Rabu, 14 Oktober 2009

IMUNISASI

IMUNISASI

1. Imunisasi

a. Pengertian imunisasi

Kata imun berasal dari bahasa Latin (immunitas) yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator Romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertiannya berubah menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, terhadap penyakit menular (Theophilus, 2000; Mehl dan Madrona, 2001).

Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk ke dalam tubuh. Kuman termasuk antigen yang masuk ke dalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut dengan antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam waktu yang lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, perlu dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Gordon, 2001).

Di Indonesia imunisasi mempunyai pengertian sebagai tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) di dalam tubuh bayi dan anak, agar terlindung dan terhindar dari penyakit-penyakit menular dan berbahaya bagi bayi dan anak (RSUD DR. Saiful Anwar, 2002).

b. Jenis imunisasi wajib

Berdasarkan program pengembangan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang diwajibkan dan Program Imunisasi Non PPI yang dianjurkan. Wajib jika kejadian penyakitnya cukup tinggi dan menimbulkan cacat atau kematian. Sedangkan imunisasi yang dianjurkan untuk penyakit-penyakit khusus yang biasanya tidak seberat kelompok pertama. Jenis imunisasi wajib terdiri dari: (Sri Rezeki, 2005)

1). BCG (Bacille Calmette Guerin)

Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberkulosis berat. Misalnya TB paru berat. Imunisasi ini sebaiknya diberikan sebelum bayi berusia 2 – 3 bulan. Dosis untuk bayi kurang setahun adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Disuntikkan secara intra dermal di bawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak dianjurkan BCG ulangan. Suntikan BCG akan meninggalkan jaringan parut pada bekas suntikan.

BCG tidak dapat diberikan pada pasien pengidap leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pengidap HIV. Apabila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

2). Hepatitis B

Imunisasi Hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir harus berdasarkan apakah ibu mengandung virus Hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan. Ulangan imunisasi Hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. Apabila sampai usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B maka diberikan secepatnya.

Penyakit ini dapat ditemukan di seluruh dunia yang disebabkan virus Hepatitis B. Penyakit ini sangat menular dan disebabkan virus yang menimbulkan peradangan pada hati. Pada bayi respon imun alami tidak dapat membersihkan virus dari dalam tubuh. Kurang lebih 90 persen bayi dan 5 persen orang dewasa akan terus membawa virus ini dalam tubuhnya setelah masa akut penyakit ini berakhir.

Seorang wanita hamil pembawa virus Hepatitis B atau menderita penyakit itu selama kehamilannya, maka dia dapat menularkan penyakit itu pada anaknya. Paling tidak 3,9 persen ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan risiko transmisi maternal kurang lebih sebesar 45 persen. Karena itu, vaksinasi hepatitis B merupakan cara terbaik untuk memastikan bayi terlindungi dari Hepatitis B. Jika tidak dilakukan, hati akan mengeras dan menimbulkan kanker hati di kemudian hari.

3). DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus)

Imunisasi DPT untuk mencegah bayi dari tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis, dan tetanus. Difteri disebabkan bakteri Corynebacteriumdiphtheriae yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan tenggorokan dan dengan cepat menimbulkan gangguan pernapasan dengan terhambatnya saluran pernapasan oleh karena terjadi selaput di tenggorokan dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang berbahaya untuk jantung.

Batuk rejan yang juga dikenal Pertusis atau batuk 100 hari, disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras secara terus menerus dan bisa berakibat gangguan pernapasan dan saraf. “Bila dibiarkan berlarut-larut, pertusis bisa menyebabkan infeksi di paru-paru.” Selain itu, karena si penderita mengalami batuk keras yang terus menerus, membuat ada tekanan pada pembuluh darah hingga bisa mengakibatkan kerusakan otak.

Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang disebabkan toksin dari clostridium tetani, bakteri yang terdapat di tanah atau kotoran binatang dan manusia. Kuman-kuman itu masuk ke dalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar yang telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari cairan congek. Luka kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat terinfeksi kuman ini. Apabila tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus sehingga perlindungannya harus diperoleh lewat imunisasi.

Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak anak umur dua bulan dengan interval 4 – 6 minggu. DPT 1 diberikan umur 2 – 4 bulan, DPT 2 umur 3 – 5 bulan, dan DPT 3 umur 4 – 6 bulan. Ulangan selanjutnya, yaitu DPT 4 diberikan satu tahun setelah DPT 3 pada usia 18 – 24 bulan, dan DPT 5 pada usia 5 – 7 tahun. Sejak tahun 1998, DPT 5 dapat diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar. Ulangan DPT 6 diberikan usia 12 tahun mengingat masih dijumpai kasus difteri pada umur lebih besar dari 10 tahun. Dosis DPT adalah 0,5 ml.

Imunisasi DPT pada bayi tiga kali (3 dosis) akan memberikan imunitas satu sampai 3 tahun. Ulangan DPT umur 18 – 24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun sampai umur 6-7 tahun. Dosis toksoid tetanus kelima (DPT/DT 5) bila diberikan pada usia masuk sekolah akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi, yaitu sampai umur 17-18 tahun. Imunisasi ini akan melindungi bayi dari tetanus apabila anak-anak tersebut sudah menjadi ibu kelak. Dosis toksoid tetanus tambahan yang diberikan tahun berikutnya akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi.

4). Polio

Untuk imunisasi dasar (3 kali pemberian) vaksin diberikan 2 tetes per oral dengan interval tidak kurang dari dua minggu. Mengingat Indonesia merupakan daerah endemik polio, sesuai pedoman PPI imunisasi polio diberikan segera setelah lahir pada kunjungan pertama. Dengan demikian diperoleh daerah cakupan yang luas.

Pemberian polio 1 saat bayi masih berada di rumah sakit atau rumah bersalin dianjurkan saat bayi akan dipulangkan. Maksudnya tak lain agar tidak mencemari bayi lain oleh karena virus polio hidup dapat dikeluarkan melalui tinja. Imunisasi polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisai polio 4. Selanjutnya saat masuk sekolah usia 5-6 tahun.

5). Campak

Vaksin campak diberikan dalam satu dosis 0,5 ml pada usia 9 bulan. Hanya saja, mengingat kadar antibodi campak pada anak sekolah mulai berkurang, dianjurkan pemberian vaksin campak ulangan pada saat masuk sekolah dasar pada usia 5-6 tahun. Biasanya melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).

c. Jadwal Pemberian Imunisasi

Tabel 2. Jadwal Pemberian Imunisasi
No
Jenis Imunisasi Bulan
1 2 3 4 5 6 9 15
1 Hepatitis B I II III
2 BCG X
3 DPT I II III
4 Polio I II III IV
5 Campak X


Sumber: Program pengembangan imunisasi Depkes (Markum, 2002)

d. Manfaat imunisasi

Manfaat imunisasi bagi anak dapat mencegah penyakit, cacat dan kematian. Sedangkan manfaat bagi keluarga adalah dapat menghilangkan kecemasan dan mencegah biaya pengobatan yang tinggi bila anak sakit. Di dunia selama tiga dekade United Nations Childrens Funds (UNICEF) telah menggalakkan program vaksinasi untuk anak-anak di negara berkembang dengan pemberian bantuan vaksinasi Dipteria, Campak, Pertusis, Polio, Tetanus, dan TBC. Bila dibandingkan, risiko kematian anak yang menerima vaksin dengan yang tidak menerima vaksin kira-kira 1: 9 sampai 1: 4 (Nyarko et al., 2001).

Di Amerika Imunisasi pada masa anak-anak merupakan salah satu sukses terbesar dari sejarah kesehatan masyarakat Amerika pada abad 20. Sejarah mencatat di Amerika Serikat terdapat empat jenis imunisasi yang berhasil, seperti: Dipteri, Pertussis, Polio, dan Campak (Baker, 2000).

IBU HAMIL

iBU HAMIL PANTANG APA SAJA?

