Selasa, 04 Januari 2011

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ada banyak kasus dimana wanita hamil dengan hipertensi mampu menjaga kehamilan sampai dengan kelahiran dengan selamat. Dengan bantuan medis selama kehamilan, komplikasi selama kehamilan dapat dicegah. Bagaimanapun juga, hipertensi selama kehamilan selalu dibutuhkan perhatian khusus. Wanita hamil yang menderita hipertensi dimulai sebelum hamil, memiliki kemungkinan komplikasi pada kehamilannya lebih besar dibandingkan dengan wanita hamil yang menderita hipertensi ketika sudah hamil. Karena beberapa wanita hamil memiliki kemungkinan menderita hipertensi selama kehamilan karena beberapa factor.
Banyak akibat yang bisa ditimbulkan oleh hipertensi. Resiko terbesar hipertensi pada wanita hamil adalah kerusakan pada ginjal. Pada kasus yang lebih serius, ibu bisa menderita preeclampsia atau keracunan pada kehamilan, yang akan sangat membahayakan baik baik ibu maupun bagi janin. Selain itu hipertensi bisa menyebabkan kerusakan pembuluh darah, stroke, dan gagal jantung di kemudian hari.
Hipertensi merupakan problema yang paling sering terjadi pada kehamilan. Bahkan,kelainan hipertensi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Karena itu,deteksi dini terhadap hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan menganggu kehidupan serta kesehatan janin di dalam rahim.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang yang telah dipaparkan maka rumusan masalah pada laporan kasus ini adalah ”bagaimanakah asuhan kebidanan pada ny.N dengan Hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas Pekapuran Raya”

C. Tujuan
a. Tujuan khusus
Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada ny.N dengan Hipertensi dalam kehamilan di Puskesmas Pekapuran Raya
b. Tujuan umum
- Mengetahui pengertian hipertensi dalam kehamilan
- Mengetahui etiologi hipertensi dalam kehamilan
- Mengetahui patofisiologi hipertensi dalam kehamilan
- Mengetahui tanda dan gejala hipertensi dalam kehamilan
- Mengetahui komplikasi hipertensi dalam kehamilan
- Mengetahui penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan

D. Manfaat
1. Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan dan informasi dalam penanganan hipertensi dalam kehamilan
2. Bagi Mahasiswa
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan dapat menerapkan penanganan hipertensi dalam kehamilan


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Hipertensi dalam kehamilan (HDK), adalah suatu keadaan yang ditemukan sebagai komplikasi medik pada wanita hamil dan sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin. Secara umum HDK dapat didefinisikan sebagai kenaikan tekanan darah sistolik > 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik > 90 mmHg yang diukur paling kurang 6 jam pada saat yang berbeda.

B. Etiologi / penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal

C. Patofisiologi
Selama kehamilan normal terdapat perubahan-perubahan dalam sistem kardiovaskuler, renal dan endokrin. Perubahan ini akan berbeda dengan respons patologi yang timbul pada HDK. Pada kehamilan trimester kedua akan terjadi perubahan tekanan darah, yaitu penurunan tekanan sistolik rata-rata 5 mmHg dan tekanan darah diastolik 10 mmHg, yang selanjutnya meningkat kembali dan mencapai tekanan darah normal pada usia kehamilan trimester ketiga. Selama persalinan tekanan darah meningkat, hal ini terjadi karena respon terhadap rasa sakit dan karena meningkatnya beban awal akibat ekspulsi darah pada kontraksi uterus. Tekanan darah juga meningkat 4-5 hari post partum dengan peningkatan rata-rata adalah sistolik 6 mmHg dan diastolik 4 mmHg.
Pada keadaan istirahat, curah jantung meningkat 40% dalam kehamilan. Perubahan tersebut mulai terjadi pada kehamilan 8 minggu dan mencapai puncak pada usia kehamilan 20-30 minggu. Tahanan perifer menurun pada usia kehamilan trimester pertama. Keadaan ini disebabkan oleh meningkatnya aktifitas sistem renin – angiotensin aldosteron dan juga sistem saraf simpatis.13
Penurunan tahanan perifer total disebabkan oleh menurunnya tonus otot polos pembuluh darah. Volume darah yang beredar juga meningkat 40% , peningkatan ini melebihi jumlah sel darah merah, sehingga hemoglobin dan viskositas darah menurun. Terjadi penurunan tekanan osmotik plasma darah yang menyebabkan peningkatan cairan ekstraseluler, sehingga timbul edema perifer yang biasa timbul pada kehamilan normal


