A.
Pengertian
Pneumonia
merupakan peradangan pada parenkim paru yang terjadi pada masa anak-anak dan
sering terjadi pada masa bayi. Penyakit ini timbul sebagai penyakit primer dan
dapat juga akibat penyakit komplikasi (A.Aziz Alimul: 2006).
Sedangkan menurut Elizabeth J. Corwin, Pneumonia adalah infeksi saluran nafas
bagian bawah. Penyakit ini adalah infeksi akut jaringan paru oleh
mikroorganisme.
Selain
itu, menurut wikipedia.com pneumonia adalah sebuah penyakit pada paru-paru di
mana pulmonary alveolus (alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari
atmosfer menjadi "inflame" dan terisi oleh cairan, Pneumonia adalah
proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain gambaran
umum di atas, Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis
lainnya dan pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium) (Wilson, 2006).
B.
Jenis-jenis Pneumonia
Pneumonia
terbagi dalam berbagai jenis berdasarkan dengan penyebab, anatomik, dan
berdasarkan asal penyakit ini didapat. Seperti berikut:
1. Berdasarkan penyebab :
a.
Pneumonia Lipid
b.
Pneumonia Kimiawi
c.
Pneumonia karena extrinsik allergic alveolitis
d.
Pneumonia karena obat
e.
Pneumonia karena radiasi
f.
Pneumonia dengan penyebab tak jelas
(Dasar-dasar ilmu penyakit paru, 2006)
2. Berdasarkan Anatomik:
a. Pneumonia Lobaris
Merupakan pneumonia yang terjadi pada seluruh atau satu bagian besar
dari lobus paru dan bila kedua lobus terkena bisa dikatakan sebagai pneumonia
lobaris.
b. Pneumonia Interstisial
Merupakan pneumonia yang dapat terjadi di dalam dinding alveolar.
c. Bronchopneumonia
Merupakan pneumonia yang terjadi pada ujung akhir bronkhiolus yang dapat
tersumbat oleh eksudat mukopuren untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus
(A. Aziz Alimul Hidayat :2006)
3. Berdasarkan asal penyakit :
a. Pneumonia
komunitas atau community acquired pneumonia, adalah pneumonia yang didapat dari
masyarakat.
b. Pneumonia
nosokomial atau hospitality acquired pneumonia yang berarti penyakit itu
didapat saat pasien berada di rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan.
C.
Etiologi
Pada masa
sekarang terjadi perubahan pola mikroorganisme penyebab ISNBA (Infeksi Saluran
Napas Bawah Akut) akibat adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan
kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan, dan penggunaan antibiotik
yang tidak tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman.
Etiologi
pneumonia berbeda-beda pada berbagai tipe dari pneumonia, dan hal ini berdampak
kepada obat yang akan di berikan. Mikroorganisme penyebab yang tersering adalah
bakteri, yang jenisnya berbeda antar Negara, antara suatu daerah dengan daerah
yang lain pada suatu Negara, maupun bakteri yang berasal dari lingkungan rumah
sakit ataupun dari lingkungan luar. Karena itu perlu diketahui dengan baik pola
kuman di suatu tempat.
Pneumonia
yang disebabkan oleh infeksi antara lain :
1. Bakteri
Agen penyebab pneumonia di bagi menjadi organisme gram-positif atau
gram-negatif seperti : Steptococcus pneumoniae (pneumokokus), Streptococcus
piogenes, Staphylococcus aureus, Klebsiela pneumoniae, Legionella, hemophilus
influenzae.
2. Virus
Influenzae virus, Parainfluenzae virus, Respiratory, Syncytial
adenovirus, chicken-pox (cacar air), Rhinovirus, Sitomegalovirus, Virus herves
simpleks, Virus sinial pernapasan, hantavirus.
3. Fungi
Aspergilus, Fikomisetes, Blastomises dermatitidis, histoplasma
kapsulatum.
(hhtp:/medicastore.com/med/subkategori_pyk.Php,2007)
Selain disebabkan oleh infeksi, pneumonia juga bisa di sebabkan oleh bahan-bahan
lain/non infeksi :
a.
Pneumonia Lipid : Disebabkan karena aspirasi minyak mineral
b. Pneumonia Kimiawi : Inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap
kimia seperti berillium
c. Extrinsik allergic alveolitis : Inhalasi bahan debu yang mengandung
alergen seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas debu di
pabrik gula
d.
Pneumonia karena obat : Nitofurantoin, busulfan, metotreksat
e.
Pneumonia karena radiasi
f.
Pneumonia dengan penyebab tak jelas.
(Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, 2006)
Pada bayi dan anak-anak penyebab yang paling sering
adalah:
1.
Virus sinsisial pernafasan
2.
Adenovirus
3.
Virus parainfluenza
4.
Virus influenza
Sedangkan dari sudut pandang sosial penyebab
pneumonia menurut Depkes RI (2004) antara lain:
1.