PANTANGAN DI TRIMESTER I
* Tidak terbentur atau terjatuh karena bisa mengakibatkan keguguran.
* Tidak melakukan olahraga berat, seperti lari, aerobik high impact atau angkat beban
* Menunda bepergian jauh untuk sementara, terlebih bila harus melakukan perjalanan udara. Di usia kehamilan 1-3 bulan, ibu masih memerlukan kekuatan ekstra untuk mensuplai segala sesuatu yang penting bagi pertumbuhan janin. Kecapekan dapat membuat suplai nutrisi, energi, hingga oksigen ke calon bayi terhambat.
* Hindari minum obat dan jamu kecuali dalam pengawasan dokter. Jangan lupa, janin amat rentan terhadap pengaruh obat-obatan yang bersifat teratogen (zat kimia yang dapat menimbulkan kelainan perkembangan pada janin).
* Hindari pakaian ketat yang tidak lentur. Pakaian longgar atau elastis merupakan pilihan yang lebih baik karena tidak akan mengganggu perkembangan janin. Sama halnya dengan bra, kenakanlah bra yang nyaman.
* Untuk sementara jangan mengonsumsi makanan yang banyak mengandung gas sebab bisa membuat ketidaknyamanan pada ibu hamil. Bahkan pada kasus tertentu bisa berakibat fatal.
* Hubungan suami istri tetap boleh dilakukan kecuali bila dokter melarang atau dari kacamata medis hubungan intim dapat membahayakan ibu ataupun janin.