D. Manifestasi klinik
Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
1. Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
2. Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preeklamsia yang disertai dengan kejang.
3. Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.
4. Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali normal setelah melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.

E. Komplikasi
Stroke
Kegagalan jantung
Kerusakan ginjal.

F. Klasifikasi
Stadium 1
(Hipertensi ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2
(Hipertensi sedang) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3
(Hipertensi berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4
(Hipertensi maligna) 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

G. Penatalaksanaan medis
Obat tradisional
• murbei
• daun cincau hijau
• seladri (tidak boleh lebih 1-10 gr per hari, karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis)
• bawang putih (tidak boleh lebih dari 3-5 siung sehari)
• Rosela
• daun misai kucing
• minuman serai. teh serai yang kering atau serai basah(fresh) diminum 3 kali sehari. Dalam seminggu dapat nampak penurunan tekanan darah tinggi

Anti hipertensi
Pada preeklampsia berat anti hipertensi diberikan jika tekanan darah 180/110 mmHg. Tujuan pemberian anti hipertensi adalah untuk mencegah terjadinya cardiovaskuler atau cerebrovaskuler accident (Zhang J., 2003). Sebenarnya banyak pilihan anti hipertensi yang dapat diberikan, tetapi pilihan yang pertama adalah hydralazine. Mekanisme kerja hydralazine adalah dengan merelaksasi otot pada arteriol sehingga terjadi penurunan tahanan perifer. Hydralazine dapat diberikan peroral atau parentral. Kerjanya cepat, bila diberikan intravena sudah dapat dilihat efeknya dalam 5–15 menit. Efek samping hydralazine adalah sakit kepala, tachycardia, dan perasaan gelisah. Obat anti hipertensi yang juga banyak digunakan adalah labetalol, obat ini termasuk beta-bloker, dapat diberikan peroral atau intravena. Kalau diberi intravena efeknya sudah terlihat dalam 2-5 menit dan mencapai puncaknya setelah 15 menit. Kerja obat ini dapat berlangsung 4 jam. Bekerja menurunkan tahanan perifer dan tidak menurunkan aliran darah ke otak, jantung, dan ginjal. Obat anti hipertensi yang juga banyak digunakan adalah nifedipine (Brown, 2002). Nifedipine adalah satu-satunya pilihan obat untuk hipertensi mudah penggunaannya. Nifedipine termasuk calcium channel antagonist, hanya diberikan peroral dengan dosis 10-20 mg, dapat diulang setiap 30 menit sesuai kebutuhan. Efek samping obat ini adalah sakit kepala, rasa panas, sesak nafas, dan sakit di dada. Tidak mengganggu aliran darah utero plasenta. Kalau diberi peroral, efek kerjanya sudah terlihat dalam 5-10 menit dan mencapai puncaknya setelah 60 menit dan dapat bekerja sampai 6 jam. Mekanisme kerja nifedipine adalah dengan vasodilatasi arteriol.

