Kamis, 28 Januari 2010

BAYI BARU LAHIR

PENDAHULUAN
Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit /infeksi.
Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan menggunakan glukosa.
Kesehatan bayi pada kelanjutan perkembangan dan pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kesehatannya saat lahir dan hari-hari pertama kehidupan di luar rahim. Masa transisi dari fetus ke kehidupan neonatal merupakan periode yang sangat kritis. Bayi akan mengalami berbagai perubahan fisiologis untuk beradaptasi dengan lingkungan luar rahim. Salah satu proses adaptasi fisiologis yang harus dilakukan bayi dan diidentifikasi oleh perawat selama periode transisi ini adalah adaptasi sistem gastrointestinal. Feeding yang segera setelah kelahiran sangat penting dalam hubungannya untuk mendukung proses adaptasi kehidupan ekstra-uterisistem gastro-intestinal bayi baru lahir (BBL) karena bermanfaat untuk merangsang peristaltik usus sehingga isi usus dapat segera dikeluarkan. Feeding yang sangat tepat adalah kolostrum. Efek laksatif dari kolostrum memdukung mempercepat evakuasi mekonium. Kegagalan dalam membersihkan mekonium dengan cepat mempertinggi reabsorbsi usus terhadap bilirubin sehingga dapat meningkatkan level bilirubin indirect. Keadaan ini dapat berpengaruh tidak baik terhadap kesehatan bayi baru lahir akibat peningkatan bilirubin indirect.

KONSEP-KONSEP ESENSIAL
1. Pada periode pascapartum, bayi baru lahir mengalami perubahan biofisiologis dan perilaku
yang kompleks akibat transisi ke kehidupan ekstrauterin.
2. Asuhan keperawatan BBL didasarkan pada pengetahuan tentang perubahan-perubahan
biofisiologis ini dan pengaruh bayi pada unit keluarga.
3. Beberapa jam pertama setelah lahir menampilkan suatu periode penyesuaian kritis bagi BBL.
pada sebagian besar lingkungan, perawat memberikan perawatan langsung kepada bayi
segera setelah lahir.
4. Setelah periode transisi, perawat terus mengevaluasi BBL dengan interval yang periodic dan
menyesuaikan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan hasil temuan terbaru.
5. Perawat harus terampil menyeimbangkan kebutuhan keluarga akan privasi dengan kebutuhan
memantau transisi bayi ke kehidupan ekstrauterin

TUJUAN PERAWATAN BAYI BARU LAHIR
Priode pascapartum awal
• Mencapai dan mempertahankan jalan nafas dan mendukung pernafasan.
• Mempertahankan kehangatan dan mencegah hipotermia
• Memastikan keamanan dan mencegah cedera atau infeksi
• Mengidentifikasi masalah-masalah actual atau potensial yang memerlukan perhatian segera

Perawatan lanjutan
• Melanjutkan perlindungan dari cedera atau infeksi dan mengidentifikasi masalah-masalah
actual dan potensial yang memerlukan perhatian
• Memfasilitasi terbinanya hubungan dekat orang tua-bayi
• Memberikan informasi kepada orang tua tentang perawatan bayi baru lahir.
• Membantu oaring tua dalam mengembangkan sikap sehat tentang praktik membesarkan
anak

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ADAPTASI BAYI BARU LAHIR
1. Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, terpajan zat toksik dan sikap
orang tua terhadap kehamilan dan pengasuhan anak)
2. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya, lama persalinan, tipe analgesic,
atau anestesia intrapartum)
3. Kapasitas fisiologis bayi baru lahir untuk melakukan transisi ke kehidupan ekstrauterin
4. Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan merespons masalah dengan tepat pada
saat terjadi.

MENGETAHUI BAYI ANDA SEHAT ATAU TIDAK SETELAH LAHIR
Tanda-tanda bayi lahir sehat :
a. Segera menangis.
b. Pernafasan teratur.
c. Banyak bergerak.
d. Warna kulit merah muda.
e. Berat badan 2,5 kg atau lebih.

Bagaimana perawatan bayi dalam 4 minggu sesudah kelahiran?
a. Berilah ASI pada 30 menit pertama bayi lahir. Karena pada saat bayi lahir, pemberian makanan melalui ari-ari terputus sehingga harus segera diganti dengan ASI.
b. Jagalah suhu kamarnya agar bayi tidak kedinginan, karena dalam kandungan ibu, bayi mendapatkan kehangatan sesuai dengan suhu tubuh ibu.
c. Atur pertukaran udara dengan baik, karena bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya dengan baik.
d. Cucilah tangan bersih-bersih sebelum ibu merawat bayi, jagalah tempat tidur bayi dan popok tetap bersih, jangan biarkan orang lain memegang bayi bila tidak perlu. Bila bayi anda menderita demam, diare, susah bernafas, kejang-kejang segera bawa ke dokter.
e. Bila berat lahir bayi kurang dari 1,5 kg atau terdapat kelainan, segera ke Puskesmas atau dokter. Berat lahir bayi akan menurun 10% dan dalam 2 minggu akan kembali ke berat badan semula.

Apa yang harus dilakukan apabila kulit bayi menjadi kuning?
Bayi cukup bulan kadang-kadang kuning kulitnya dalam hari ke 2-3, hal ini tidak berbahaya karena biasanya akan menghilang dalam waktu 1 minggu. Jemurlah bayi pada pagi hari sebelum jam 10.00 pagi selama 15-30 menit. Hal ini akan mempercepat hilangnya warna kuning pada bayi. Bila kuning timbul dalam 24 jam setelah lahir atau berlangsung lebih dari 1 minggu, segera bawa ke Puskesmas atau dokter.
Pada bayi berat lahir rendah (BBLR) tetaplah berikan ASI karena beratnya cepat bertambah dan menjadi normal.

Apa tanda-tanda penyakit/kelainan pada bayi baru lahir yang harus segera mendapat pertolongan?
a. Tidak mau minum.
b. Mulut mencucur seperti mulut ikan.
c. Kejang-kejang.
d. Nafas cepat dan sesak.
d. Nafas cepat dan sesak.
e. Diare yang terus menerus.

Keadaan atau penyakit apa yang sering menyebabkan kematian pada bayi baru lahir?
Keadaan atau penyakit yang sering menyebakan kematian pada bayi baru lahir antara lain :
a. Bayi dengan berat lahir rendah (BBLR). Berat lahir kurang dari 2,5 kg.
b. Tetanus pada bayi baru lahir (Tetanus Neonatorum).
c. Penyakit Diare.
d. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Bagaimana mencegah timbulnya kejadian bayi dengan berat lahir rendah?
a. Menjaga agar ibu hamil makan lebih banyak atau 1 kali lebih sering daripada sebelum hamil.
b. Memeriksakan kehamilan secara teratur, minimal 4 kali selama kehamilan, yaitu:
- 3 bulan pertama kehamilan : minimal 1 kali.
- 3 bulan kedua kehamilan : minimal 1 kali.
- 3 bulan ketiga kehamilan : minimal 2 kali.
Bila berat badan ibu naik di bawah 1 kg perbulan, perlu segera ke Puskesmas atau dokter.
c. Menghindari kerja berat yang melelahkan dan mendapat istirahat yang cukup selama kehamilan.

Bagaimana upaya pencegahan diare pada bayi baru lahir?
a. Segera berikan ASI pada bayi baru lahir dan jangan berikan makanan tambahan lain, karena ASI terjamin kebersihannnya sehingga dengan pemberian ASI dapat mencegah diare dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi.
b. Gunakan air bersih untuk merawat bayi.
c. Buanglah kotoran bayi pada tempatnya.

Mengapa bayi kadang-kadang muntah?
Muntah atau sering disebut gumoh ialah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh makanan yang baru dimakan. Muntah dalam jumlah sedikit tidak membahayakan terutama pada bayi di bawah 6 bulan.

Bagaimana cara mencegah terjadinya muntah (gumoh)?
a. Perbaiki cara menyusui sehingga tidak terlalu banyak udara yang tertelan. Pada waktu menyusui perlu diperhatikan bibir bayi harus mencakup rapat puting dan sebagain areola payudara ibu.
b. Untuk mengeluarkan udara yang tertelan, bayi ditegakkan dan ditepuk-tepuk punggungnya atau sambil ditelungkupkan pada pangkun ibunya atau ditidurkan miring ke sebelah kanan.
c. Perlakukan bayi secara halus, karena muntah dapat disebabkan karena gangguan psikologik misalnya apabaila bayi diperlakukan secara kasar.

Apakah kolik itu dan apa tanda-tandanya?
Kolik adalah suatu keadaan dimana bayi tampak kesakitan dan menangis terus menerus, biasanya terjadi pada bayi berusia 3 bulan. Penyebabnya bermacam-macam seperti terlalu lapar, gangguan emosi dan lain sebagainya.
Tanda-tanda bayi kolik ialah:
- Perut bayi tegang dan kembung.
- Bayi menangis terus menerus kadang-kadang sampai berjam-jam.
- Wajah bayi kemerahan atau pucat kebiruan.
- Kaki dingin dan tangan mengepal.

Bagaimana cara menanggulangi kolik?
Cara menanggulanginya, gosoklah perut bayi dengan sedikit minyak kayu putih atau minyak telon atau yang sejenisnya. Bila tidak ada perbaikan, bawalah ke Puskesmas atau
dokter.
Mengapa lidah bayi kadang-kadang putih?
Lidah bayi berwarna putih karena adanya sisa ASI di mulut bayi, yang semakin lama semakin tebal. Kalau hal ini dibiarkan, dapat menyebabkan bayi sulit makan. Bagaimana mencegah agar lidah bayi tidak putih ? Untuk mencegahnya berilah bayi minum air putih dengan sendok teh setiap habis menyusu.
Masalah-masalah seperti disebut di atas, wajar ditemui pada bayi baru lahir. Penyebabnya, bisa karena faktor hormon sang ibu, pengeluaran hasil sel atau kelenjar (sekresi) yang aktif, atau faktor eksresi yaitu pembuangan sisa-sisa kotoran/racun dalam tubuh. Tapi bisa juga karena ada sesuatu yang tak harmonis dalam tubuh si kecil. Kendati wajar dan lumrah, tetap saja harus diwaspadai, apakah cairan yang dikeluarkan bayi masih dalam batasan normal atau tidak. Nah, berikut hal-hal yang kerap dicemaskan orang tua disertai penjelasannya.

Darah dan keputihan dari vagina
Pada beberapa bayi perempuan yang baru lahir, kadang ditemui bercak darah keluar dari vaginanya seperti wanita tengah haid. Bahkan selain darah, kadang si kecil mengalami keputihan.Penyebabnya tak lain pengaruh hormon estrogen ibu saat bayi masih di kandungan, terutama pada trimester ketiga kehamilan. Hal itu bisa terjadi karena kendati masih bayi, ia sudah memiliki rahim dan kelenjarnya sudah bekerja. Karena penyebabnya adalah pengaruh hormonal sang ibu, maka tak perlu diobati. Diamkan saja sampai pengaruh hormon si ibu hilang atau habis dengan sendirinya.Kapan hilangnya, tergantung kadar hormon si ibu. Biasanya tak sampai 2 bulan.
Pengaruh hormonal dari ibu ini sebenarnya tak jadi masalah, hingga tak perlu kelewat cemas. Pada bayi lelaki, pengaruh hormonal dari ibu akan terlihat pada payudaranya yang agak besar seakan membengkak. Tak perlu dipijat-pijat, nanti bengkaknya juga akan hilang dengan sendirinya.