PANTANGAN DI TRIMESTER II DAN III
Di trimester dua, kehamilan relatif aman. Sekalipun begitu ibu tetap wajib menjaga kandungannya dengan selalu menghindari stres, tidak melakukan aktivitas yang terlalu berat atau melaksanakan kegiatan yang dapat menimbulkan risiko cedera.
Sementara di trimester ke-3 karena yang sering menjadi kekhawatiran adalah cepatnya peningkatan berat badan ibu, maka beberapa pantangan yang berkaitan dengan pola makan berlaku di sini. Umpamanya, kurangi makanan yang mengandung garam karena berpotensi meningkatkan tensi darah dan protein pada urin. Juga jaga agar peningkatan BB tidak lebih dari 2 kg dalam sebulan untuk menghindari keracunan kehamilan (preeklamsia).
Tingkatkan asupan buah-buahan dan sayur yang bermanfaat bagi janin dan air ketuban. Makanan bergizi seperti itu juga baik untuk memperlancar BAB dan menghindari sembelit yang biasa dialami ibu hamil trimester akhir. Cukupi kebutuhan minum dengan mengonsumi cairan 8 gelas sehari. Tak perlu khawatir jika jadi sering BAK, karena di kehamilan besar hal ini wajar saja. Yang penting, rasa kebelet pipis tersebut jangan ditahan-tahan sebab bisa memicu terjadinya infeksi saluran kencing.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, jangan sampai perut ibu terbentur atau ibu terjatuh. Ini penting diperhatikan karena di kehamilan tua, perut akan semakin membuncit dan membuat gerakan ibu semakin tidak “lincah
Di trimester akhir ini, perhatikan organ intim yang akan menjadi jalan lahir bayi dengan lebih saksama. Pada saat kehamilan, ibu rentan menderita keputihan. Sebagai pencegahan, upayakan organ intim selalu bersih dan tidak lembap. Sering-seringlah mengganti celana dalam. Lebih sering lebih baik.
PERTANYAAN FAVORIT
Nah, di bawah ini merupakan pertanyaan-pertanyaan favorit yang sering diajukan ibu hamil tentang boleh atau tidaknya ibu hamil mengerjakan suatu aktivitas. Puji menjawabnya dari sisi medis.
* BOLEH ENGGAK MENGEMUDI?
Ibu hamil (yang sudah terbiasa mengemudi) tetap boleh mengendarai mobil walaupun sedang hamil muda bahkan bila kehamilannya sudah besar sekalipun. Dengan catatan, selama melakukan aktivitas itu, ibu tidak mengalami keluhan-keluhan seperti pusing, cepat pegal atau tensi darah tinggi. Kondisi mobil pun harus nyaman, umpamanya, roda kemudi tidak mengganggu perut ibu. “Tapi bagi ibu yang hidup di kota besar yang macetnya luar biasa, seperti Jakarta, lebih baik sebelum si bayi lahir, ibu jadi penumpang saja dulu. Bukannya apa-apa, kalau ibu harus diburu waktu dan menerobos kemacetan, bisa-bisa ibu justru stres. Bukankah ini tidak baik bagi ibu hamil?”
* BOLEHKAH MENGEMUDIKAN MOTOR?
Berbeda dengan mobil, Puji menyarankan ibu hamil yang terbiasa mengemudikan motor menghentikan dulu aktivitasnya ini karena sangat riskan. Contoh, saat mengendarai motor, getaran mesinnya akan terlalu kuat bagi ibu yang sedang hamil. Untuk menjaga keseimbangan saat mengemudi pun diperlukan usaha tersendiri. Belum lagi risiko celaka di jalan raya yang cukup tinggi. “Sederhananya begini deh, untuk menjaga keseimbangan diri sendiri saja ibu hamil sudah susah apalagi kalau harus menanggung beban tambahan, yakni menjaga keseimbangan dan menahan beban motor. Tapi selama dibonceng sih tidak apa-apa. Dengan catatan ibu hamil dalam kondisi sehat, kecepatan motor sedang, jalan yang dilalui mulus dan kondisi peredam kejut motornya baik.”