Kortiko steroid
Pada preeklampsia berat kortiko steroid hanya diberikan pada kehamilan preterm < 34 minggu dengan tujuan untuk mematangkan paru janin (Magan E. F., dkk., 1993). Semua kehamilan ≤ 34 minggu yang akan diakhiri diberikan kortiko steroid dalam bentuk dexamethasone atau
betamethasone. National Institute of Health (NIH, 2000) menganjurkan pemberian kortikosteroid pada semua wanita dengan usia kehamilan 24-34 minggu yang berisiko melahirkan preterm, termasuk penderita preeklampsia berat. Pemberian betamethasone 12 mg intra-muskuler dua dosis dengan interval 24 jam, atau pemberian dexamethasone 6 mg intra-vena empat dosis
dengan interval 12 jam
Terapi farmakologis dapat dilakukan dengan penggunaan obat-obatan antihipertensi golongan α2-agonis sentral (metildopa), β-bloker (labetalol), vasodilator (hidralazin), dan diuretik (tiazid). Obat antihipertensi golongan Angiotensin-Converting Enzym Inhibitor (ACE Inhibitor) dan Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs) mutlak dikontraindikasikan pada ibu hamil dengan hipertensi. Meskipun ACE Inhibitor dan ARBs memiliki factor resiko kategori C pada kehamilan trimester satu, dan kategori D pada trimester dua dan tiga, namun obat tersebut berpotensi menyebabkan tetatogenik.
Dari beberapa obat yang telah disebutkan diatas, metildopa merupakan obat pilihan utama untuk hipertensi kronik parah pada kehamilan (tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg) yang dapat menstabilkan aliran darah uteroplasenta dan hemodinamik janin. Obat ini termasuk golongan α2-agonis sentral yang mempunyai mekanisme kerja dengan menstimulasi reseptor α2-adrenergik di otak.
Nama Dagang: Dopamet (Alpharma) tablet salut selaput 250 mg, Medopa (Armoxindo) tablet salut selaput 250 mg, Tensipas (Kalbe Farma) tablet salut selaput 125 mg, 250 mg, Hyperpax (Soho) tablet salut selaput 100 mg


BAB III
TINJAUAN KHUSUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III
HAMIL 28 MINGGU
DI PUSKESMAS PEKAPURAN RAYA

No. RMK : 40 / 2 Nama Mahasiswa : Kartika Dewi
Tgl/Jam Pengkajian: 04 – 08 – 2010/ Jam.09.00 NIM : S.08.355

A. SUBJECTIVE DATA
1. Identitas
Istri
Nama : Ny. Najiliah
Umur : 42 Tahun
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Lokasi II

2. Keluhan Utama : Ibu mengatakan hamil 7 bulan, dan mengeluh kepala sedikit pusing

3. Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, Kawin pertama kali umur 17 tahun, dengan suami sekarang sudah 25
tahun

4. Riwayat Haid
a. Menarche umur : 12 tahun
b. Siklus : 28 hari
c. Teratur/tidak : Teratur
d. Lamanya : 4-7 hari
e. Banyaknya : 3 kali ganti pembalut / hari
f. Dismenorhoe : Tidak pernah
g. HPHT : 15 – 01 - 2010
h.Taksiran Partus : 22 – 10 - 2010

5. Riwayat Obstetri
...............................................BUAT SENDIRI YA...

6. Riwayat Keluarga Berencana
a. Jenis : Pil Andalan
b. Lama : 11 tahun
c. Masalah : Tidak ada

7. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu : ibu mempunyai hipertensi tapi tidak pernah menderita penyakit keturunan seperti jantung, DM, asma dan penyakit menular lainnya.
b.Riwayat kesehatan keluarga : keluarga mempunyai penyakit hipertensi tetapi tidak ada penyakit kronik seperti jantung, DM, asma dan penyakit menular lainnya.

8. Keadaan Kehamilan Sekarang
a. Selama hamil ibu periksa di : di PKM Pekapuran Raya
b. Mulai periksa sejak usia kehamilan : 2 bulan
c. Frekuensi periksa kehamilan :
- Trimester I : 2 kali
- Trimester II : 1 kali
- Trimester III : 1 kali
d. TT I : belum diberikan TT II : belum diberikan
e. Keluhan/Masalah yang dirasakan ibu
No Keluhan / Masalah Umur
Kehamilan Tindakan Oleh Ket
1. Mual 1-12 mgg konseling bidan Sdh dberikan