Lendir
Akibat ada lendir, napas si kecil jadi terdengar berisik. Suara grok, grok, grok, yang dikeluarkannya membuat ibu khawatir. Bunyi itu, berasal dari cairan yang berada di paru-paru, karena organ ini memproduksi lendir juga. Bunyi yang dikeluarkan bayi, pertanda sekresinya berlebihan. Pada bayi yang berbakat alergi, semisal ibunya makan seafood hingga bayinya alergi, maka produksi lendir pun akan meningkat. Karena itu, ibu harus memperhatikan benar, apa saja yang bisa jadi pencetus alergi anak hingga napas keras karena lendir yang berlebihan tadi bisa dihindari. Selain alergi, peningkatan lendir juga bisa terjadi karena ada infeksi semisal tertular flu dari lingkungan sekitarnya.
Sekresi lendir yang berlebih juga dapat mengganggu makan dan minum bayi. Kondisi saluran napas dan saluran makan anak usia 3-6 bulan masih dalam keadaan terbuka hingga ia pun akan muntah karena makanan atau minuman yang ditelannya tak bisa masuk dengan baik. Beda dengan bayi usia 6 bulan ke atas di mana kedua saluran tadi tak terbuka kedua-duanya. Saat si bayi minum atau makan, maka saluran napasnya akan menutup.
Nah, bunyi napas yang kasar tadi, sejauh tak mengganggu makan-minum, tak ada demam atau infeksi, tak mengganggu aktivitas bayi, tak perlu dikhawatirkan. Sebab pada prinsipnya tubuh bayi memproduksi banyak lendir, hanya saja dia tak bisa mengeluarkannya seperti dengan batuk karena refleksnya belum baik.Letakkan bayi dalam posisi tengkurap lalu tepuk-tepuk punggungnya. Kalau lendirnya banyak, dengan cara ini dia akan muntah. Lakukan cara ini sebelum bayi minum apa pun. Posisi tidur tengkurap juga bagus, karena posisi saluran napas jadi lebih rendah hingga lendir pun akan turun ke arah mulut.

Tinja
Begitu tinja si kecil berwarna hijau tua dan agak kehitaman, orang tua umumnya langsung cemas. Padahal, itu normal-normal saja. Ini bisa terjadi karena bayi minum cairan ketuban dan disekresikan tubuh untuk kemudian dikeluarkan kembali ke dalam air ketuban dalam plasenta ibu. Begitu lahir, bila si bayi buang air besar maka kotoran awal yang keluar akan berupa kotoran kala dia masih di kandungan, yang disebut meconium. Jadi, tak perlu cemas dan panik. Biasanya meconium akan berlangsung selama 2-3 hari. Setelah itu, kotorannya akan berwarna hijau, walaupun sudah tak ada lagi kaitannya dengan air ketuban. Warna hijau ini diberikan pada makanan oleh empedu yang terdapat di usus dua belas jari. Adanya warna empedu pada tinja yang keluar sebenarnya pertanda bagus. Berarti empedu itu bekerja mencerna lemak makanan yang ada dalam usus.
Kecuali, jika warna tinja putih seperti dempul. Ini patut dicurigai karena mungkin ada yang tak normal atau mungkin terjadi sumbatan pada empedunya. Begitu juga bila terdapat darah pada tinja, harus diwaspadai sebagai indikasi ada infeksi. Segera bawa anak ke dokter.
Normalnya, pada bayi baru lahir karena ia mendapatkan ASI, maka frekuensi BAB-nya dalam sehari bisa 6-8 kali dalam bentuk cair dan ada ampasnya. Hal ini normal. Kecuali hanya cairan atau berlendir saja, maka harus segera dibawa ke dokter karena kemungkinan terjadi infeksi. Biasanya setelah mendapat makanan padat, pola buang air besarnya bisa berubah, misal, 3 kali sehari.

Urin
Umumnya, urin bayi baru lahir tak putih bening warnanya, melainkan kuning agak pekat. Bisa juga kemerahan seperti darah. Ini dipengaruhi minuman si bayi. Ada beberapa produk susu formula yang mengandung suatu zat tertentu yang sebetulnya memang baik untuk tubuh, tapi bisa menyebabkan warna urin berubah karena mungkin kadarnya terlalu tinggi. Jadi, tak usah buru-buru cemas. Kalau karena pengaruh susu formula, sebetulnya tak berbahaya karena hanya suatu reaksi tubuh. Walaupun demikian, ada baiknya untuk penggunaan susu tersebut selanjutnya dikonsultasikan pada dokter.
Lain hal kalau warna urin merah bukan dikarenakan konsumsi yang diminum si bayi, maka ibu harus waspada. Misal, bayi tak minum susu formula. Bisa jadi darah yang ada di urinnya karena ada perdarahan, entah akibat infeksi ataupun kekurangan vitamin K.

Keringat
Banyak orang tua mengeluh, mengapa keringat si kecil begitu banyak. Padahal, memang begitulah yang terjadi pada bayi baru lahir. Pada beberapa bagian tubuh, seperti kepala, tangan, dan kaki, keringatnya banyak sekali. Penyebabnya, di daerah tersebut memang banyak kelenjar keringatnya. Malah kalau ia banyak berkeringat, itu pertanda kelenjar keringatnya berfungsi dengan baik. Sebab, pengeluaran keringat, termasuk proses eksresi, yaitu membuang sisa-sisa garam, juga racun dalam tubuh. Selain itu, untuk mengeluarkan panas dalam badan dan membuat suhu permukaan kulit jadi turun. Umumnya, makin meningkat usia bayi, keringatnya akan berkurang.
Penyebab lain dari keringat berlebihan adalah konsumsi susu sapi. Protein susu sapi dalam badan akan diubah oleh tubuh menjadi protein. Nah, saat pengubahan itu, banyak menimbulkan panas yang akan dibuang dalam bentuk keringat.

Air mata
Orang tua juga kadang khawatir bila mata bayinya selalu tampak belekan atau berair terus. Produksi air mata pada bayi sebetulnya sudah ada. Kalau pada orang dewasa, bila ia menangis akan terasa ada air mata yang masuk ke dalam saluran hidung, seperti orang yang pilek. Nah, pada beberapa bayi, kalau produksi air matanya berlebihan, sementara saluran yang ada ke hidung belum sempurna dan belum dapat dipakai dengan baik, maka bayi akan mengeluarkan air mata hanya dari matanya. Saluran hidung ini umumnya akan membaik bila bayi menginjak usia 1 bulan. Lain hal jika ia mengalami radang di hidung hingga salurannya tetap tersumbat dan akibatnya air matanya menjadi meningkat.

Muntah
Jika hanya gumoh, tak perlu dirisaukan. Gumoh terjadi karena ada udara di dalam lambung yang terdorong keluar kala makanan masuk ke dalam lambung bayi. Yang harus dikhawatirkan adalah muntah, yaitu cairan yang keluar lebih banyak dari gumoh. Muntah bukan sekresi ataupun eksresi, tapi memang ada sesuatu yang tak normal. Harusnya makanan dan minuman masuk dari mulut ke lambung, lalu ke usus dua belas jari. Nah, jika muntah, berarti ada sesuatu yang menganggu. Umumnya karena ada masalah pada pintu masuk lambung, misal, sudutnya tak tepat, sementara tekanan dari lambung tinggi. Akibatnya, dia akan balik lagi yang disebut reflaks. Bisa juga ada masalah pada pintu keluar lambung hingga menyebabkan lambung terganggu kala akan mengeluarkan isinya ke usus dua belas jari. Penyebab lain adalah infeksi, semisal radang tenggorokan yang bisa menimbulkan reaksi muntah. Namun demikian, muntah pada bayi baru lahir jarang sekali terjadi.
Walaupun sebagian besar proses persalinan terfokus pada ibu tetapi karena proses tersebut merupakan proses pengeluaran hasil kehamilan (bayi), maka penatalaksanaan suatu persalinan baru dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan dengan segera, aman dan betrsih pada bayi baru lahir adalah bagian esensial dari asuhan bayi baru lahir. Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia, hipotermia dan/atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi barulahir dapat dicegah bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana serta dilakukan pencegahan hipotermia dan infeksi.

Penatalaksanaan awal bayi baru lahir
Penatalaksanaan awal bayi baru lahir meliputi:
• Pencegahan infeksi
• Penilaian awal
• Pencegahan kehilangan panas
• Rangsangan taktil
• Asuhan tali pusat
• Memulai pemberian ASI
• Pemberian profilaksis terhadap gangguan pada mata

Pencegahan infeksi
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat melakukan penanganan bayi baru lahir, pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi berikut ini:
• Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan kontak dengan bayi
• Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
• Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau steril. Jika menggunakan bola karet penghisap, pakai yang bersih dan baru. Jangan pernah menggunakan bola karet penghisap untuk lebih dari satu bayi.
• Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang digunakan untuk bayi, telah dalam keadaan bersih.
• Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, thermometer, stetoskop dan benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam keadaan bersih (dekontaminasi dan cuci setiap kali setrilah digunakan.

ADAPTASI /PERUBAHAN FISIOLOGI PADA BBL
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang lain.
Pengertian Bayi Baru Lahir Normal
Janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar kandungan.
Karakteristik Bayi Baru Lahir Normal
a. Usia 36-42 minggu.
b. Berat badan lahir 2500-4000 gr.
c. Dapat bernafas dengan teratur dan normal.
d. Organ fisik lengkap dan dapat berfungsi dengan baik.

Adaptasi Fisik Bayi Baru Lahir Normal
Segera setelah lahir, BBL harus beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis. Banyak perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan interna (dalam kandungan Ibu)yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2 dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Saat ini bayi tersebut harus mendapat oksigen melalui sistem sirkulasi pernafasannya sendiri yang baru, mendapatkan nutrisi oral untuk mempertahankan kadar gula yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit
Periode adaptasi terhadap kehidupan di luar rahim disebut Periode Transisi. Periode ini berlangsung hingga 1 bulan atau lebih setelah kelahiran untuk beberapa sistem tubuh. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil serta menggunakan glukosa. Perubahan Sistem Pernafasan. Interaksi antara sistem pernafasan, kardiovaskuler dan susunan syaraf pusat menimbulkan pernafasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah :
1. Perubahan sistim pernapasan / respirasi
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru – paru.

a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabnga dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjit sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnakan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

b. Awal adanya napas
Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1). Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang
merangsang pusat pernafasan di otak.
2). Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru selama
persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru - paru secara mekanis.
Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat
menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang
diperlukan untuk kehidupan.
3). Penimbunan karbondioksida (CO2)
Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang
pernafasan. Berurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi
sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan
janin.
4). Perubahan suhu
Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas
Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru – paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkandinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

d. Dari cairan menuju udara
Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secar sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah.

e. Fungsi sistem pernapasan dan kaitannya dengan fungsi kardiovaskuler
Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara.Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.
Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

2. Perubahan pada sistem peredaran darah
Perubahan Dalam Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan.Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar rahim harus terjadi 2 perubahan besar :
a. Penutupan a). foramen ovale pada atrium jantung
b). Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.
Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi /meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.
Dua peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah
1) Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.
2) Pernafasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernafasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, toramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.
Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

Perbedaan sirkulasi darah fetus dan bayi
a. sirkulasi darah fetus
1). Struktur tambahan pada sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis : membawa darah yang telah mengalami deoksigenasi dari plasenta ke permukaan dalam hepar
b). Ductus venosus : meninggalkan vena umbilicalis sebelum mencapai hepar dan mengalirkan sebagian besar darah baru yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.
c). Foramen ovale : merupakan lubang yang memungkinkan darah lewat atrium dextra ke dalam ventriculus sinistra
d). Ductus arteriosus : merupakan bypass yang terbentang dari venrtriculuc dexter dan aorta desendens
e). Arteri hypogastrica : dua pembuluh darah yang mengembalikan darah dari fetus ke plasenta. Pada feniculus umbulicalis, arteri ini dikenal sebagai ateri umbilicalis. Di dalam tubuh fetus arteri tersebut dikenal sebagai arteri hypogastica.

