perdarahan, lokasi perdarahan dan pergerakan usus.(2)
Patogenesis
Pada melena, dalam perjalannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna ini disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang/gelap.(3)
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah episode perdarahan tunggal.(4)

Etiologi
1.      Penyakit Esofagus :
a.       Varies esofagus
b.      Esofagitis dan ulkus peptic esophagus
c.       Tumor jinak dan ganas
d.      Sindrom Mallory-Weiss
e.       Sindrom Barret

2.      Penyakit Lambung dan Duodenum
a.       Ulkus peptikum
b.      Gastritis dan gastritis erosiva
c.       Tumor lambung jinak dan ganas
d.      Karsinoma lambung dan ampula vateri
e.       Pecahnya pembuluh darah yang sklerotik, TBC, divertikulum sifilis, jaringan pankreas heterotropik, hernia hiatus esophagus, benda asing, ulkus duodenum, tukak stress akut.

3.      Penyakit usus halus
a.       Tumor jinak dan ganas
b.      Syndrome Peutz- Jegher
c.       Divertikulum Meckel

4.      Penyakit kolon proksimal
a.       Tumor jinak dan ganas
b.      Divertikulosis
c.       Ulserasi dan kolitis granulomatosa
d.      Tuberkulosis
e.       Disentri amuba
f.        Lain-lain ( Telangiektasis, Aneurisma sirsoid )

5.      Kelainan darah : polisitemia vera, limfoma, leukemia, anemia pernisiosa, hemofilia, hipoprotrombinemia, multiple mieloma, penyakit Christmas trombositopenia purpura, non-trombositopenia purpura dan lain-lain.

6.      Penyakit pembuluh darah
a.       Telangiektasis hemoragik herediter
b.      Hemangioma kavernosum

7.      Penyakit sistemik : amiloidosis, sarkoidosis, penyakit jaringan ikat, uremia dan lain-lain (4)

8.      Penyakit infeksi : DHF, Leptospirosis (5)

9.      Obat-obat ulserogenik : salisilat, kortikosteroid, alkohol, NSAID (indometasin, fenilbutazon, ibuprofen, nalproksen), sulfonamid, steroid, digitalis.

10.  Kafein, alkohol, dll.(6)

Diagnostik
·        Anamnesis
Dilakukan anamnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lemah dapat dilakukan alloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu seperti hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik, dan penyakit darah seperti leukemia dan lain-lain.(2)
1.   Penderita dengan riwayat ulkus peptikum, maka ulkus ini merupakan sumber perdarahan
2    Riwayat sering mengalami perdarahan mengarah ke kelainan darah.
3.   Riwayat perdarahan saluran cerna pada keluarga berhubungan dengan hemofilia atau telangiektasis hemoragik herediter.
4.   Riwayat alkoholisme menunjukan ada varises atau gastritis
5.   Anamnesis Penggunaan obat-obat ulserogenik karena obat-obat ini dapat menginduksi perdarahan.
6.   Penderita dengan feses hitam perlu ditanyakan tentang penggunaan obat-obat yang dapat merubah warna feses
7.   Riwayat muntah-muntah hebat mengarah ke sindrom Mallory-weiss.
8.   Hernia hiatus esophagus dicurigai bila penderita mengeluh pirosis yang sudah lama, sendawa, dan rasa tidak enak di daerah substernal atau epigastrium terutama waktu berbaring.
9.      Riwayat anoreksia, rasa lemah, berat badan turun, dan keluhan pencernaan, terutama pada orang tua mengarah kepada keganasan.
·        Pemeriksaan Diagnostik
1.   Pipa NGT dimasukan kedalam lambung untuk mengosongkan lambung, menentukan perdarahan terdapat pada SCBA, untuk memastikan tidak adanya obstruksi pylorus.
2.   Tes fluorosein mungkin digunakan untuk menentukan letak perdarahan.
3.   Setelah keadaan penderita stabil secepatnya dilakukan pemeriksaan sinar X, endoskopi atau kedua-duanya.
4.   Varises esophagus dapat dilihat dengan esofagoskopi atau barium kontras esophagus atau dapat juga dengan venografi splenoportal perkutan.
5.   Arteriografi abdomen kadang-kadang dapat membantu menentukan letak perdarahan, terutama pada perdarahan aktif. Juga dapat mendeteksi lesi yang menyebabkan perdarahan