9. Pola Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
- Jenis yang dikonsumsi : nasi, ikan, sayur
- Frekuensi : 2x sehari
- Porsi makan : 1 piring
- Pantangan : tidak ada
b. Eliminasi
 BAB
- Frekuensi : 1x sehari
- Konsistensi : lembek
- Warna : kecoklatan
 BAK
- Frekuensi : 3-4x sehari
- Warna : kuning jernih
- Bau : pesing
c. Personal Hygiene
- Frekuensi mandi : 2x sehari
- Frekuensi gosok gigi : 2x sehari
- Frekuensi ganti pakaian/jenis : sesuai kebutuhan
d. Aktifitas :
Aktifitas ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga
e. Tidur dan Istirahat
- Siang hari : Tidak pernah
- Malam hari : 8 jam
- Masalah : tidak ada
f. Pola Seksual : sesuai kebutuhan
Masalah : tidak ada

10. Data Psikososial dan Spiritual
a. Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya : ibu mengerti tentang dirinya yang sedang hamil dan ibu menyukainya.
b. Tanggapan ibu terhadap kehamilannya : ibu sangat senang akan kehamilannya sekarang, ibu tidak sabar lagi untuk segera melahirkan
c. Ketaatan ibu beribadah : ibu dapat melakukan sholat 5 waktu
d. Pemecahan masalah dari ibu : dengan berdiskusi
e. Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya : ibu banyak tau dari pengalaman sebelumnya dan dari bidan atau keluarga
f. Lingkungan yang berpengaruh
- Ibu tinggal bersama : suami dan anak
- Hewan piaraan : tidak ada
g. Hubungan sosial ibu dengan mertua, orang tua, keluarga : baik
h. Penentu pengambil keputusan dalam keluarga : suami
i. Jumlah penghasilan keluarga : cukup
j. Yang menanggung biaya ANC dan persalinan : suami

B. OBJECTIVE DATA
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos menthis
c. Berat badan
- Sebelum hamil : 52 kg
- Sekarang : 49 kg
d. Tinggi badan : 144 cm
e. LILA : 25 cm
f. Tanda Vital : TD 160/100 mmHg, Nadi 80x/menit
Suhu 36,5 °C, Respirasi 20x/menit
2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
- Kepala : kulit kepala bersih, pertumbuhan rambut merata, tidak rontok
- Muka : tidak pucat, tidak ada colosma gravidarum, tidak oedem
- Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
- Telinga : simetris, tidak ada pengeluaran, tidak ada serumen
- Hidung : simetris, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping
hidung
- Mulut : tidak pucat,tidak pecah2, tidak ada caries gigi
- Leher : tidak tampak pembesaran kel. Tyroid dan vena jugularis
- Dada/mamae : simetris, tidak ada retraksi dada, tampak hiperpigmentasi
areola, puting menonjol
- Perut : tidak ada linea alba, dan bekas luka operasi, ada linea nigra dan
strie gravidarum
- Tungkai : tidak tampak oedem dan varises
b. Palpasi
 Kepala : tidak ada massa/benjolan, tidak ada nyeri tekan
 Leher : tidak teraba pembesaran kel.tyroid dan vena jugularis
 Dada/Mamae : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan
 Abdomen
- Leopold : TFU=18 cm, bagian fundus teraba lunak, bulat, tidak melenting, 2 jari diatas pusat
- Leopold II : bagian kanan ibu teraba keras panjang seperti papan dan bagian kiri ibu teraba bagian terkecil janin
- Leopold III : bagian terbawah ibu teraba bulat, keras, melenting
- Leopold IV : bagian terbawah belum masuk PAP (Konvergen)
- TBJ : 18-12 x 155 = 1842 gram
 Tungkai : tidak teraba oedem dan varises

c. Auskultasi
DJJ ( + ) , terdengar jelas, frekuensi 145 x/menit

d. Perkusi
- Refleks Patella : Kiri / Kanan , ( + ) / (+ )
- Cek ginjal : Kiri / Kanan, ( - ) / ( - )