2). Sistem sirkulasi fetus
a). Vena umbulicalis : membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior
b). Ductus venosus : adalah cabang – cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior
c). Vena cava inferior : telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum
d). Foramen ovale : memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk kedalam cabang ascendensnya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung dan serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi
e). Vena cava superior : mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam venriculus dexter
f). Arteria pulmonalis : mengalirkan darah campuran ke paru - paru yang nonfungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit
g). Ductus arteriosus : mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis dan ekstremitas inferior
h). Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung leih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal

b. Perubahan pada saat lahir
1). Penghentian pasokan darah dari plasenta
2). Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru
3). Penutupan foramen ovale
4). Fibrosis
a). Vena umbilicalis
b). Ductus venosus
c). Arteriae hypogastrica
d). Ductus arteriosus

3. Pengaturan suhu
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin , pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak coklat bayi.
Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis.Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBlL

4. Metabolisme Glukosa
Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap bayi baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam).
Koreksi penurunan kadar gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara :
a. melalui penggunaan ASI
b. melaui penggunaan cadangan glikogen
c. melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak.
BBL yang tidak mampu mencerna makanan dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenisasi).Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup.Bayi yang sehat akan menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen terutama di hati, selama bulan-bulan terakhir dalam rahim. Bayi yang mengalami hipotermia, pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan cadangan glikogen dalam jam-jam pertama kelahiran. Keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai dalam 3-4 jam pertama kelahiran pada bayi cukup bulan. Jika semua persediaan glikogen digunakan pada jam pertama, maka otak dalam keadaan berisiko. Bayi yang lahir kurang bulan (prematur), lewat bulan (post matur), bayi yang mengalami hambatan pertumbuhan dalam rahim dan stres janin merpakan risiko utama, karena simpanan energi berkurang (digunakan sebelum lahir).
Gejala hipoglikemi dapat tidak jelas dan tidak khas,meliputi; kejang-kejang halus, sianosis,, apneu, tangis lemah, letargi,lunglai dan menolak makanan. Hipoglikemi juga dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemi adalah kerusakan yang meluas di seluruh di sel-sel otak.

5. Perubahan sistem gastrointestinal
Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Reflek gumoh dan reflek batuk yang matang sudah terbentuk baik pada saat lair.
Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esofagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan “gumoh” pada bayi baru lahir dan neonatus, kapasitas lambung masih terbatas kurang dari 30 cc untuk bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makanan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memberi ASI on demand.

6. Sistem kekebalan tubuh/ imun
Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang di dapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahana tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami:
a. perlindungan oleh kulit membran mukosa
b. fungsi saringan saluran napas
c. pembentukan koloni mikroba oleh klit dan usus
d. perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung
Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel yaitu oleh sel darah yang membantu BBL membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada BBL se-sel darah ini masih belum matang, artinya BBL tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien.
Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. BBL dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibodi keseluruhan terhadap antigen asing masih belum dapat dilakukan sampai awal kehidupa anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Defisiensi kekebalan alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.

PERAWATAN BAYI
Perawatan bayi menyangkut banyak hal. Dimulai ketika mengangkat bayi, saat mengganti baju, memandikan, atau memberinya makan, peganglah dengan erat dan penuh percaya diri. Bicaralah secara perlahan dan lembut, sambil melakukan kontak mata.

Mengangkat bayi

Menggendong dan merangkul bayi akan membuatnya merasa aman dan dicintai. Mungkin tidak mudah pada awalnya, namun Anda akan semakin terbiasa dengan sering melakukannya.
• Berdiri menghadap ke arahnya, susupkan satu tangan ke bawah kepala dan lehernya, dan tangan lain ke pantat.
• Angkat perlahan dan lembut kearah dada, putar kepalanya kearah lekukan siku, lalu sangga tubuhnya dengan lengan Anda.
• Saat meletakkannya, pegang kepala dan pantatnya. Tarik terlebih dahulu tangan dari pantat, kemudian tarik tangan yg dibawah kepala.

Menggendong bayi


Termasuk dalam perawatan bayi termasuk juga menggendong bayi. Bayi baru lahir belum dapat menegakkan kepalanya. Anda harus menyangganya agar tidak terkulai. Gunakan gendongan agar ia dekat dengan tubuh Anda, sementara tangan Anda bisa melakukan pekerjaan lain.
Memakaikan baju
Kebanyakan bayi tidak menyukai baju yang dimasukkan melalui kepala. Ada baiknya Anda membeli baju yang berkancing atau bertali depan atau samping.
Mengganti popok
Untuk menghindari ruam popok, gantilah sesegera mungkin ketika basah atau kotor.Perlu diketahui, perawatan bayi baru lahir perlu mengganti popok 10 hingga 12 kali sehari.
Perawatan bayi dari ujung kepala sampai ujung kaki
Dalam melakukan perawatan bayi baru lahir sebenarnya tidak perlu dimandikan setiap hari. Diantara waktu mandi, bersihkan tubuh bayi dengan mengelapnya dari ujung kepala sampai kaki. Caranya, buka baju bayi sebentar, bersihkan bagian yang perlu, seperti wajah, tangan, dan bagian kemaluan. Jangan membersihkan bagian dalam hidung atau kuping, karena lender dan selaput keduanya dapat membersihkan sendiri. Usaplah bagian yang kotor dengan kapas basah.

Memandikan


Termasuk dalam perawatan bayi adalah memandikannya dengan benar :
• Siapkan terlebih dahulu keperluan mandi,
• Isi air hangat ke bak mandi, periksa suhunya dengan sikut.
• Buka baju, bungkus dengan handuk di pangkuan Anda. Usap matanya dengan kapas yang telah dibasahi dengan air matang dingin. Bersihkan daerah sekitar wajah dan mulut.
• Keramasi rambutnya, pegang kepalanya di atas bak mandi. Keringkan. Lepaskan handuk, letakkan satu tangan di bawah pundaknya, dan tangan lain di pantat, lalu masukkan bayi secara perlahan ke bak mandi.
• Tahan leher dan pundaknya, sabuni dan bilas dengan tangan Anda yang bebas. Pegang pantatnya dan angkat. Bungkus dengan handuk, tepuk-tepuk agar kering. Biarkan bayi terbungkus handuk saat Anda memakaikan baju dan popoknya.

Menidurkan


Waktu tidur bayi berbeda-beda. Rata-rata bayi baru lahir akan bangun selama 6-8 jam setiap 24 jam, dan biasanya tidur di siang hari 3-5 jam.
Menangis
Menangis adalah cara bayi Anda memberitahu kebutuhannya. Secara bertahap, Anda akan belajar membedakan tangisannya. Antara tangisan lapar atau lelah. Dengan demikian Anda bisa memberikan perawatan bayi dengan benar. Bila tidak berhenti juga, cobalah untuk menghubungi dokter Anda.

TIPS MERAWAT BAYI BARU LAHIR
Jadi orang tua baru biasanya merasa gamang dan seperti tak tahu berbuat apa ketika harus mulai merawat si kecil yang baru lahir. Berikut ini 4 hal utama perawatan bayi baru lahir yang sering membuat orang tua gamang.
Membersihkan Tali Pusat
Benda yang menempel pusar si kecil ini sering membuat kita serba kikuk. Takut merawatnya dan menyakiti bayi. Benda itu adalah sisa tali pusatyang akan lepas dengan sendirinya sekitar 7- 14 hari( meski ada juga yang sampai hampir sebulan ) setelah bayi lahir. Tak ada yang menakutkan, yang penting bagaimana kita merawat kebersihannya agar terhindar dari infeksi..
Cara benar merawat tali pusat si kecil.
* Usahakan tali pusat dan daerah sekitarnya selalu dalam keadaan kering dan bersih. Tali pusat yang lembab bisa memancing jamur dan infeksi, juga membuat lama terlepas.
* Bila si kecil buang air besar, lepaskan dan lipat popoknya ke arah belakang, sehingga tali pusat terhindar ke arah belakang, sehingga tali pusat terhindar dari kotoran maupun air seni.
Setiap kali mandi, beri perhatian khusus pada tali pusat.
1. Setelah seluruh tubuh bayi (termasuk bagian tali pusat) dikeringkan dengan handuk lembut, bersihkan sisa tali pusat dengan kapasyang telah dicelup air matang. Lakukan dengan lembut mulai dari pangkal ( bagian yang menempel di perut ) hingga ujungnya.
2. Bungkus dengan kain kasa kering. Tidak perlu mengikatnya, cukup dengan dilipat, agar masih tetap ada udara yang keluar masuk.
* Selalu pantau kondisi tali pusat. Bila terlihat tanda-tanda iritasi, kemerahan, berdarah atau berbau tak sedap, segera periksakan ke dokter.
Penting diingat! Jangan sekali-kali menarik-narik atau mendorong masuk sisa tali pusat.
Menggunting Kuku


Kuku bayi memang kelihatan mungil, tipis dan lembut. Makanya, banyak orang tua ngeri memotong kuku bayinya, karena takut melukai jari si kecil.Sebenarnya, kuku lebih tahan serangan kuman. Tetapi, kalau kuku selalu dalam keadaan lembap, jamur serta kuman senang bersarang di sana. Belum lagi kalau kebersihannya kurang terjaga, sementara bayi gemar memasukkan jarinya ke mulutyang membuat kukunya terus-menerus lembab. Itu sebabnya, kuku si kecil harus selalu dalam keadaan kering. Perhatikan beberapa hal saat menggunting kuku si kecil.
* Amati selalu panjang kuku si kecil, mengingat pertumbuhan kuku bayi jauh lebih cepat dari orang dewasa.
* Potong atau gunting bila terlihat panjang dan tajam. Meski tipis dan lemah, kuku yang panjang bisa menggores wajah si kecil.
* Potong atau gunting kuku si kecil setelah mandi, karena masih lunak sehingga mudah digunting. Tetapi, kalau bayi anda termasukyang tak bisa diam, lakukan saat ia tidur lelap di siang hari.
Caranya :
1. Gunakan pemotong kuku atau gunting yang dirancang khusus untuk bayi.
2. Sebelum digunakan, tak ada salahnya dibersihkan dulu dengan alkohol 70%.
3. Pegang salah satu telapak tangan si kecil dengan tangan kiri anda (sebaliknya bila anda kidal), lalu lebarkan jarak antar jari-jarinya.
4. Gunting kuku si kecil dengan tangan kanan anda secara perlahan.
5. Bersihkan kotoran yang ada di balik kuku dengan kapas yang dibasahi air hangat.
* Jangan terlalu sering menggunting kuku bayi, karena akan mempermudah terjadinya kerusakan kulit di sekitar kuku.
* Meski sudah super hati-hati, terkadang terjadi juga sedikit luka di kulit bayi saat anda memotong kukunya. Tak perlu panik. Segera bersihkan darah dengan kapas dan beri obat antiseptik. Jika perlu, kenakan sarung tangan.
Penting diingat! Jangan ikuti keinginan untuk mengelupas apalagi memotong kuku bayi dengan gigi Anda. Kuman yang ada dalam mulut Anda bisa berpindah ke kulit bayi. Selain itu, tanpa sadar Anda bisa terlalu dalam memotong kukunya.
Membersihkan Telinga.
Membersihkan telinga bayi tidak serumit yang anda duga. Yang penting, anda tetap tenang meski si kecil selalu menggerak-gerakkan kepalanya. Anda tidak perlu memasukkan bola kapas atau kapas berantai ke dalam lubang telinganya. Cukup bersihkan bagian luar serta daun telinga si kecil.
Telinga bayi sebaiknya di bersihkan dengan cara:
* Lakukan bersamaan waktu ia mandi.
* Basahi waslap dengan air hangat dan beri sabun bayi sedikit. Angkat sedikit kepala si kecil, lalu usap daun telinga serta bagian belakang telinganya. Bilas sampai bersih.
* Gunakan kapas bulat atau kapas berantai yang dicelup air hangat, lalu bersihkan bagian luar hingga lubang telinga si kecil, termasuk ceruk-ceruk ( lekukan) pada daun telinganya.
* Keringkan dengan handuk kecil lembut.
Cairan lilin di telinga si kecil sebenarnya normal, bahkan berguna sebagai penghalang masuknya kotoran dari luar. Jadi, tak perlu terlalu dirisaukan, kecuali kotoran itu sampai mengeras dan menutupi lubang telinga si kecil.
Catatan: Penting diingat! Cairan lilin di telinga bayi sebenarnya normal, bahkan berguna sebagai penghalang masuknya kotoran dari luar. Jadi, tak perlu terlalu dirisaukan, kecuali kotoran itu sampai mengeras dan menutupi lubang telinga bayi.
Membersihkan Mata.
Adakalanya, mata si kecil terlihat redup dan terdapat kotoran menempel di kelopaknya. Jangan khawatir, mudah kok membersihkannya.
* Bersihkan mata si kecil bersamaan dengan waktu mandinya, atau setiap pagi dan sore hari.Sebelum membersihkan, bersihkan dulu tangan anda agar kalau ada kuman di sana tidak berpindah ke mata si kecil.
* Gunakan kapas bulat yang sudah dicelup air hangat.
* Usapkan perlahan mata si kecil (lakukan dari arah tengah ke luar). Jangan bolak-balik.
* Ganti kapas setiap kali usap. Selain agar kotoran mata yang menempel di kapas tak mengenai matanya lagi, juga agar mata si kecil tidak terkontaminasi kuman dari satu ke mat yan lain.
Terkadang air mata si kecil terus menerus keluar. Hal ini karena ada sumbatan di saluran air mata. Atasi dengan memijat secara halus bagian pangkal hidung si kecil.Penting diingat! Kalau kotoran mata si kecil tak juga hilang meski selalu dibersihkan, segera bawa ke dokter, karena bisa jadi matanya terinfeksi kuman