KEMOTERAPI

Bila kita mendengar kata kemoterapi, akan terlintas dalam pikiran kita tentang penyakit yang mengharuskan dilakukan kemoterapi seperti kanker, tumor atau jenis karsinogenik lainnya. Kemoterapi adalah upaya untuk membunuh sel-sel kanker dengan mengganggu fungsi reproduksi sel. Kemoterapi merupakan cara pengobatan kanker dengan jalan memberikan zat/obat yang mempunyai khasiat membunuh sel kanker.
Kemoterapi bermanfaat untuk menurunkan ukuran kanker sebelum operasi, merusak semua sel-sel kanker yang tertinggal setelah operasi, dan mengobati beberapa macam kanker darah
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian penderita kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase, tindakan kemoterapi hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk sementara waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap sedangkan kejadian akhir hanyalah Tuhan yang menentukan.
Bila pada suatu tempat di badan kita terdapat pertumbuhan sel-sel yang berlebihan, maka akan terjadi suatu benjolan atau Tumor. Tumor ini dapat bersifat jinak maupun ganas. Tumor yang ganas inilah yang disebut dengan Kanker. Tumor Ganas mempunyai sifat yang khas, yaitu dapat menyebar luas ke bagian lain di seluruh tubuh untuk berkembang menjadi Tumor yang baru. Penyebaran ini disebut Metastase. Kanker mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Ada yang tumbuh secara cepat, ada yang tumbuh tidak terlalu cepat.
Terdapat kurang lebih 130 jenis penyakit Kanker, yang mempengaruhi kondisi tubuh kita dengan berbagai macam cara dan membutuhkan penanganan yang berbeda-beda. Tetapi semua jenis Kanker itu memiliki kesamaan: terdiri atas sel-sel yang membelah dengan cepat dan tumbuh tak terkontrol. Fungsi utama obat-obat Kemoterapi (Ing. Chemotherapy) adalah mengenali dan menghancurkan sel-sel seperti ini.
Kemoterapi telah digunakan sejak tahun 1950-an. Biasa diberikan sebelum atau sesudah pembedahan. Tujuannya adalah membasmi seluruh sel-sel Kanker sampai ke akar-akarnya, sampai ke lokasi yang tidak terjangkau pisau bedah. Paling tidak untuk mengontrol sel-sel Kanker agar tidak menyebar lebih luas. Pengobatan Kanker tergantung pada jenis atau tipe Kanker yang diderita dan dari mana asal Kanker tersebut. Umur, kondisi kesehatan umum pasien serta system pengobatan juga mempengaruhi proses pengobatan kanker. Pada kasus Kanker Pengobatan utama adalah melalui:
1. Pembedahan atau Operasi
2. Kemoterapi atau dengan cara pemberian Obat-obatan
3. Radioterapi atau Penggunaan Sinar Radiasi

Pada kenyataannya Secara umum biasanya digunakan lebih dari satu macam cara pengobatan di atas, misalnya Pembedahan yang diikuti oleh Kemoterapi atau Radioterapi, bahkan kadang pengobatan digunakan dengan 3 kombinasi (Pembedahan, Kemotarapi dan Radioterapi). Pada dasarnya Tujuan utama dari Pembedahan adalah mengangkat Kanker secara keseluruhan karena Kanker hanya dapat sembuh apabila belum menjalar ketempat lain. Sedangkan Kemoterapi dan Riadiasi tidak bukan dan tidak lain bertujuan untuk membunuh sel-sel Kanker atau menghentikan pertumbuhan sel-sel Kanker yang masih tertinggal.
Kemoterapi adalah proses pengobatan dengan menggunakan obat-obatan yang bertujuan untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel-sel Kanker. Banyak obat yang digunakan dalam Kemoterapi.
Manfaat Kemoterapi antara lain adalah sebagai berikut:

1. Pengobatan
Beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis Kemoterapi atau
beberapa jenis Kemoterapi.

2. Kontrol
Kemoterapi ada yang bertujuan untuk menghambat perkembangan Kanker agar tidak
bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain.