* BOLEHKAH IBU HAMIL BERPANAS-PANASAN?
Ibu hamil sebaiknya tidak berada di bawah terik matahari dalam waktu lama karena dapat mengalami dehidrasi bahkan anemia. Sekalipun begitu, jika itu memang tuntutan pekerjaan, boleh-boleh saja kok. Asalkan ibu mengenali kondisi tubuh dan kehamilan dengan baik, tidak menderita anemia, tidak cepat pusing bila terpapar terik matahari dan tensi darah normal. Kenali gejala-gejala awal saat tubuh perlu istirahat, seperti pusing, mata berkunang-kunang dan lainnya. Kalau sudah begitu, segera berteduh dan beristirahat serta banyak-banyaklah minum air putih dan mengonsumsi buah-buahan.
* BAGAIMANA AGAR TIDAK PEGAL SAAT HARUS DUDUK LAMA?
Wanita hamil sering menderita wasir. Alasan inilah yang membuat mereka disarankan untuk tidak duduk terlalu lama. Terlampau banyak duduk juga bisa menekan rahim dan mengganggu masuknya oksigen ke janin serta menghambat sirkulasi darah ibu dan si calon bayi.
Apalagi bagi yang sudah masuk usia kehamilan trimester tiga. Jika pekerjaan ibu mengondisikan harus banyak duduk, saat tubuh sudah terasa pegal, usahakan berdiri dan berjalan-jalan. Serta sering-seringlah melakukan peregangan otot yang dilakukan sambil duduk. Lakukan sekurang-kurangnya tiga jam sekali.
* BOLEHKAH BERDIRI LAMA?
Wanita yang tidak hamil saja akan kepayahan bila harus disuruh berdiri berjam-jam apalagi ibu hamil yang bebannya berlipat ganda. Untuk itu ibu hamil tidak boleh terlampau lama berdiri. Bila pekerjaan ibu menuntut demikian, (SPG, umpamanya), pihak pemberi kerja mau tak mau mesti memberi toleransi. Biarkan ibu hamil untuk duduk kala tubuhnya sudah terasa lelah, capek dan pegal. Bila sudah mengalami pusing dan mata berkunang-kunang, bukan duduk lagi yang dibutuhkan ibu, tapi rebahan dan minum minuman yang manis dan hangat.
* BOLEHKAH BER-MAKE UP?
Ibu hamil boleh berdandan malah wajib karena akan menambah rasa percaya diri dan kenyamanan. Yang tidak boleh jika kosmetik yang digunakan mengandung PB/timbel. Pilihlah make up yang hipoalergenic atau yang non-alergenic. Jika masih ragu konsultasikan pada dokter.
Supaya kehamilan ini bisa dijalani ibu dengan enjoy. Menurut Puji hal yang bisa dilakukan ibu adalah menerima nikmat dan karunia yang diberikan. Ingatlah selalu bahwa kehamilan ini adalah kebahagiaan dan kita wajib mensyukurinya.
Jadi, berpantang sedikit tak apa asalkan kelak ibu dapat menimang anugerah terbesar yang diberikan Tuhan ini. Bukan begitu, Bu?
BELAJAR DAN BERSENANG-SENANGLAH
Agar ibu dapat menjalani kehamilan dengan nyaman, saran Puji, ibu hamil harus mau banyak bertanya dan belajar tentang apa saja yang akan dirasakan di trimester satu hingga tiga. Setelah itu, persiapkan diri untuk menghadapinya dengan lapang dada. Yakinlah apa yang terjadi saat hamil, seperti mual dan pusing-pusing tidak akan berlangsung selamanya.Lakukanlah aktivitas seperti biasa. Jangan beri tubuh ibu beban yang terlalu berat, selalu berpikir relaks dan manjakan diri dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang disenangi. Kenakan pakaian yang disukai, berdandanlah secantik mungkin dan sibukan diri ibu dengan melakukan kegiatan persiapan menyambut kehadiran bayi