Pengkajian fisik keperawatan pada bayi baru lahir merupakan pengkajian fisik yang di lakukan oleh perawat untuk menilai status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir, kemudian 24 jam setelah lahir dan pada waktu pulang dari rumah sakit. Tujuan secara umum pengkajian fisik pada bayi adalah menilai status adaptasi atau penyesuaian kehidupan intra uteri ke dalam kehidupan ekstra uteri dan mencari kelainan pada bayi. Adapun pengkajian fisik yang dapat di lakukan pada bayi antara lain:
Penilaian Apgar Score
Pengkajian ini memiliki kemampuan laju jantung, kemampuan bernafas, kekuatan tonus otot, kemampuan reflex dan warna kulit. Penilaian apgar score ini di temukan oleh Dr.Virgina Apgar, penilaian ini dapat di lakukan pada menit pertama setelah lahir dengan penilaian sebagai berikut:
7-10 (beradaptasi baik)
4-6 (asfiksia ringan hingga sedang)
0-3 (asfiksia berat)
Kemudian penilaian berikutnya setelah 5 menit.
Pemeriksaan Cairan Amnion
Pemeriksaan cairan amnion ini di lakukan untuk menilai ada tidaknya kelainan pada cairan amnion tentang jumlah volumenya, apabila volumenya lebih dari 2000 ml bayi mengalami polihidramnion atau di sebut hidramnion sedangkan apabila jumlahnya kurang dari 500 ml maka bayi mengalami oligohidramnion.
Pemeriksaan Placenta
Pada pemeriksaan placenta ini di lakukan untuk menentukan keadaan placenta seperti adanya pengkapuran, nekrosis, beratnya dan jumlah korion. Pemeriksaan ini penting dalam menentukan terjadi kembar identik atau tidak.
Pemeriksaan Tali Pusat
Pemeriksaan tali pusat ini menilai ada tidaknya kelainan dalam tali pusat seperti adanya vena dan arteri, adanya tali simpul pada tali pusat atau tidak.
Pengukuran Antropometri
Pada pemeriksaan bayi baru lahir perlu di lakukan pengukuran antropometri seperti berat badan, dimana pengukuran berat badan yang normal adalah 2500-3500 gram, pengukuran panjang badan secara normal, panjang bayi baru lahir adalah 45-50 cm, pengukuran lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm.
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan Dada dan Punggung
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Pemeriksaan Genitalia
Pemeriksaan Anus dan Rectum
Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan Refleks
Anda merasa gamang dan seperti tak tahu harus berbuat apa ketika harus mulai merawat bayi yang baru lahir? Jangan bingung! Namanya juga orang tua baru, kan? Nah, berikut ini empat hal utama perawatan bayi baru lahir yang sering membuat orang tua gamang.

CONTOH BLANGKO ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL

HASIL ASUHAN KEBIDANAN ANTENATAL
PADA NY “ Y “ GESTASI 8 – 10 MINGGU DENGAN MUAL DAN MUNTAH
………………………….
TGL 23 – 1 – 2007
No Register : 103476
Tgl Kunjungan : Tanggal 23 Januari 2007
Tgl Pengkajian : Tanggal 23 Januari 2007
IDENTITAS ISTERI / SUAMI
1. Nama : Ny “ S “ / Tn “ D “
2. Umur : 30 tahun / 34 tahun
3. Suku : Makassar / Makasar
4. Agama : Islam / Islam
5. Pendidikan : SMA / SMA
6. Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
7. Alamat : BTN Mutiara Permai

DATA SUBJEKTIF ( S )
1. Ibu mengatakan ini kehamilan pertama dan tidak pernah keguguran
2. Ibu mengatakan HPHT tanggal 17 - 11 – 2006
3. Ibu mengatakan umur kehamilannya 2 bulan lebih
4. Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri perut yang hebat selama hamil
5. Ibu mengatakan belum mendapatkan imunisasi TT
6. Ibu mengatakan merasakan mual dan muntah sejak 2 minggu yang lalu dan lebih sering dirasakan pada waktu pagi hari

DATA OBJEKTIF ( O )
1. Keadaan umum ibu nampak cemas
2. BB : 55 Kg Sebelum hamil 56 Kg
3. TB : 158 cm
4. Tanda –tanda vital
Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
Nadi : 80 x / menit
Suhu : 36,8 ° C
Pernapasan : 24 x / menit
5. HTP : Tanggal 24 – 8 – 2007
6. Umur kehamilan : 9 minggu 5 hari
7. Konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterus
8. Ekspresi wajah nampak cemas dan tidak ada oedema pada wajah
9. Bibir tampak agak kering , tidak ada caries gigi
10. Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis
11. Payudara simetris kiri dan kanan, putting susu terbentuk, areola hiperpigmentasi, tidak ada massa atau nyeri tekan.
12 Tonus otot perut tampak tegang, tampak linea nigra dan tidak ada bekas operasi
13. Palpasi
Leopold I : 2 jari atas symfisis ( 10 cm)
Leopold II : Ball 14. DJJ : belum terdengar
15. Tidak ada oedema dan varises pada tungkai.
16. Refleks patella ( + ) ki /ka

ASSESMENT ( A )
Diagnosa Aktual : GI PO AO, Gestasi minggu, intra uterin, dengan masalah aktual mual dan muntah
Masalah potensial : Hiperemesis Gravidarum

PLANNING ( P )
1. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan kehamilannya
2. Memberikan HE kepada ibu tentang :
a. Gizi ibu hamil
b. Istirahat yang cukup
c. Hygiene ibu hamil
d. Menganjurkan pada ibu untuk menghindari keadaan atau makanan yang merangsang
muntah.
e. Menganjurkan pada ibu untuk mengkonsumsi atau makan biskuit kering / roti dengan
minum teh hangat sebelu bangun tidur di pagi hari.
f. Penatalaksanaan pemberian obat yaitu : B Complex dan Calsium
g. Menganjurkan kepada ibu untuk datang follow up minggu depan tanggal 30 Januari 2007





REFERENSI
http://en.seenow.com/popular
www.AsianBrain.com
www.AnneAhira.com
Soegijanto soegeng,Asuhan neonatus,bayi dan anak. 2002.
Dedeh Sri Rahayu,Asuahan keperawatan anak dan neonatus, 2009.

SISTEM REPRODUKSI MASA NIFAS

Sistem Reproduksi pada Masa Nifas

Walaupun istilah involusi saat ini telah digunakan untuk menunjukkan kemunduran yang terjadi pada setiap organ dan saluran reproduktif, kadang lebih banyak mengarah secara spesifik pada kemunduran uterus yang mengarah ke ukurannya. (Varney’s Midwivery)

Dalam masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan alat-alat genital ini dalam keseluruhannya disebut involusi.(Ilmu Kebidanan, Prof, Dr. dr. Sarwono Prawirohardjo, SpOG).

Perubahan yang terjadi di dalam tubuh seorang wanita sangatlah menakjubkan. Uterus atau rahim yang berbobot 60 gram sebelum kehamilan secara perlahan-lahan bertambah besarnya hingga 1 kg selama masa kehamilan dan setelah persalinan akan kembali ke keadaan sebelum hamil. Seorang bidan dapat membantu ibu untuk memahami perubahan-perubahan ini.
a.Involusi Uterus
Involusi uterus atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan semula atau keadaan sebelum hamil.

Perubahan involusi tinggi fundus uteri dan ukuran uterus selama 10 hari pasca persalinan


Involusi uterus melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua/endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochia.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

1)Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi

2)Autolysis
Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

3)Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.


Waktu Bobot Uterus Diameter Uterus Palpasi Serviks
Pada akhir persalinan 900 gram 12,5 cm Lembut/lunak
Akhir minggu ke-1 450 gram 7,5 cm 2 cm
Akhir minggu ke-2 200 gram 5,0 cm 1 cm
Akhir minggu ke-6 60 gram 2,5 cm Menyempit


Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari jalan atas diantara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu atau dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas simfisis setelah sepuluh hari.

Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada miometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembuluh getah bening.


Decidua tertinggal dalam uterus setelah separasi dan ekspulsinplasenta dan membrane yang terdiri dari lapisan zona basalis dan suatu bagian lapisan zona spongiosa pada decidua basalis (tempat implantasi plasenta) dan decidua parietalis (lapisan sisa uterus). Decidua yang tersisa ini menyusun kembali menjadi dua lapisan sebagai hasil invasi leukosit yaitu :

1)Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang akan terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochia dan lapisan dalam dekat miometrium.

2)Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis.
Endometrium akan diperbaharui oleh proliferasi epithelium endometrium. Regenerasi endometrium diselesaikan selama pertengahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali di tempat implantasi plasenta.

Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran Lochia ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu.

b.Involusi tempat plasenta
Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu. Epitelium berproliferasi meluas ke dalam dari sisi tempat ini dan dari lapisan sekitar uterus serta di bawah tempat implantasi plasenta dari sisa-sisa kelenjar basilar endometrial di dalam deciduas basalis. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini pada hakekatnya mengikis pembuluh darah yang meembeku pada tempat implantasi plasenta yang menyebabkannya menjadi terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lochia.

c.Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligamentum, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor.


d.Perubahan pada Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah.

Beberapa hari setelah persalinan, ostium externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervikallis.

Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan serviks memanjang seperti celah. Karena hyper palpasi ini dank arena retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh. Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang pada serviks.

e.Lochia
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Campuran antara darah dan decidua tersebut dinamakan Lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat.

Lochia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina normal. Lochia mempunyai bau yang amis meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Secret mikroskopik Lochia terdiri dari eritrosit, peluruhan deciduas, sel epitel dan bakteri. Lochia mengalami perubahan karena proses involusi. Pengeluaran Lochia dapat dibagi berdasarkan waktu dan warnanya diantaranya :

a.Lochia Rubra/ merah (kruenta)
Lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya merah dan mengandung darah dari perobekan/luka pada plasenta dans erabut dari deciduas dan chorion. Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah.

b.Lochia Serosa
Lochia ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan postpartum. Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan. Lochia ini terdiri dari lebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.


c.Lochia Alba
Lochia ini muncul lebih dari hari kesepuluh postpartum. Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.

Bila pengeluaran Lochia tidak lancar maka disebut Lochiastasis. Kalau Lochia tetap berwarna merah setelah 2 minggu ada kemungkinan tertinggalnya sisa plasenta atau karena involusi yang kurang sempurna yang sering disebabkan retroflexio uteri.
Lochia mempunyai suatu karakteristik bau yang idak sama dengan secret menstrual. Bau yang paling kuat pada Lochia Serosa dan harus dibedakan juga dengan bau yang menandakan infeksi.

Lochia disekresikan dengan jumlah banyak pada awal jam postpartum yang selanjutnya akan berkurang sejumlah besar sebagai lochia rubra, sejumlah kecil sebagai lochia serosa dan sejumlah lebih sedikit lagi lochia alba.

Umumnya jumlah lochia lebih sedikit bila wanita postpartum berada dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di vagina bagian atas manakala wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar manakala dia berdiri.

Total jumlah rata-rata pembuangan Lochia kira-kira 8 hingga 9 oz atau sekitar 240 hingga 270 ml. (Varney’s Midwifery)

f.Perubahan pada Vulva, Vagina dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur.

Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi lebih menonjol.

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

Ukuran vagina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian.