3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium :
- HB 11 gr%
- Albumin negatif
- Reduksi negatif

C. ASSESMENT
a. Diagnosa Kebidanan : G4P3A0 umur kehamilan 28 minggu, janin tunggal hidup intra uterin dengan hipertensi sedang
b. Masalah : pusing
c. Kebutuhan : Konseling

D. PLANNING
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan yaitu
TD= 160/100mmhg, BB=49kg, umur kehamilan 28 mgg, Taksiran partus 22-10-2010
“Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”

2. Menjelaskan penyebab pusing yang ibu rasakan dan cara mengatasinya penyebab
pusing karena perubahan hemodynamis, cara mengatasinya dengan bangun secara perlahan setelah bangun tidur, hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan ang hangat atau sesak, hindari berbaring dalam posisi telentang sebaiknya jangan menggunakan bantal ketika tidur.
“ibu mengerti dan bersedia mengetahui penyebab dan penanganan pusing”

3. Memberikan konseling seperti :
- Makan-makanan bergizi / cukup kalori dan rendah lemak
- Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang cukup) dan mengurangi alkohol.
- olahraga teratur dengan jaln kaki dipagi hari
- hindari asap rokok
- istirahat teratur seperti malam hari 8 jam siang hari 1 jam
- menjaga kebersihan pakaian dan personal hygiene terutam daerah genetalia
“ ibu mengerti konseling yang diberikan”

4. Memberitahu tanda-tanda bahaya kehamilan seperti :
- Perdarahan
- Bengkak dikaki, ditangan, diwajah
- Sakit kepala kadang kala dapat menyebabkan kejang, sakit yang setelah istirahat masih sakit
- Demam tinggi, mungkin karena infeksi/malaria
- Keluar air ketuban sebelum waktunya
- Gerakan bayi berkurang atau bahkan tidak ada
- Ibu muntah terus menerus dan tidak mau makan
“ ibu mengetahui tanda-tanda bahaya kehamilan”

5. Memberikan therapy / pengobatan yaitu :
- Nifedipin 3 x 1
- Kalk 1 x 1
- B12 3 x 1
“obat sudah diberikan”

6. Menganjurkan ibu merencanakan tempat dan penolong persalinan jika tekanan darah ibu belum menurun sebaiknya ibu melahirkan dirumah sakit.
“ ibu bersedia dan mengerti bahwa kehamilan dengan hipertensi tidak bias ditolong dirumah”

7. Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang lagi minimal 1 minggu sekali pada tanggal 11-08-2010 dan jika tekanan darah belum turun disertai keluhan lain atau jika menemukan tanda bahaya kehamilan segera ketenaga kesehatan
“ Ibu bersedia dan mengerti untuk kunjungan ulang lagi”


BAB IV
PEMBAHASAN

Dipuskesmas Pekapuran Raya kasus dengan hipertensi dalam kehamilan dalam jangka waktu mulai dari januari sampai agustus tercatat 8 orang. Dari pemeriksaan kepana Ny. N didapatkan albumin dan reduksi negative, HB 11 gr%, tidak tampak dan teraba oedem dan tidak tampak pucat diwajah ibu, tidak anemis, tekanan darah ibu 160/100
Sedangkan untuk penatalaksanaan Hipertensi Pada Kehamilan untuk melindungi ibu dari berbagai komplikasi termasuk kardiovaskuler dan melanjutkan kehamilannya sampai persalinan yang aman. Tata laksana ini meliputi pengelolaan secara umum dan khusus baik konservatif maupun dengan terminasi kehamilan .
1. Terapi Konservatif
Terapi konservatif dilakukan bila tekanan darah terkontrol ( sistolik < 140 mmHg, diastolik 90 mmHg, proteinuria < +2 ( 1 gr/hari), trombosit > 100.000, keadaan janin baik (USG, Stress test). Faktor yang sangat menentukan terapi konservatif adalah umur kehamilan. Jika HDK disertai proteinuria berat dan kehamilan > 36 minggu maka terminasi kehamilan perlu dilakukan. Apabila kehamilan < 36 minggu, maka dilakukan terapi konservatif jika : tekanan darah stabil < 150mmHg dan diastolik < 95 mmHg, proteinuria <+2, keadaan janin dan ketuban normal, trombosit > 100.000.
2. Terminasi Kehamilan
Bila selama terapi konservatif, ditemukan hal-hal dibawah ini maka dilakukan terminasi kehamilan. Dari Sudut Ibu:
- Sakit kepala hebat, gangguan penglihatan
- Tekanan darah sistolik > 170 mmHg dan atau diastolik > 110 mmHg
- Oliguria < 400 ml/ 24 jam
- Fungsi ginjal dan hepar memburuk
- Nyeri epigartium berat, mual, muntah
- Suspek abruptio placenta
- Edema paru dan sianosis
- Kejang dan tanda-tanda perdarahan intracerebral pada eklampsia
Dari Sudut Janin
- Pergerakan janin menurun
- Olygohidro amnion