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan

Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan yang sehat.
Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
1. menciptakan lingkungan yang mendukung,
2. mengubah perilaku, dan
3. meningkatkan kesadaran.
Dalam Konferensi Internasional Promosi Kesehatan I yang diadakan di Ottawa, Kanada, menghasilkan sebuah kesepakatan yang dikenal sebagai Piagam Ottawa. Dalam piagam ini tertera strategi dalam meningkatkan kontrol masyarakat terhadap kesehatan diri mereka sendiri.

SEJARAH PROMOSI KESEHATAN
Di era milenium ini, setiap hari bahkan setiap saat, kepada kita disajikan pelbagai macam iklan atau upaya pemasaran pelbagai macam produk dan jasa. Iklan-iklan itu dengan gencarnya menyapa kita melalui berbagai media, terutama TV dan radio. Melalui internet, iklan-iklan itu juga datang silih berganti. Iklan juga menyergap kita melalui telepon seluler. Jangan ditanya iklan melalui surat kabar dan majalah. Juga melalui film layar lebar di gedung bioskop. Iklan-iklan juga mejeng secara mentereng melalui billboard, spanduk, umbul-umbul, dll. Tentu saja iklan juga muncul melalui poster, leaflet atau brosur. Belum lagi iklan melalui selebaran yang secara berdesakan nongol di tembok-tembok, tiang listrik/telepon, pagar rumah, dll. Ada juga iklan yang disamarkan melalui tulisan ilmiah atau tulisan populer. Jangan dilupakan iklan atau pemasaran produk atau jasa yang dikemas secara sangat professional dalam bentuk pameran, seminar atau pertemuan. Belum lagi iklan atau upaya pemasaran yang dilakukan secara agresif melalui tatap mula langsung dari rumah ke rumah dan secara berantai (multy level marketing). Demikian pula upaya yang dilakukan melalui loby kepada pelbagai pihak, khususnya pengambil kebijakan, agar produk atau jasanya dapat dipergunakan oleh khalayak luas. Dan masih banyak lagi cara-cara kreatif yang dilakukan dalam rangka menjajakan suatu produk atau jasa. Upaya-upaya itu mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap lakunya suatu produk atau jasa. Produk atau jasa apa saja, termasuk produk atau jasa di bidang kesehatan serta produk dan jasa yang merugikan kesehatan seperti rokok, minuman keras, obat-obatan yang tidak layak, dll. Itu semua termasuk upaya pemasaran atau upaya untuk mempromosikan produk atau jasa. Pada zaman dulu upaya itu disebut propaganda.
Istilah propaganda sering dikaitkan dengan bidang politik. Namun sebenarnya tidak selalu demikian. Bisa juga tentang masalah sosial, termasuk kesehatan. Di zaman pra dan awal kemerdekaan dulu propaganda masalah kesehatan itu sudah dilakukan. Pada waktu itu cara propaganda itulah yang dilakukan untuk memberi penerangan kepada masyarakat tentang kesehatan. Propaganda pada waktu itu dilakukan dalam bentuknya yang sederhana melalui pengeras suara atau dalam bentuk gambar dan poster. Juga melalui film layar tancap. Cara-cara itu kemudian berkembang, karena propaganda dirasakan kurang efektif apabila tidak dilakukan upaya perubahan atau perbaikan perilaku hidup sehari-hari masyarakat. Maka dilancarkanlah upaya pendidikan kesehatan masyarakat (health education) yang dipadukan dengan upaya pembangunan masyarakat (community development) atau upaya pengorganisasian masyarakat (community organization).
Upaya ini berkembang pada tahun 1960 an, sampai kemudian mengalami perkembangan lagi pada tahun 1975 an, menjadi “Penyuluhan Kesehatan”. Meski fokus dan caranya sama, tetapi istilah “Pendidikan kesehatan” itu berubah menjadi “Penyuluhan Kesehatan”, karena pada waktu itu istilah “pendidikan” khusus dibakukan di lingkungan Departemen Pendidikan. Pada sekitar tahun 1995 istilah Penyuluhan kesehatan itu berubah lagi menjadi “Promosi Kesehatan”. Perubahan itu dilakukan selain karena hembusan perkembangan dunia (Health promotion mulai dicetuskan di Ottawa pada tahun 1986), juga sejalan dengan paradigma sehat, yang merupakan arah baru pembangunan kesehatan di Indonesia. Istilah itulah yang berkembang sampai sekarang, yang antara lain menampakkan wujudnya dalam bentuk pemasaran atau iklan, yang marak pada era milenium ini.