Daftar pustaka :

http:/www.google.com

http:/www.wikipedia.com

http://www.ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/Kelahiran/masa.nifas/001/001/52/1/3

http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/perubahan-psikologis-ibu-pada-masa.html

http://tutorialkuliah.wordpress.com/2009/01/03/masa-nifas-puerperium/

http://www.tabloid-nakita.com/artikel.php3?edisi=05255&rubrik=kecil

http://sekuracity.blogspot.com/2009/02/perubahan-fisiologis-pada-masa-nifas.html

http://zietraelmart.multiply.com/journal/item/22

ANTROPOMETRI



ANTROPOMETRI





            Antropometri
berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Antropometri artinya ukuran dari tubuh. Antropometri gizi
adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.


            Penyimpangan
atau kelainan tumbuh kembang anak dapat terjadi apabila terdapat hambatan atau
gangguan pada proses yang dipengaruhi oleh faktor genetik (nature) dan
lingkungan (nurture) sejak intra uterine hingga dewasa. Pengukuran
anthropometri adalah salah satu dari langkah-langkah manajemen dalam
tatalaksana penanganan peyimpangan Tumbuh Kembang Anak dan Remaja yang perlu
difahami oleh para petugas kesehatan. Pengukuran meliputi berat badan, tinggi
badan, lingkaran kepala,tebal kulit, BMI (Body mass Index) yang interpretasi
dan standardnya perlu dipilih dan ditetapkan dengan benar agar dapat melakukan
penilaian dan intervensi dengan tepat guna.





A.
Pemeriksaan Antropometri


            Antropometri
menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan bagian-bagiannya
dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-norma untuk jenis
kelamin,usia, berat badan, suku bangsa dll. Antropometri dilakukan pada
anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah
tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak. Ketepatan dan ketelitian
pengukuran sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar. Kesalahan
atau kelalaian dalam cara pengukuran akan mempengaruhi hasil pengamatan.


B. Keunggulan Antropometri

Beberapa syarat yang mendasari penggunaan antropometri adalah:

a. Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan
atas, mikrotoa, dan alat pengukur panjang bayi yang dapat dibuat sendiri
dirumah.

b. Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengan mudah dan objektif

c. Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus profesional, juga oleh
tenaga lain setelah dilatih untuk itu.

d. Biaya relatif murah

e. Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas.

f. Secara alamiah diakui kebenaranya.



C. Kelemahan
Antropometri


a. Tidak sensitif

b. Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi)

c. Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempungaruhi presisi,
akurasi, dan validitas pengukuran antropometri gizi.

d. Kesalahan terjadi karena:

1) Pengukuran

2) Perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan

3) Analisis dan asumsi yang keliru

e. Sumber kesalahan, biasanya berhubungan dengan:

1) Latihan petugas yang tidak cukup

2) Kesalahan alat atau alat tidak ditera

3) Kesulitan pengukuran


a. Berat badan


Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan alat timbangan yang harus ditera secara berkala.
Jenis alat timbangan sesuai dengan umur anak.Merupakan ukuran antropometri yang
terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Berat
badan digunakan untuk mendiagnosa bayi normal atau BBLR.







Rata-rata lahir
normal  
              
3.000-3.500 gr


Umur 5
bulan   
                              
2x berat badan lahir


Umur 1 tahun  
              
              
3x berat badan lahir


Umur 2
tahun                  
              
4x berat badan lahir





Berat badan merupakan pilihan utama
karena berbagai pertimbangan:

1) Parameter yang baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat.

2) Memberi gambaran status gizi sekarang dan gambaran yang baik tentang
pertumbuhan

3) Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas.

4) Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur

5) KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan monitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai
dasar pengisian.



Alat yang digunakan di lapangan sebaiknya memenuhi beberapa persyaratan:

1) Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.

2) Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.

3) Ketelitian penimbangan sebaiknya maksimum 0,1 kg

4) Skala mudah dibaca

5) Cukup aman untuk menimbang anak balita.



Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang berat badan anak:

1) Pemeriksaan alat timbangan

2) Anak balita yang ditimbang

3) Keamanan

4) Pengetahuan dasar petugas.





b. Umur

Faktor umur sangat penting dalam menentukan status gizi. Menurut Puslitbang
Gizi Bogor (1980), batasan umur digunakan adalah tahun umur penuh dan untuk
anak 0-2 tahun digunakan bulan penuh.


Contoh : tahun usia penuh.

Umur : 7 tahun 2 bulan dihitung 7 tahun

6 tahun 11 bulan dihitung 6 tahun.



c. Tinggi Badan

Pada anak dibawah usia lima tahun dilakukan secara berbaring .Pengukuran dilakukan
dari telapak kaki sampai ujung puncak kepala. Jika pengukuran dilakukan saat
berdiri maka posisi anak harus berdiri tegak lurus, sehingga tumit, bokong dan
bagian atas punggung terletak pada dalam 1 garis vertical, sedangkan liang
telinga dan bagian bawah orbita membentuk satu garis horizontal.







Rata-rata lahir
normal                  
50 cm


Umur 1
tahun                                  
1,5 x TB lahir


Umur 4
tahun                                  
2 x TB lahir


Umur 6 tahun
                                 
1,5 x TB setahun


Umur 13 tahun
                               
3 x TB lahir


Dewasa
                                             
3,5 x TB lahir (2 x TB setahun)





Cara mengukur:

1) Tempelkan dengan paku mikrotoa tersebut pada dinding yang lurus datar
sehingga tepat 2 meter.

2) Lepaskan sepatu atau sandal.

3) Anak harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna

4) Turunkan mikrotoa sampai rapat pada kepala bagian atas, siku-siku harus
lurus menempel pada dinding.

5) Baca angka pada skala yang nampak pada lubang dalam gulungan mikrotoa.



d. Lingkar Lengan Atas

1) Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum dapat mendapat
pengujian memadai untuk digunakan di Indonesia.

2) Kesalahan pengukuran LLA (ada berbagai tingkat ketrampilan pengukur) relatif
lebih besar dibandingkan dengan tinggi badan, mengingat batas antara baku
dengan gizi kurang, lebih sempit pada LLA dari pada tinggi badan.

3) Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan.



Cara mengukur:

 Yang diukur adalah pertengahan lengan
atas sebelah kiri

 Lengan dalam keadaan bergantung bebas,
tidak tertutup kain atau pakaian

 Pita dilingkarkan pada pertengahan
lengan tersebut sampai cukup terukur keliling lingkaran lengan.



e. Lingkar Kepala

Banyak penelitian membuktikan, ada korelasi antara ukuran kepala bayi dan besar
otak yang tersimpan di dalamnya. Itu sebabnya, pengukuran lingkar kepala juga
perlu dilakukan secara rutin dan berkala. Apalagi, melalui pengukuran ini,
secara kasar dokter dapat mengetahui gambaran tingkat kecerdasannya kelak.


Pengukuran ini
terutama dilakukan pada bayi sampai umur 3 tahun. Pada anak lebih dari 3 tahun
bukan mnerupakan pemeriksan yang rutin. Pita ukur diletakkan pada oksiput
melingkar ke arah supraorbita dan glabela.Lingkar kepala adalah standar prosedur
dalam ilmu kedokteran anak praktis, yang biasanya untuk memeriksa keadaan
patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala.



Alat dan tehnik pengukuran:

Alat yang sering digunakan dibuat dari serat kaca (fiber glas) dengan lebar
kurang dari 1 cm, fleksibel, tidak mudah patah, pengukuran sebaiknya dibuat
mendekati 1 desimal, caranya dengan melingkarkan pita pada kepala.



f. Lingkar Dada

Dilakukan pada bayi/anak dalam keadaan bernafas biasa dengan titik ukur pada
areola mammae. Biasanya dilakukan pada anak berumur 2-3 tahun, karena rasio
lingkar kepala dan lingkar dada sama pada umur 6 bulan.



g. Pengukuran lingkar perut

Pengukuran dimulai dari umbilicus melingkar kearah punggung sehingga membentuk
bidang yang tegak lurus pada poros tubuh bayi/anak




ASKEB IBU BERSALIN SOAP

ASKEB IBU BERSALIN (SOAP)
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kesehatan ibu dan anak amat menentukan untuk tercapainya kualitas hidup yang baik pada keluarga dan masyarakat. Kesehatan ibu hamil adalah salah satu aspek yang penting untuk diperhatikan dalam siklus kehidupan seorang perempuan, karena sepanjang masa kehamilannya dapat terjadi komplikasi yang tidak diharapkan (Salmah, 2006).Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Di negara miskin, sekitar 25-50% kematian wanita usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan. kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada masa puncak produktifitasnya (Saifuddin, 2002).
Di antara target Indonesia 2010 adalah Angka Kematian Ibu (AKI) 125/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) 15/1.000 kelahiran hidup Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2002-2003 AKI di Indonesia 307/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKB 45/1.000 kelahiran hidup . Di Sumatera Barat, menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2005 AKI berkisar 240/100.000 kelahiran hidup dan AKB 38/1.000 kelahiran hidup (Dinkes Sumbar, 2006). Di Padang pada tahun 2006 didapat 42 kasus kematian perinatal dari 15.586 kelahiran hidup (3/1.000 kelahiran hidup). Untuk kematian maternal ada 7 kasus kematian ibu dari 15.586 kelahiran hidup (45/100.000 kelahiran hidup). Penyebab kematian perinatal terbanyak yaitu: BBLR (33%), asfiksia (24%) dan kematian ibu karena eklampsia (17%) (DKK Padang, 2007).
Untuk mencapai target tersebut bidan sebagai petugas kesehatan profesional harus berperan aktif dalam mendukung upaya penurunan angka kematian ibu dan angka kematian perinatal dengan meningkatkan upaya pelayanan kesehatan reproduksi, khususnya pelayanan kesehatan ibu /maternal sejak masa kehamilan (antenatal), masa persalinan (intranatal), masa nifas (postnatal) dan pelayanan bayi baru lahir. Selain itu, kemampuan bidan dalam menerapkan manajemen asuhan kebidanan sejak antenatal sampai akhir masa nifas, serta pada bayi baru lahir secara komprehensif dan menyeluruh menggambarkan mutu pelayanan bidan yang profesional (Prawirohardjo, 2002).

2. Batasan Asuhan
Dalam penyusunan laporan ini penulis membatasi masalah pada pelaksanaan praktek klinik dan penerapan manajemen asuhan kebidanan serta mendokumentasikannya dengan pencatatan SOAP pada Ny.“N” dengan riwayat preeklamsi ringan

3. Tujuan Asuhan
1. Tujuan umum
Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam menerapkan manajemen asuhan kebidanan pada ibu dengan riwayat preeklamsi ringan serta mendokumentasikannya dengan pencatatan SOAP.
2. Tujuan khusus
Mampu menerapkan manajemen asuhan kebidanan ibu bersalin dengan riwayat preeklamsi ringan pada Ny.”N” dan mendokumentasikannya dengan pencatatan SOAP

4. Manfaat Asuhan
1 Manfaat bagi penulis
1. Penulis dapat menerapkan secara langsung ilmu yang didapat dari perkuliahan, khususnya dalam menerapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan riwayat preeklamsi ringan
2. Menjadi panduan bagi penulis dalam melaksakan tugas sebagai pendidik/CI nantinya.

2 Manfaat bagi pasien
Ibu mendapatkan pelayanan persalinan yang optimal

5 Metode Asuhan
Dalam pembinaan kasus ini, penulis menggunakan metode studi kasus yang dilaksanakan terhadap ibu bersalin dengan riwayat preeklamsi
1 Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara langsung dengan klien dengan menggunakan format pengkajian.
2. Pemeriksaan dan pengukuran dilakukan langsung pada klien yang meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi,. Alat yang digunakan adalah, sentimeter, termometer, tensi meter, stetoskop.

2 Jenis data
1. Data subjektif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang disampaikan ibu.
2. Data objektif, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi, pengamatan, hasil pemeriksaan, dan hasil pengukuran.

3 Penyajian data
Data yang telah terkumpul disajikan dalam bentuk format dan matrik.

4 Dokumentasi
Semua data dicatat dan di dokumentasi dengan metoda SOAP

6. Ruang Lingkup Asuhan
Asuhan terhadap kasus ini dilakukan pada Ny. “N” G4P2A1H2 gravid aterm, dengan riwayat preeklamsi ringan. Pembinaan ini dilakukan agar penulis dapat langsung menerapkan manajemen asuhan kebidanan dengan melakukan pertolongan persalinan dengan riwayat preeklamsi ringan.