Status gizi bayi
Status
gizi adalah ukuran keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk anak yang
diindikasikan oleh berat badan dan tinggi badan anak. Status gizi juga
didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan oleh keseimbangan antara
kebutuhan dan masukan nutrient. Penelitian status gizi merupakan pengukuran
yang didasarkan pada data antropometri serta biokimia dan riwayat diit (Beck.
2000: 1).
Klasifikasi status gizi pada bayi berdasarkan Kartu
Menuju Sehat adalah :
a. Gizi Lebih
b. Gizi Baik
c. Gizi kurang
d. Gizi buruk
2. Riwayat persalinan
Riwayat persalinan yang mempengaruhi terjadinya
pneumonia adalah ketuban pecah dini dan persalinan preterm (Setiowulan.2000).
3. Kondisi sosial ekonomi orang tua
4. Kemampuan orang tua dalam menyediakan lingkungan
tumbuh yang sehat pada bayi juga sangat mempengaruhi terhadap terjadinya
pneumonia.
5. Lingkungan tumbuh bayi
Lingkunngan tumbuh bayi yang mempengaruhi terhadap
terjadinya pneumonia adalah kondisi sirkulasi udara dirumah, adanya pencemaran
udara di sekitar rumah dan lingkungan perumahan yang padat (www.infokes.com,
2006).
6. Konsumsi ASI
Jumlah konsumsi ASI bayi akan sangat mempengaruhi
imunitas bayi, bayi yang diberi ASI secara eksklusif akan memiliki daya tahan
tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI secara
eksklusif.
D.
Klasifikasi Pneumonia
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi pneumonia sebagai
berikut:
a.
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada
kedalam (chest indrawing).
b.
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat
c.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai
demam, tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis,
faringitis dan tonsilitis tergolong bukan pneumonia (Rasmailah, 2004).
E.
Faktor Resiko
Faktor-faktor
resiko terkena pneumonia, antara lain: Infeksi Saluran Nafas Atas (ISPA), usia
lanjut, alkoholisme, rokok, kekurangan nutrisi, Umur dibawah 2 bulan, Jenis
kelamin laki-laki , Gizi kurang, Berat badan lahir rendah, Tidak mendapat ASI
memadai, Polusi udara, Kepadatan tempat tinggal, Imunisasi yang tidak memadai,
Membedong bayi, efisiensi vitamin A dan penyakit kronik menahun.
Selain
faktor-faktor resiko diatas, faktor-faktor di bawah ini juga mempengaruhi
resiko dari pneumonia :
1.
Individu yang mengidap HIV
2.
Individu yang terpajan ke aerosol dari air yang lama tergenang
3.
Individu yang mengalami aspirasi isi lambung
4.
Karena muntah air akibat tenggelam
5.
Bahan yang teraspirasi
F.
Patofisiologi
Pneumonia
dapat terjadi akibat menghirup bibit penyakit di udara, atau kuman di
tenggorokan terisap masuk ke paru-paru. Penyebaran bisa juga melalui darah dari
luka di tempat lain, misalnya di kulit. Jika melalui saluran napas, agen (bibit
penyakit) yang masuk akan dilawan oleh berbagai sistem pertahanan tubuh
manusia. Misalnya, dengan batuk-batuk, atau perlawanan oleh sel-sel pada lapisan
lendir tenggorokan, hingga gerakan rambut-rambut halus (silia) untuk
mengeluarkan mukus (lendir) tersebut keluar.
G.
Manifestasi Klinik/ Tanda dan Gejala
Gejala
penyakit pneumonia biasanya didahului infeksi saluran nafas atas akut selama
beberapa hari. Selain didapatkan demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat
mencapai 40 derajat celsius, sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak
kental, terkadang dapat berwarna merah karat (untuk streptococcus pneumoniae),
merah muda (untuk staphylococcus aureus), atau kehijauan dengan bau khas (untuk
pseudomonas aeruginosa). Pada sebagian penderita juga ditemui gejala lain
seperti nyeri perut, kurang nafsu makan, dan sakit kepala.
Tanda dan
Gejala berupa:
1.
Batuk nonproduktif
2.
Ingus (nasal discharge)
3.
Suara napas lemah
4.
Retraksi intercosta
5.
Penggunaan otot bantu nafas
6.
Demam
7.
Krekels
8.
Cyanosis
9.
Leukositosis
10. Thorax photo menunjukkan infiltrasi melebar
11. Batuk
12. Sakit kepala
13. Kekakuan dan nyeri otot
14. Sesak nafas
15. Menggigil
16. Berkeringat
17. Lelah.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
1.
Kulit yang lembab
2.
Mual dan muntah
3.
Kekakuan sendi.
H. Diagnosis
1.
Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului dengan
infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk, demam
tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak),
kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik seperti
hipotermi, penurunanan kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan
dengan meningitis, sepsis atau ileus.
2.
Pemeriksaan fisik
Tanda yang mungkin ada adalah suhu ≥ 390
C, dispnea : inspiratory effort ditandai dengan takipnea, retraksi
(chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding
toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup.
Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama
melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah halus di
lapangan paru yang terkena.
3.
Pemeriksaan penunjang
Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi
leukositosis dengan hitung jenis bergeser ke kiri. Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah menunjukkan
keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion mismatch). Kadar PaCO2
dapat rendah, normal atau meningkat tergantung kelainannya. Dapat terjadi
asidosis respiratorik, asidosis metabolik, dan gagal nafas. Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi
dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap penanganan
awal. Pada foto dada terlihat
infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di seluruh lapangan paru. Luasnya
kelainan pada gambaran radiologis biasanya sebanding dengan derajat klinis
penyakitnya, kecuali pada infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih
berat daripada keadaan klinisnya.
I. Diagnosis Banding Pneumonia
1.
Bronkiolitis
2.
Payah jantung
3.
Aspirasi benda asing
4.
Abses paru
Khusus pada bayi :
1.
Meningitis
2.
Ileus
J.
Komplikasi
Komplikasi dari pneumonia adalah sebagai berikut :
1.
Empisema
2.
Gagal nafas
3.
Perikarditis
4.
Meningitis
5.
Hipotensi
6.
Delirium
7.
Asidosis metabolik
8.
Dehidrasi
K.
Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan
kebidanan pada klien dengan pneumonia adalah sebagai berikut :
1.
Pertahankan suhu tubuh dalam batas normal melalui pemberian kompres.
2.
Latihan bentuk efektif dan fisiotheraphy paru.
3.
Pemberian oksigenasi (oksigen 1-2 liter/menit).
4.
Mempertahankan kebutuhan cairan (IVFD dektrose 10% : NaCl 0,9%).
5.
Pemberian nutrisi, apabila ringan tidak perlu diberikan antibiotik,
tetapi apabila penyakit berat dapat dirawat inap, maka perlu pemberian
antibiotik berdasarkan usia, keadaan umum, kemungkinan penyebab, seperti
pemberian Ampisilin dan Kloramfenikol.
6.
penatalaksanaan medis dengan cara pemberian pengobatan
L.
Pencegahan
Menurut
profesor Cissy, kunci pencegahan pneumonia yang penting menurut dia adalah
pemberian air susu ibu (ASI) secara ekslusif, imunisasi, dan pemenuhan
kebutuhan nutrisi anak, karena ASI mengandung nutrien, anti oksidan, hormon dan
antibody yang dibutuhkan anak untuk tubuh, berkembang dan membangun sistem
kekebalan tubuh.
Menurut
Profesor Sri Rejeki, mencegah kematian anak akibat pneumonia melalui 2 cara
yakni mencegah perkembangan infeksi dan komplikasi pneumonia dengan penyakit
lain seperti campak dan pertusis, lebih lanjut ia menjelaskan kematian akibat
pneumonia bisa dikurangi dengan menerapkan upaya pencegahan sekaligus
pengobatan. Selain 2 cara diatas, beliau juga mengatakan cara yang paling
efektif untuk mencegah infeksi pneumokokus melalui pemberian vaksin pneumokokus
konjugasi (PCV-7) kepada bayi. Pemberian ini pada bayi usia 4 bulan dari 6
bulan serrta diulang lagi pada usia 12-15 bulan agar melindungi anak dari
infeksi pneumokokus.
Menurut
laporan unicef lebih dari 1 juta jiwa anak akan bisa diselamatkan bila intervensi
pencegahan dan penanganan pneumonia diterapkan secara universal. Sekitar 600
ribu nyawa anak setiap tahunnya juga bisa diselamatkan melalui penanganan
antibiotik yang biayanya sekitar 600 juta dolar AS.
Dari
berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa pneumonia dapat dicegah
dengan cara-cara sebagai berikut :
a.
Memberikan ASI ekslusif
b.
Mencegah perkembangan infeksi
c.
Mencegah komplikasi pneumonia dengan penyakit lain
d.
Menggunakan penanganan
DAFTAR
PUSTAKA
1. Andriano G, Arguedas, Stutman HR, Marks MI.
Bacterial pneumonias. Dalam : Kendig
EL, Chernick V, penyunting. Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in
Children. Edisi ke-5. Philadelphia : WB Saunders, 1990 : 371-80.
2. Lichenstein R, Suggs AH, Campbell J. Pediatric
pneumonia. Emerg Med Clin N Am 2003; 21 : 437-51.
3. Glezen WP. Viral pneumonia. Dalam : Kendig
EL, Chernick V, penyunting. Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in
Children. Edisi ke-5. Philadelphia : WB Saunders, 1990 : 394-402.
4. Sectish TC, Prober CG. Pnemonia. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson HB, penyunting.
NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia : WB Saunders,
2003 : 1432-5.
5. Stokes DC. Respiratory infections in
Immunocompromized Hosts. Dalam : Taussig LM, Landau LI, penyunting. Pediatric
Respiratory Medicine. St. Louis: Mosby Inc, 1999 : 664-81.