Rabu, 03 November 2010

IVA Inspeksi Visual dengan Asam Asetat

IVA


1. Pengertian

IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan aplikasi asam asetat (IVA). Dengan metode inspeksi visual yang lebih mudah, lebih sederhana, lebih mampu laksana, maka skrining dapat dilakukan dengan cakupan lebih luas,


2. Tujuan
Mengetahui cara penanganan deteksi dini kanker serviks dengan metode IVA.

3. Kategori Pemeriksaan IVA
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1.IVA negatif = Serviks normal.
2.IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
3.IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ).
4.IVA-Kanker serviks
Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-IIA)

4. Alat dan Bahan Pelaksanaan skrining IVA

Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA,
dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
-Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi.
-Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.
-Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
-Spekulum vagina
-Asam asetat (3-5%)
-Swab-lidi berkapas
-Sarung tangan

5. Penatalaksanaan
Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%. Jika tidak ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negatif.

Sebaliknya, jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatkan positif lesi atau kelainan pra kanker.

Namun jika masih tahap lesi, pengobatannya cukup mudah. Bisa langsung diobati dengan metode krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim.
Sensitivitasnya lebih dari 90 % dan spesifitasinya sekitar 40 %. Dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut.
Kalau dari hasil tes IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan warna dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human papilloma virus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.