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

1 Persalinan
1. Defenisi
Persalinan dan kelahiran normal adalah suatu proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan, dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam waktu 18 jam tanpa komplikasi pada ibu maupun janin.
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan.

2. Teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan
Teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan ada lima yaitu :
1. Teori keregangan
1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
2) Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
2. Teori penurunan progesteron
1) Proses penurunan plasenta terjadi mulai umur hamil 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
2) Produksi progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin.
3) Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
3. Teori oksitosin internal
1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parsi posterior.
2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks.
3) Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat mulai.
4. Teori prostaglandin
1) Konsentrasi prostaglandin meningkatkan sejak umur kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
2) Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
3) Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
5 Teori Hipotalamus-Pituitari dan Glandula Suprarenalis
1) Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak berbentuk hipotalamus.
2) Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan.
3) Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus pituitari dengan mulainya persalinan.
4) Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.

3. Permulaan terjadinya persalinan
Sebelum terjadinya persalinan adanya tanda-tanda kala pendahuluan (preparatory stage of labor), yaitu:
1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutam pada primigravida kehamilan 36 minggu.
2. Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun
3. Perasaan ingin kencing atau susah kencing (polikisuria) karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
4. Perasaan sakit di perut dan di pinggang karena adanya kontraksi ringan dari uterus dan
tertekannya fleksus Frankehauser yang terletak di sekitar serviks (panm & pains).
5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresi-nya bertambah, adanya pengeluaran
lendir campur darah (bloody show).

4. Tanda – tanda persalinan
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pervaginam pembawa tanda (bloody show), karena robekan kecil pada serviks pengeluaran lendir campur darah.
3. Kadang–kadang disertai pecahnya ketuban.
4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks (perlunakan, pendatran, dan
pembukaan serviks).

5. Faktor yang mempengaruhi dalam persalinan
1. Power ( kekuatan yang mendorong janin keluar )
1) His / kekuatan otot rahim
2) Kontraksi otot dinding perut
3) Ketegangan dan kontraksi otot ligamentum rotundum.
2. Passanger (faktor janin dan plasenta)
3. Passage ( faktor jalan lahir )
1) Bagian keras terdiri dari atas tulang–tulang panggul dan sendinya.
2) Bagian lunak dari panggul terdiri dari otot dan ligamentum yang meliputi panggul
sebelah luar, tengah, dan dalam.

6. Tahap-tahap persalinan
1. Kala I (pembukaan), dimulai dari adanya pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap
(10 cm)
1) Tahapan kala I
(1) Fase laten
Pembukaan serviks berlangsung lambat, sampai pembukaan 3cm, berlangsung dalam 7-
8 jam.
(2) Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam, dibagi atas 3 subfase:
1. Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam dengan pembukaan serviks 4 cm
2. Periode dilatasi maksimum (steady) : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm
3. Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu pembukaan menjadi
10 cm atau lengkap
Pada primigravida, fase di atas dilalui dengan serviks yang mendatar (effacement) terlebih dahulu, baru dilatasi. Ini berlangsung 13-14 jam. Sedangkan pada multigravida, serviks bisa mendatar dan membuka pada waktu yang bersamaan. Ini berlangsung 6-7 jam.
2) Perubahan kala I
(1) Perubahan fisiologis:
1. Pembentukan segmen atas rahim (SAR) dengan segmen bawah rahim (SBR)
2. Pembentukan lingkaran retraksi atau batas pinggir antara segmen atas rahim
(SAR) dengan segmen bawah rahim (SBR)
3. Pendataran dan pembukaan serviks
(2) Perubahan psikologis
1. Ibu merasa gelisah dan cemas
2. Dalam waktu antara kontraksi ibu seolah-olah hilang ingatan
3. Merasa mual dan muntah.

3) Asuhan yang diberikan pada kala I :
(1) Pemantauan kemajuan persalinan
1. Kondisi janin : DJJ, molase, dan ketuban
2. Kemajuan persalinan : pembukaan serviks penurunan kepala dan his
3. Kondisi ibu : vital sign, cairan, obat-obatan, dan urine
(2) Kehadiran seorang pendamping
(3) Menjaga kebersihan ibu
(4) Pengurangan rasa sakit dengan sentuhan dan masase, pijatan ganda pada
panggul, penekanan pada lutut dan menganjurkan ibu untuk menarik nafas yang
dalam dan melepaskannya secara perlahan.
(5) Nutrisi dan hidrasi
(6) Eliminasi BAK dan BAB
(7) Persiapan persalinan baik ibu, penolong dan alat serta obat-obatan

2. Kala II (pengeluaran), dimulai dari pembukaan lengkap sampai keluarnya bayi.
1) Tanda dan gejala kala II :
(1) Ibu merasa ingin meneran bersama dengan kontraksi
(2) Adanya tekanan pada rectum dan vagina
(3) Perineum menonjol
(4) Vulva, vagina, spincter ani membuka
Lamanya kala II pada primigravida ± 1,5 jam dan pada multipara
± 0,5 jam ( Sarwono, 2002 : 184).

2) Perubahan kala II:
(1) Perubahan fisiologis:
Dinding segmen atas rahim (SAR) bertambah tebal dengan majunya persalinan yang dapat mendorong anak keluar. Segmen bawah rahim (SBR) menipis karena diregang (relaksasi dan dilatasi).
(2) Perubahan psikologis
1. Ibu merasa khawatir terhadap keselamatan diri dan janinnya
2. Ibu merasa ingin buang air besar
3. Semangat ibu timbul karena ingin segsra melahirkan bayinya
3) Asuhan yang diberikan pada kala II :
(1) Pemantauan kemajuan persalinan
(2) Nutrisi dan hidrasi
(3) Eliminasi bimbingan meneran
(4) Membantu kelahiran bayi
1. posisi ibu
2. pencegahan laserasi
3. melahirkan kepala sampai dengan badan bayi secara keseluruhan

3.Kala III (kala uri), dimulai setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta
1) Tanda pelepasan plasenta :
(1) Fundus teraba keras dan globular
(2) Tali pusat memanjang
(3) Semburan darah tiba-tiba
2) Manajemen aktif kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat memperpendek waktu kala III persalinan dan mengurangi kehilangan darah.
Manajemen aktif kala III meliputi:
(1) Pemberian suntikan oksitosin
(2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali
(3) Pemijatan fundus uteri ( masase )

3) Cara pelepasan Uri
(1) Schultze, lepasnya uri seperti menutup payung (80 %), yang lepas dulu adalah
bagian tengah, lalu terjadi retroplasental hematoma yang menolak uri mula–mula bagian tengah dan seluruhnya. Menurut cara ini perdarahan biasanya tidak ada selama uri lahir dan banyak setelah uri lahir.
(2) Duncan, lepasnya uri mulai dari pinggir. Jadi pinggir uri lahir duluan (20%). Darah akan mengalir keluar antara selaput ketuban serempak dari tengah dan pinggir plasenta.

4) Perasat–perasat untuk melepaskan Uri
(1) Kustner, dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas simphisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk…. belum lepas, diam atau maju … sudah lepas.
(2) Klein, sewaktu ada his, rahim didorong sedikit, bila tali pusat kembali…. belum lepas, diam…. sudah lepas
(3) Strassman , tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat bergetar, plasenta belum lepas… tidak bergetar…. sudah lepas

4. Kala IV ( Pengawasan ), dimulai setelah plasenta lahir sampai 2 jam post partum.
1) Lakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi
2) Evaluasi tinggi uterus
3) Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan, salah satu caranya adalah memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi darah tersebut
4) Periksa apakah ada laserasi jalan lahir dan episiotomi
5) Evaluasi keadaan ibu secara umum
6) Dokumentasikan semua hasil pemeriksaan pada halaman belakang partograf.

7. Perubahan Fisiologis Persalinan
1. Pengeluaran energi
Pengeluaran energi ekstra mengakibatkan peningkatan energi panas dan berkeringat yang dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh.
2. Suhu tubuh
Suhu tubuh agak meningkat selama melahirkan karena peningkatan metabolisme terutama setelah melahirkan, mencapai 0,5°C sampai 1°C.
3. Tekanan darah
Kenaikan terjadi selama kontraksi, sistole rata–rata 10-20 mmhg. Rasa takut dan cemas juga menaikan tekanan darah.

8. Partograf
1. Defenisi
Partograf adalah suatu garfik untuk memantau kemajuan persalinan yang dimulai dari
pembukaan serviks 4 cm sampai bayi lahir beserta grafik keadaan ibu dan anak.
2. Tujuan partograf
1) Mendeteksi persalinan, apakah berlangsung dengan normal atau mungkin berakhir dengan patologik.
2) Dapat memberikan keputusan atau tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi ibu, seperti rujukan.
3) Meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
3. Komponen pokok yang harus tercantum dalam setiap partograf WHO 3 :
1) Kemajuan persalinan (pembukaan serviks, penurunan kepala janin, kontraksi uterus).
2) Keadaan janin ( DJJ, warna dan jumlah air ketuban, molase tulang kepala janin).
3) Keadaan ibu (nadi, tekanan darah, suhu, volume urine, obat-obatan dan cairan IV).
4. Pemantauan

Tabel 4
Frekuensi Minimal Penilaian dan Interventasi dalam Persalinan Normal
Parameter Frekuensi pada fase laten Frekuensi pada fase aktif
Tekanan darah Setiap 4 jam Setiap 4 jam
Suhu badan Setiap 4 jam Setiap 2 jam
Nadi Setiap 30-60 menit Setiap 30-60 menit
Denyut jantung janin Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Kontraksi Setiap 1 jam Setiap 30 menit
Pembukaan serviks Setiap 4 jam * Setiap 4 jam *
Penurunan Setiap 4 jam * Setiap 4 jam *
*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam

5. Mencatat temuan pada partograf
1) Informasi tentang ibu
Meliputi nama, umur, gravida, tanggal dan waktu mulai dirawat, waktu pecahnya selaput ketuban.
2) Kesehatan dan kenyamanan bayi
(1) DJJ
Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf antara garis tebal angka 100-180, tetapi
penolong harus waspada bila DJJ dibawah 120 atau diatas 160.
(2) Warna dan keadaan air ketuban
Catat temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lajur DJJ dengan mengunakan tanda:
U : ketuban utuh ( belum pecah )
J : ketuban sudah pecah dan berwarna jernih
M : ketuban sudah pecah dan bercampur dengan mekonium
D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur dengan darah
K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)
(3) Moulage
Setiap kali melakukan pemeriksaan nilai penyusupan janin. Catat temuan pada kotak
yang sesuai di bawah lajur air ketuban, dengan menggunakan tanda :
0: tulang – tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dipalpasi
1: tulang- tulang kepala janin hanya saling bersentuhan
2: tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih tapi masih bisa dipisahkan
3: tulang- tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan

3) Kemajuan persalinan
(1) Pembukaan serviks
Beri tanda untuk temuan–temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali
selama fase aktif persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda “ X “ dari setiap hasil
pemeriksaan dengan garis utuh.
(2) Penurunan bagian terbawah
Pada persalinan normal, setiap kemajuan persalinan diikuti dengan penurunan bagian
terbawah janin. Tapi ada kalanya, turunnya bagian terbawah janin baru terjadi setelah
pembukaan serviks sebesar 7 cm.
(3) Garis waspada dan garis bertindak
Jika pembukaan serviks berada di sebelah kanan garis bertindak, maka tindakan untuk
menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus berada di tempat rujukan sebelum
garis bertindak terlampaui.
(4) Jam dan waktu
(a) Waktu mulainya fase aktif persalinan
(b) Waktu aktual saat melakukan pemeriksaan atau penilaian.
(5) Kontraksi uterus
Nyatakan lamanya kontraksi dengan :
Beri titik-titik di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya kurang
dari 20 detik
Dalam waktu 30 menit pertama :
(1) Dua kontraksi dalam 10 menit
(2) Lamanya kurang dari 20 menit
Dalam waktu 30 menit yang kelima :
(1) Tiga kontraksi dalam waktu 10 menit
(2) Lamanya 20 – 40 menit
Dalam waktu 30 menit ketujuh :
(1) Lima kontraksi dalam 10 menit
(2) Lamanya lebih dari 40 detik

6) Obat-obatan dan cairan yang diberikan
(1) Oksitosin
(2) Obat-obatan lain dan cairan infus

7) Kondisi ibu
(1) Nadi, tekanan darah, temperatur tubuh
(2) Volume urine, protein, atau aseton

8) Asuhan pengamatan dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom yang tersedia disisi partograf)
(1) Jumlah cairan peroral yang diberikan
(2) Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur
(3) Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya
(4) Persiapan sebelum melakukan rujukan
(5) Upaya rujukan

9. Robekan perineum
1. Derajat pertama, kerusakan terhadap fourchette dan otot dibawahnya terbuka.
2. Derajat kedua, dinding vagina posterior dan otot- otot perineum robek, tetapi sfingter ani
tidak.
3. Derajat ketiga, sfingter ani robek, mukosa rektum tidak.
4. Derajat keempat, kanalis ani terbuka dan robekan meluas ke rektum
Robekan derajat pertama mudah diperbaiki, hanya diperlukan satu atau dua jahitan saja. Robekan derajat kedua atau ketiga memerlukan lebih banyak perawatan. Perbaikan derajat keempat memerlukan keterampilan yang tinggi, dan bagian apeks dari robekan sangat penting diamankan karena dapat menimbulkan fistula rektovagina. Sfingter ani mengalami retraksi kalau putus, karena itu perlu dicari ujung-ujungnya untuk disatukan kembali dengan jahitan.