Perjalanan dari propaganda, kemudian menjadi pendidikan, lalu penyuluhan dan sekarang promosi kesehatan itu, merupakan sejarah. Dalam perjalanan dari waktu ke waktu itu ada kejadian atau peristiwa yang patut dikenang, dan ada cerita atau kisah yang menarik, mengharukan, atau juga lucu. Tetapi yang penting pastilah ada hikmah, kebijaksanaan, nilai atau “wisdom” yang dapat diangkat dari rentetan kisah atau cerita itu. Hikmah, kebijaksanaan, nilai atau “wisdom” itu tentulah sangat besar manfaatnya bagi kita semua, terutama generasi muda yang merupakan penerus pembangunan bangsa tercinta ini. Kebijaksanaan itu pula yang rasanya patut sekali dapat dimiliki oleh para pembuat kebijakan, yang menentukan arah perkembangan negara kita di masa y.a.d. Demikianlah, maka sejarah atau perkembangan tentang promosi kesehatan di Indonesia itu perlu dituliskan. Penulisan sejarah atau perkembangan promosi kesehatan di Indonesia itu dirasakan semakin perlu karena nampaknya sejarah berulang. Apa yang kita pikirkan sekarang, rupanya sudah pernah dipikirkan bahkan dilaksanakan pada waktu yang lalu. Melalui tulisan ini diharapkan kita dapat lebih cepat belajar dan tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan pada waktu yang lalu itu.
Dengan demikian yang dimaksud dengan sejarah di sini bukan dalam arti rentetan peristiwa dalam tanggal, bulan dan tahun. Tetapi sejarah adalah uraian tentang peristiwa nyata berupa fakta dan data yang bisa dijadikan bahan analisa untuk disimpulkan manfaat dan mudaratnya bagi pijakan untuk kegiatan masa kini dan yang akan datang. Di sini sejarah lebih mempunyai arti ke depan. Dalam kaitan itu beberapa negara sedang ribut dalam penulisan sejarah ini. Korea, Jepang dan China berebut meluruskan sejarah dengan versi masing-masing. Pemerintah RI sejak merdeka sampai sekarang juga sangat berkepentingan dengan penulisan sejarah. Ini menunjukkan bahwa sejarah sering dibuat untuk kepentingan sesaat demi pemenuhan si pembuat sejarah. Seharusnyalah bahwa sejarah itu netral. Yang penting adalah tentang pembelajaran sejarah. Makna, nilai atau kebijaksanaan apa yang dapat ditangkap di balik kejadian atau rentetan peristiwa itu. Para pembacalah yang menganalisis sendiri, menyimpulkan dan mengambil makna sebagai landasan untuk pengambilan kebijakan bagi langkah-langkah tindakannya masa kini dan yang akan datang.
Sejarah, menurut Prof Nugroho Notosutanto, mengandung dua hal: fakta dan persepsi. Di satu pihak merupakan rentetan peristiwa berdasar fakta. Tekanannya pada uraian fakta yang bersifat deskriptif. Di pihak lain sejarah juga merupakan persepsi dari para pelaku, para saksi dan para pengamatnya. Tekanannya berupa analisis peristiwa bahkan dilanjutkan dengan prediksi ke depan. Demikianlah, maka sejarah perkembangan Promosi Kesehatan di Indonesia ini ditulis senetral dan seobyektif mungkin berdasarkan fakta sesuai rentetan peristiwa.
Namun demikian juga tidak dapat dihindari adanya pandangan subyektif berupa analisis dan prediksi dari para pelaku, para saksi atau pengamat yang kebetulan menjadi penulisnya. Sikap subyektif ini ditekan seminimal mungkin karena buku ini ditulis oleh satu tim yang terdiri dari berbagai unsur dan lintas generasi. Selanjutnya kebenaran deskripsi fakta, analisis dan prediksi tim penulis ini diserahkan sepenuhnya kepada para pembaca. Para pembaca buku ini dapat siapa saja : para pengambil kebijakan, praktisi lapangan, kalangan Perguruan Tinggi khususnya mahasiswa, kalangan ilmuwan, para profesional, media massa, dan lain-lain. Melalui tulisan ini, para pembaca diharapkan dapat menangkap makna, nilai atau kebijaksanaan di setiap peristiwa itu dan memanfaatkannya untuk menghadapi masalah sekarang dan yang akan datang, untuk peningkatan kesehatan masyarakat pada khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya. Setidak-tidaknya tulisan ini diharapkan dapat menjadi dokumen tertulis yang memperkaya dokumen-dokumen lain, yang ternyata tidak banyak jumlahnya.
Buku tentang sejarah atau perkembangan Promosi Kesehatan ini diberi nama “Perkembangan Dan Tantangan Masa Depan Promosi Kesehatan Di Indonesia”, dengan sub judul: “Dari Propaganda, Pendidikan dan Penyuluhan Sampai Promosi Kesehatan”. Ini berarti bahwa meskipun buku ini ditulis berdasar rentetan peristiwa, tetapi yang ingin diungkap terutama adalah makna yang dapat ditarik dari balik rentetan peristiwa itu. Maka periodesasi atau kurun waktu perjalanan promosi kesehatan dikaitkan dengan isu yang mengemuka serta “widom” yang dapat dipetik di setiap periode atau kurun waktu itu. Sekali lagi yang diharapkan dari buku ini adalah bahwa pembaca dapat belajar dari masa lalu, untuk menghadapi masalah sekarang, serta terutama untuk menjajagi dan proaksi masa depan, sebagaimana dikatakan oleh orang bijak yang dikutip pada awal tulisan ini.