3. Mengurangi Gejala
Bila kemotarapi tidak dapat menghilangkan Kanker, maka Kemoterapi yang diberikan
bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada penderita, seperti meringankan rasa
sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran Kanker pada daerah yang
diserang.

Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah kulit, rongga tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul).

- Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari. Keuntungan
kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah.
- Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter, rumah sakit,
klinik, bahkan di rumah.
- Dalam bentuk infus. Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh paramedis yang
terlatih).
Tergantung jenisnya, Kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali, tiga minggu sekali, bahkan sebulan sekali. Berapa seri penderita harus menjalani Kemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita. Yang paling ditakuti dari kemoterapi adalah efek sampingnya. Ada orang yang sama sekali tidak merasakan adanya efek samping Kemoterapi. Ada yang mengalami efek samping ringan. Tetapi ada juga yang sangat menderita karenanya. Ada-tidak atau berat-ringannya efek samping kemoterapi tergantung pada banyak hal, antara lain jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh Anda, kondisi psikis Anda, dan sebagainya. Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping kemoterapi muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat. Efek samping dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah pengobatan. Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:
1. Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak langsung
menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga akhir pengobatan.

2. Mual dan Muntah
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada
beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah dengan
obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah pengobatan Kemoterapi. Mual
muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.

3. Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai
dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi.
Bila diare: kurangi makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk
mengganti cairan yang hilang.
Bila susah BAB: perbanyak makanan berserat, olahraga ringan bila memungkinkan

4. Sariawan
Beberapa obat kemoterapi menimbulkan penyakit mulut seperti terasa tebal atau infeksi.
Kondisi mulut yang sehat sangat penting dalam kemoterapi

5. Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah
kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat
terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi selesai.

6. Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau kaki
serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.

7. Efek Pada Darah
Beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan
pabrik pembuat sel darah, sehingga jumlah sel darah menurun. Yang paling sering adalah
penurunan sel darah putih (leokosit). Penurunan sel darah terjadi pada setiap kemoterapi dan
tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel
darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan:
a. Mudah terkena infeksi
Hal ini disebabkan oleh Karena jumlah leokosit turun, karena leokosit adalah sel darah yang
berfungsi untuk perlindungan terhadap infeksi. Ada beberapa obat yang bisa meningkatkan
jumlah leokosit.
b. Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah
trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.
c. Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb
(hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah seorang
menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.

8. Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari.
Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih melintang.

9. Produksi Hormon
menurunkan nafsu seks dan kesuburan

cara mengatasi efek samping :
  • pemberian anti mual dan muntah
  • saat merasa mual duduk ditempat yang segar
  • makan makanan tinggi kadar protein dan karbohidrat (puding, sereal, bakso, puding, susu, roti panggang, sup, yoghurt, keju, susu kental, kurma, kacang, dll)
  • lakukan perawatan mulut dengan menggosok gigi sebelum tidur dan setelah makan. Bila tidak dapat menggosok gigi karena gusi berdarah, gunakan pembersih mulut
  • berikan pelembab bibir sesuai kebutuhan
  • hindari rokok, makanan pedas dan air es.
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda!
Reaksi tiap orang pada tiap siklus juga berbeda!
Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan kemoterapi, biasanya dokter memberikan juga obat-obat untuk menekan efek sampingnya seminimal mungkin. Lagi pula semua efek samping itu bersifat sementara. Begitu kemoterapi dihentikan, kondisi Anda akan pulih seperti semula.

Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek samping kemoterapi sekaligus membangun kembali kondisi tubuh Anda. Anda bisa menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu dengan dokter Anda juga.
Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang semakin diterima kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa memberikan kemoterapi herbal yang bebas efek samping. Kalau Anda bermaksud menggunakannya, pastikan yang menangani Anda di klinik tersebut adalah seorang dokter medis. Paling tidak Anda harus berkonsultasi dengan dokter yang merawat Anda, dan lakukan pemeriksaan laboratorium secara teratur untuk memantau hasilnya.




sumber : Dharmais Cancer Hospital Website (Dr.dr.Noorwati S,SpPD.KHOM ) & Rumah Kanker