PENJELASAN

DATA SUBJEKTIF
1)Biodata Orang tua
a) Nama ibu
b) Umur
Umur ibu untuk menentukan apakah ia hamil terlalu tua atau terlalu muda. Menurut
wiknjosastro (1997), umur ibu kurang dari 20 tahun lebih dari 35 tahun merupakan
factor predisposisi kelahiran premature. Selain itu mongolisme lebih sering ditemukan
pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Sedangkan
menurut manuaba (2001), semakin tua menjadi hamil, semakin besar pula kemungkinan
menderita kelainan congenital, diantaranya sindrom down.
c) Agama
Ditanyakan untuk menyesuaikan pada pertolongan persalinan nanti,misalnya ibu yan
beragama islam dibimbing untuk mengucapkan zhikir dan juga jika ada
larangan/pantangan tertantu menurut agama
d) Suku/ Bangsa
Pertumbuhan somatic juga dipengaruhi oleh rasa atau suku bangsa. Bangsa kulit putih
atau ras Eropa mempunyai pertumbuhan somatic yang lebih tinggi dibandingkan bangsa
Asia.
e) Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua. Tingkat pengetahuan
tersebut mempengaruhi sikap atau perilaku kesehatan seseorang.Menurut wiknjosastro
(1997), tingkat pengetahuan ibu yang rendah memperbesar kematian perinatal.
f) Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan orang tua terhadap
permasalahan kesehatan yang mungkin terjadi pada bayi.
g) Alamat
Ditanyakan dengan maksud untuk mempermudah hubungan bila diperlukan dalam
keadaan mendesak. Dengan diketahui alamat tersebut, maka bidan mampu mengetahui
tempat tinggal orang tua bayi dan lingkungannya.

2)Keluhan utama
Ditanyakan untuk mengetahui keadaan ibu yang sekarang sedang dirasakannya,misalnya Pada anemia ringan keluhan yang dirasakan adalah mengeluh lemah, pucat, mudah pingsan sementara tensi masih dalam batas normal


3).Riwayat Pernikahan
Ditanyakan untuk mengetahui Bayi lahir dalam status perkawinan ( sah/ tidak sah). Orang tua menikah ( berapa kali), lama perkawinan, usia ibu saat menikah , usia ayah saat menikah.Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh status perkawinan terhadap masalah kesehatan bayi . Apakah bayi dilahirkan dalam status perkawinan yang sah ataukah bayi yang tidak diharapkan karena lahir di luar nikah.

4)Riwayat Menstruasi
Anamnesa haid memberikan kesan pada kita tentang faal alat kandungan, haid terakhir, teratur dan tidaknya haid serta sikusnya dipergumakan untuk memperhitungkan taksiran tanggalan persalinan.

5)Riwayat obstetri
a) Riwayat kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu
Ditanyakan kepada klien tentang :
Th
Kehamilan
Persalinan
Nifas
H/M,Sehat / sakit, umur, meneteki, lamanya
ANC
Masalah
UK
Jenis persalinan
Penolong
L/P+ BB
Penyulit

6)Riwayat KB
Digunakan untuk mengetahui riwayat kontrasepsi yang pernah digunakan oleh pasien.

7)Riwayat kesehatan
a) Riwayat Kesehatan Ibu
Ibu menyatakan belum pernah /tidak sedang menderita kronis, infeksi dan penyakit
menular, tidak ada riwayat keturunan kembar.
Riwayat kesehatan dan kebiasaan ibu, ditanyakan langsung kepada klien dan
keluarganya, antara lain:
Kardiovaskular:jantung,hipertensi,stroke
Darah:anemia,gangguan pembekuan darah
Sistem pernafasan:asma,TBC
Sistem endokrin:DM, pemyakit tiroid/kelenjar gondok
Sistem urogenital:ISK,infeksi ginjal,PMS
Hepar: hepatitis B
Sistem saraf:Epilepsi,kejang non epilepsi
Sistem imun:alergi obat/makanan
Infeksi lain:malaria
Sistem Reproduksi:tumor,kanker organ reproduksi
Penyakit jiwa:Depresi kecemasan berat
b) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari pihak istri/ suami tidak ada yang menderita penyakit kronis, infeksi dan penyakit
menular, tidak ada riwayat keturunan kembar.
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga
terhadap gangguan kesehatan bayi. Misalnya, dalam keluarga ada yang menderita
penyakit menular ada yang menderita TBC atau adanya riwayat penyakit keturunan
seperti asma yang dapat mengganggu kesehatan bayi.

8)Keadaan kehamilan sekarang
Ditanyakan untuk mengetahui pertama kali memeriksakan kehamilan sejak kapan dan apakaha ibu menyadari bahwa dirinya sedang hamil dan juga pelayanan kesehatan apa yang sudah ibu dapat dan yang belum akan diberikan mislnya TT1 dan TT2


9)Pola kebutuhan sehari-hari
1.Nutrisi
Pada anemia ringan pola makan klien biasanya berkurang karena nafsu makan
berkurang.
2.Pola eliminasi
Pada anemia ringan sering buang air kecil ± 7 kali/hari, BAB lancar ± 1 kali/hari.
3.Personal Hygiene
Untuk mengetahui kerbersihan ibu
4. Pola aktifitas
Pada anemia ringan pola aktifitas mulai terganggu yang disebabkan karena keadaan
umum penderita lemah.
5.tidur dan istirahat
Untuk mengetahui apakah ibu cukup istirahat atau tidak normalnya siang hari 1jam
Dan malam hari min 6jam
6.Riwayat seksual
Ditanyakan untuk mengetahui seberapa besar resiko yang akan ibu alamai disaat
persalianan, misalnya jika ibu sering berhubungan pada kehamilan yang belum cukup
bulan bisa akan mengalami keguguran
7.Riwayat psikososial dan spiritual
Ditanyakan untuk mengetahui seberapa akrab hubungan ibu dan keluarganya dan siapa
yang mengambil keputusan,dan juga pengatahuan ibu terhadap persalinan

DADA OBJEKTIF (Pemeriksan Fisik)
a. Keadaan Umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu.
Pada ibu dengan anemia ringan keadaan umum sedang, kesadaran baik serta keadaan emosionalnya cemas dan gelisah.E

b.Berat badan : Kenaikan rata-rata pada ibu hamil yaitu 12,5 kg, tidak boleh lebih dari 0,5 kg/minggu.

c.Tinggi badan
Tinggi badan ibu tidak boleh kurang dari 145 karena resiko gangguan pada persalinan besar
d.LILA
Untuk mengatahui status gizi ibu

e.Tanda-tanda vital.
1.Suhu : Normalnya 36,5˚C - 37,5˚C
2.Tekanan Darah : Normalnya 120/80 mmHg
3.Denyut nadi : Normalnya 84 – 88 x/menit
4 Pernafasan : Normalnya 16 - 24 x/menit

f. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Untuk mengetahui rambutnya rontok atau tidak, kulit kepalanya bersih atau tidak.
2. Muka
Untuk mengetahui adanya oedema atau tidak dan untuk mengetahui adanya chloasma
gravidarum atau tidak.
3. Mata
Untuk mengetahui apakah konjungtiva berwarna merah atau merah muda (pucat). Pada
ibu hamil yang menderita anemia ringan, konjungtiva berwarna merah muda (pucat).
Serta untuk mengetahui sklera iktrik atau anikterik.
4. Mulut dan gigi
Untuk mengetahui adanya perdarahan di gusi atau tidak. Untuk mengetahui apakah ada
stomatitis atau tidak serta untuk mengetahui adanya caries gigi atau tidak.
5. Dada
Jantung : Untuk mengetahui bunyi jantung reguler atau ireguler.
Paru-paru : Untuk mengetahui adanya bunyi ronchi atau tidak, normalnya : tidak ada.
Jika ada, maka bronkitis. Untuk menetahui adanya bunyi wheezing atau tidak,
normalnya : tidak ada, jika ada maka asma.
Payudara : Dilihat apakah bentuknya simestris atau tidak, normalnya simetris.
6. Punggung
Untuk mengetahui posisi punggung lordosis atau kifosis atau skeleosis.
7. Pinggang
Untuk mengetahui adanya rasa nyeriatau tidak.
8. Extermitas
Untuk mengetahui keadaan extermitas atas maupun bawah postif atau negatif.
9. Abdomen
Untuk mengetahui adanya bekas luka operasi atau tidak, pembesaran perut sesuai
dengan usia kehamilan atau tidak , apakah ada striae livida, triae albican atau tidak,
apakah ada linea nigra, linea alba atau tidak.
10. Pemeriksaan kehamilan (Palpasi)
Leopold І : Untuk menentukan TFU dan bagian yang ada di fundus.
Leopold ІІ : Untuk menentukan bagian punggung janin dan bagian-bagian kecil.
Leopold ІІІ : Untuk menentukan apakah bagian terendah janin sudah masuk atau belum
serta menentukan bagian yang ada pada perut bagian bawah.
Leopold ІV : Menentukan seberapa jauh bagian terendah tersebut masuk PAP.
11. Genetalia
Untuk mengetahui apakah ada kelainan di genetalia eksterna dan interna.
12. Pemeriksaan Laboratorium
Pada anemia ringan dilakukan pemeriksaan Hb.

ASSASMENT
Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosa atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi dengan benar atas data-data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa : G..... P.... A.... umur kehamilan..... minggu janin tunggal hidup, letak janin......, dengan presentasi....... dengan keadaan janin baik dan ibu dengan anemia ringan.