Mengenai istilah Promosi Kesehatan sendiri juga mengalami perkembangan. Mula-mula dicetuskan di Ottawa, Canada pada tahun 1986 (dikenal dengan “Ottawa Charter”), oleh WHO promosi kesehatan didefinisikan sebagai: “the process of enabling people to control over and improve their health”. Definisi tersebut diaplikasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi : “Proses pemberdayaan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya”. Definisi ini tetap dipergunakan, sampai kemudian mengalami revisi pada konferensi dunia di Bangkok pada bulan Agustus 2005, menjadi: “Health promotion is the process of enabling people to increase control over their health and its determinants, and thereby improve their health” (dimuat dalam The Bangkok Charter). Definisi baru ini belum dibakukan bahasa Indonesia. Selain istilah Promosi Kesehatan, sebenarnya juga beredar banyak istilah lain yang mempunyai kemiripan makna, atau setidaknya satu nuansa dengan istilah promosi kesehatan, seperti : Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), Pemasaran sosial, Mobilisasi sosial, Pemberdayaan masyarakat, dll. Istilah-istilah tersebut juga akan diulas dalam buku ini, dalam bab-bab yang berkaitan.
Buku ini terdiri dari 11 bab. Masing-masing bab, mulai bab II sampai dengan bab V mencoba menceritakan : peristiwa atau kejadian secara ringkas pada waktu itu, pemikiran atau konsep yang mengemuka, pengalaman empirik di lapangan, tokoh atau figur yang menonjol, serta pelajaran yang dapat ditarik dari episode itu. Dalam beberapa bab itu ada juga diselipkan cerita atau kisah ringan yang merupakan kenangan khusus pada waktu itu. Sedangkan bab VI khusus bercerita tentang perkembangan Promosi Kesehatan dari segi organisasi, yang mengalami pasang surut. Pernah menjadi jabatan yang berada langsung di bawah Menteri Kesehatan (dapat disebut setara eselon I) di awal kemerdekaan, pernah pula menjadi eselon III pada era 1960-1970 an.
Kemudian menjadi beberapa unit eselon II. Bab VII bercerita tentang perkembangan Pendidikan Kesehatan di Perguruan Tinggi, baik di Jakarta maupun di kota-kota lain, juga yang ada di PT Swasta. Bab VIII bercerita tentang perkembangan tenaga profesional Penyuluh atau Promosi Kesehatan, yang ternyata juga sudah dimulai di zaman awal kemerdekaan dulu, sampai pengembangannya secara besar-besaran pada era 1970 an dan terus berlangsung sampai sekarang. Dalam bab itu juga dikisahkan perkembangan organisasi profesi Tenaga Penyuluh Kesehatan, baik sebagai jabatan profesional di lingkungan pemerintahan, maupun sebagai organisasi profesi yang juga mempunyai hubungan dengan organisasi sejenis di luar negeri. Bab IX tentang Proaksi Promosi Kesehatan di masa depan. Secara ringkas diuraikan kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dihadapi dengan dilatar belakangi analisis situasi dan kecenderungan ke depan. Di dalamnya termasuk kaitannya dengan “the Bangkok Charter” yang dihasilkan dalam Konferensi Dunia Promosi Kesehatan ke-enam di Bangkok, Thailand pada bulan Agustus 2005. Bab X mencoba mendokumentasikan kesan dan pesan dari para pelaku atau mereka yang terkait dengan upaya promosi kesehatan, baik yang berada di Jakarta maupun di kota-kota lain, yang berada di unit promosi kesehatan atau di unit lainnya, di pemerintahan dan di luar pemerintahan. Terakhir bab XI adalah bab Penutup, yang juga memuat kesimpulan dan sumbang saran yang berkaitan dengan promosi kesehatan untuk masa sekarang dan yang akan datang. Dalam beberapa bab terasa terjadi pengulangan, tetapi hal itu tidak dapat dihindari, bahkan semoga dapat memperkuat cerita. Ini sesuai dengan salah satu jargon Health Education, bahwa “Education is reenforcement”.
Dengan membaca buku perkembangan promosi kesehatan di Indonesia ini, kita mencoba sedikit menoleh ke belakang, mencoba mengamati apa yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita. Kemudian dengan mengambil pelajaran dan hikmah yang ada di dalamnya, kita bertekad melangkah untuk menjalaninya dengan melihat ke depan, sebagaimana dikatakan oleh Soren Kierkegaard, seorang filsuf Jerman, yang dikutip di awal tulisan ini.


















Contoh Promosi Kesehatan :
Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.

PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai Rumah Tangga ber PHBS yang melakukan 10 PHBS yaitu :

1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang balita setiap bulan
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik dd rumah sekali seminggu
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

by.KARTIKA DEWI
S.08.355