PLANNING
Rencana (planning) yang akan dilakukan sesuai dengan situasi klien.
Pada langkah ini direncanakan asuhan secara komprehensif yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya dengan penjelasan rasional. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau diantisipasi. Rencana tindakan asuhan pada BBL fisiologis adalah sebgai berikut :

1.Observasi keadaan umum dan tanda vital
2.Stabilisasi temperatur
3.Rangsangan taktil
4.Pemberian ASI dini dan eksklusif
5.Penilaian reflek
6.Pemberian imunisasi
7.Memberikan KIE laktasi
8.Memberikan KIE imunisasi


CONTOH ASKEB

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA
NY.“N” G4P2A1H2 GRAVID ATERM PERSALINAN SPONTAN
DENGAN RIWAYAT PRE-EKLAMPSIA RINGAN
DI RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2 JUNI 2009
A. DATA SUBJEKTIF
Nama ibu : Ny. “N”
No. MR : 63.97.29
Umur : 36 tahun
Suku/ Bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Bungus

Nama Suami : Tn. “ H”
Umur : 42 tahun
Suku/ Bangsa : Minang/ Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Nelayan
Alamat : Bungu

B. DATA OBJEKTIF
Pasien datang tanggal : 2 Juni 2009
Pukul : 02. 00 WIB
1. Alasan utama masuk kamar bersalin :
Ibu hamil sembilan bulan dengan keluhan sakit pinggang menjalar ke ari-ari disertai pengeluaran lendir bercampur darah sejak pukul 18.00 WIB
1. Perasaan (sejak terakhir datang ke klinik) :
Ibu merasa sedikit cemas menghadapi persalinannya
1. Tanda-tanda bersalin :
His : Ada sejak tanggal 1 Juni 2009 pukul 18.00 WIB
Frekuensi : Sulit ditentukan
Lamanya : Sulit ditentukan
Kekuatan : Makin lama makin kuat
Lokasi ketidak nyamanan : Pinggang dan ari-ari
1. Pengeluaran pervaginam
Darah lendir : Ada
Air ketuban : Tidak ada
Darah : Tidak ada
1. Masalah-masalah khusus : Tidak ada
2. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : 6-9-2008
Siklus : 30 hari
ANC : 9 × selama kehamilan (ke Bidan)
Keluhan : Tidak ada
1. Pola imunisasi
TT : lengkap
1. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : Ini
No Tahun lahir Usia
Keha-
milan Tempat Persa-
linan Jenis
Persa-
linan Peno
long Komplikasi Bayi Nifas
♀/♂ BB/
PB Keada-
an Laktasi Lo-
chea
Ibu Bayi
1. 1997 Aterm BPS Spon-
tan Bidan AdaPER Tdk ada ♀ 3300
gr
50 cm Baik ASI diberi-
kan selama ±2 tahun Nor-
mal
2. 2003 Aterm BPS Spon-
tan Bidan Ada
PER Tdk ada ♂ 3300
gr
50 cm Baik ASI diberi-
kan selama ±2 tahun Nor-
mal
3. 2006 2 bulan Abortus Spon-
tan Bidan ada Tdk ada - - - - -
4. Ini
1. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : Ada dan sering, > 20 x
Mulai gerakan janin pertama kali : ± 4 bulan yang lalu
1 Makan dan minum terakhir : Pukul 22.00 WIB
Jenis makanan/minuman : 1 piring nasi + 1 potong ikan sebesar kotak korek api + 2 gelas air putih
1. Buang air kecil terakhir : Pukul 01.30 WIB
2. Buang air besar terakhir : Pukul 07.00 WIB
1. Tidur : Ibu sulit tidur karena sering kencing dan sakit pinggang
2. Psikologis : Cemas menghadapi persalinan
3. Keluhan lain : Tidak ada
C. Data Objektif (Pemeriksaan Fisik)
1. Keadaan umum : Ibu tampak meringis kesakitan
2. Tanda vital
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 84 x/i
Pernapasan : 24 x/i
Suhu : 37 0C
Tinggi badan : 155 cm
Berat badan : 60 kg
BB sebelum hamil : 48 kg
Muka
- Kelopak mata : Tidak oedema
- Konjungtiva : Merah muda
- Sklera : Tidak ikterik
Mulut
- Lidah dan mulut : Tidak pucat, stomatitis tidak ada
- Gigi dan geraham : Ada caries
Kelenjar thyroid : Tidak ada pembengkakan
Pembuluh limfe : Tidak ada pembekakan
Dada
Payudara
- Bentuk : Simetris kiri-kanan
- Puting susu : Menonjol (kiri dan kanan)
- Benjolan : Tidak ada
- Pengeluaran : Colostrum (+)
- Rasa nyeri : Tidak ada
Abdomen
- Pembesaran : Sesuai dengan usia kehamilan
- Benjolan : Tidak ada
- Bekas luka operasi : Tidak ada
- Konsistensi : Tegang saat his
- Kandung kemih : Tidak penuh
Ekstremitas atas dan bawah
- Oedema : Tidak ada
- Kemerahan : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
Pemeriksaan Kebidanan
Palpasi uterus :
Leopold I : TFU 3 jari di bawah processus xyphoideus. Pada fundus teraba massa bundar, lembek, tidak melenting, kemungkinan bokong janin.
Leopold II : Pada perut ibu sebelah kanan teraba massa panjang, keras, memapan, kemungkinan punggung janin. Pada perut ibu sebelah kiri teraba tonjolan-tonjolan kecil, kemungkinan ekstremitas janin.
Leopold III : Pada perut ibu bagian bawah teraba massa bulat, keras, tidak dapat digoyang, kemungkinan kepala janin telah masuk PAP
Leopold IV : Posisi tangan sejajar
Mc. Donald : 35 cm
TBJ : 3465 gram
His : 3 x dalam10 menit selama 40 detik
Fetus
- Letak : Memanjang
- Posisi : Punggung kanan
- Pergerakan : Ada
- Presentasi : Kepala
- Penurunan : 3/5
Auskultasi
DJJ : (+)
Frekuensi : 140 x/menit
Irama : Teratur
Intensitas : Kuat
Punctum maksimum : Kuadran kanan bawah perut ibu
Ano – genital (inspeksi)
Perineum
Luka parut : Tidak ada
Vulva vagina
- Warna : Kemerahan
- Luka : Tidak ada
- Varices : Tidak ada
- Pengeluaran pervagiam : Lendir bercampur darah
- Warna : Kemerahan
- Anus : Tidak ada haemorhoid
Pemeriksaan dalam
Atas indikasi : Inpartu, pukul

C. ASSESMENT
Diagnosa Kebidanan : G4P2A1H2, hamil 39 minggu, inpartu kala 1 fase aktif janin tunggal
hidup intra uterin
Masalah : Cemas
Kebutuhan : - Dukungan psikologis
- Menghadirkan pendamping persalinan
- Observasi kemajuaan persalinan

D. PLANNING
1. Menjelaskan pada ibu dan keluarga bahwa ibu akan segera melahirkan, tinggal menunggu waktu hingga pembukaan lengkap. “Ibu mengetahui dan sedikit tenang setelah mendengar penjelasan yang sidampaikan”

2. Mengobservasi keadaan ibu dan memberitahukan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
Tanda vital
TD : 120/80 Mmhg
Nadi : 82x/menit
Respirasi : 24x/menit
Palpasi : Presentasi kepala, pu-ka, dan bagian terbawah janin sudah masuk PAP
His : 3 kali dalam 10 menit, durasi 10 detik.
“Ibu dan keluarga mengetahui hasil pemeriksaan yang telah dilakukan”
3 Menghadirkan suami / orang tua untuk memberikan dukungan psikologis pada ibu seperti : mengusap keringat, memijat daerah punggung untuk mengurangi rasa nyeri.
“ Suami bersedia mendampingi ibu”
4 Menganjurkan ibu untuk mengatur posisi, sesuai keinginan ibu seperti berbaring miring, berjongkok dan lain-lain
“ Ibu bersedia berbaring miring”
5 Menganjurkan ibu untuk makan dan minum untuk menambah tenaga
‘ Ibu bersedia minum secangkir teh hangat’
6 Memberitahukan ibu untuk mengosongkan kandung kencing sesering mungkin dan tetap menjaga kebersihan daerah vulva.
“ Kandung kencing ibu telah dikosongkan’
7 Membimbing ibu dengan tehnik relaksasi, dengan menarik nafas panjang saat ada retraksi, dan kemudian hembuskan udara secara perlahan-lahan.
‘ Ibu bersedia melakukan teknik relaksasi dengan benar’
8 Mengobservasi his dan DJJ setiap 30 menit
“Observasi sudah dilakukan setiap 30 menit”

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal
Jam
SUBJECTIF
Ibu mengatakan sakitnya bertambah dan perasaan ingin BAB/mengedan
OBECTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda vital : TD 110/80 Mmhg, Nadi 86x/menit, Suhu 36,2 C, Respirasi 24x/menit
2. Inspeksi
Muka : Tidak terlihat pucat dan tidak oedem
Genetalia : Tampak tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka, anus membuka, tampak lendir darah dan tampak pengeluaran cairan ketuban dengan warna keruh bercampur mekonium (ketuban pecah sempurna)
3. Palpasi
His 4 kali dalam 10 menit, durasi 40 detik
4. Auskultasi
DJJ (+) terdengar jelas dan teratur, frekuensi 140x/menit
5. Periksa Dalam
Pembukaan lengkap (10 cm), ketuban pecah spontan sebelum periksa dalam, kepala di hodge III dan porsio tipis.

ASSESMENT
Kala II (Pengeluaran janin)

PLANNING
1. Menyiapkan pertolongan persalinan atau alat
- Memastikan pembukaan lengkap, bahan dan alat obat-obatan esensial telah siap
- Menyiapkan oksitosin 10 unit kedalam spuit
- Menyiapkan heating set
2. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses persalinan/ pimpinan meneran
- Memberitahu bahwa pembukaan lengkap
- Meminta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran
- Melaksanakan bimbingan meneran saat itu merasa ada dorongan kuat untuk meneran.
- Membimbing ibu agar meneran secara benar dan efektif yaitu dengan cara menarika nafas dan dikeluarkan dengan tekanan pada anus (seperti BAB)
- Mendukung dan memberi semangat pada saat meneran dan memperbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
- Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya, kecuali posisi berbaring telentang dalam waktu yang lama.
- Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi
- Menganjurkan keluarga untuk memberi dukungan dan semangat untuk ibu
- Memberikan cukup asuhan cairan peroral (minum)
- Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
3. Menyiapkan pertolongan kelahiran bayi
Jika kepala byi terlalu membuka vulva dengan diameter 5-6 cm meletakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi
- Meletakkan alas kain dibawah bokong ibu
- Membuka partus set dan memakai handcon
4. Menolong kelahiran bayi
- Setelah nampak kepala bayi dengan diameter 5-6cm lindungi perineum tangan yang lain menahan kepala bayi agar tidak depleksi kuat, cek lilitan tali pusat lalu tunggu putaran paksi luar
5. Penanganan segera bayi baru lahir
- Setelah bayi lahir klem tali pusat 3cm pijit kearah ibu dan letakkan klem yang kedua 2cm. potong atau ikat tali pusat
- Melakukan penilaian segera setelah bayi lahir
- Mengeringkan tubuh bayi, membungkus kepala dan badan bayi
- Memberikan bayi ke ibu

SUBJECTIFE :
Ibu mengeluh perutnya terasa sangat mules dan keluar darah dari kemaluannya

OBJECTIFE :
1.Keadaan umum : baik
2.Kesadaran : Compos mentis
3.Tanda vital : TD 110/80 Mmhg, Nadi 87x/menit, Suhu 36,2 C, Respirasi 20x/menit
4.Kontraksi uterus : Baik
5.Inspeksi genetalia : Tali pusat memanjang dan perdarahan secara tiba-tiba

ASSESMENT :
Kala III (pengeluaran plasenta)

PLANNING :
1.Melakukan manajement aktif kala III
Mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan perdarahan
- Memberikan oksitosin
- Melakukan PTT


SUBJECTIFE :
Ibu mengatakan merasa keluar darah dari kemaluaan

OBJECTIFE :
1.Keadaan umum : Baik
2.Tanda vital : TD 110/80 Mmhg, Nadi 82x/ menit, Suhu 36,2 C, Respirasi 20x/ menit
3.TFU : 2 jari dibawah pusat
4.Kontraksi uterus : Baik

ASSESMENT :
Kala IV (observasi)

PLANNING :
1.Melakukan menejement aktif kala IV dan melakukan pemantauaan setiap 15menit
2.Observasi keadaan umum,tanda vital,dan memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu
3.Menganjurkan ibu dan keluarga cara memeriksa dan merangsang kontraksiuterus
4.Mengevaluasi perdarahan
5.Mengajurkan ibu untuk makan dan minum
6.Membersihkan ibu dan tempat tidur,serta memakaikan pembalut dan pakaiaan bersih pada ibu
7.Melakukan pencegahan infeksi
8.Melepaskan hanscoon dalam larutan clorin dan mencuci tangan


DAFTAR PUSTAKA
JNPK-KR. 2008. Asuhan Persalinan Normal Dan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : JHPIEGO. (Hal 125-137)
Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. (Hal:157-159)
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC. (Hal:91-101)
Saifudin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBP-SP .(Hal : N6-N21 dan M38-M41)
Saifudin, Abdul Bari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :YBP-SP. (Hal :100-121 dan 206-213)
Sastrawinata, sulaiman. 1983. Obstetri Fisiologi. Elemen : Bandung (Hal: 221-300)
Wiknjosastro, hanifa. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. (Hal : 180-201 dan 281-301)
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta :Salemba Medica