3. Pengobatan Medikamentosa
Tujuan dalam menurunkan tekanan darah telah disepakati dianggap optimal bila sistolik < 140 mmHg dan diastolik < 90 mmHg.Ada beberapa konsensus kapan kita menggunakan obat anti hipertensi pada HDK antara lain:
a. Segera
Bila tekanan darah sistolik > 169 mmHg dan diastolik > 109 mmHg dengan gejala klinis.
b. Setelah observasi 1-2 jam
Bila tekanan darah sistolik > 169 mmHg dan atau diastolik > 109 mmHg tanpa gejala klinis.
c. Setelah observasi 24-48 jam
- Bila tekanan darah sistolik > 139 mmHg dan atau diastolik > 89 mmHg sebelum kehamilan 28 minggu tanpa proteinuria
- Bila tekanan darah sistolik > 139 mmHg dan atau diatolik > 89 mmHg pada wanita hamil dengan gejala klinis, proteinuria, disertai penyakit lain ( kardiovaskular, ginjal), Super imposed hypertension

Pencegahannya dapat Pembatasan kalori, cairan dan garam tidak dapat mencegah hipertensi dalam kehamilan, bahkan dapat berbahaya bagi janin manfaat aspirin, kalsium, dan obat-obat pencegah hipertensi dalam kehamilan balum terbukti
 Jika tekanan diastole tetap lebih dari 110 mmhg, berikan obat anti hipertensi sampai tekanan diastole diantara 90-100mmhg
 Pasang infuse dengan jarum besar (16 gauge atau lebih)
 Ukur keseimbangan cairan, jangan sampai terjadi overload cairan
 Kateterisasi urine untuk pemantauan pengeluaran urine dan proteinuria
 Jika jumlah urin kurang dari 30 ml perjam hentikan magnesium sulfat (Mg SO4) dan berikan cairan IV (NaCl 0,9 % atau ringer laktat) pada kecepatan 1 liter per 8 jam. Pantau kemungkinan edema paru.
 Jangan tinggalkan pasien sendirian . kejang disertai aspirasi muntah dapat mengakibatkan kematian ibu dan janin
 Observasi tanda-tanda vital, refleks, dan denyut jantung janin setiap jam
 Auskultasi paru untuk mencari tanda-tanda edema paru
 Hentikan pemberian cairan IV dan berikan diuretik misalnya furosemid 40 mg I.V. sekali saja jika ada edema paru
 Nilai pembekuan darah dengan uji pembekuan sederhana (bedside clotting test). Jika pembekuan tidak terjadi sesudah 7 menit kemungkinan terdapat koagulopati

Saat persalinan penangannya :
 Persalinan harus diusahakan segera setelah keadaan pasien stabil. Penundaan persalinan
meningkatkan resiko untuk ibu dan janin
 Periksa serviks, jika serviks matang lakukan pemecahan ketuban, kemudian induksi persalinan dengan oksitosin atau prostaglandin
 Jika persalinan pervaginam tidak dapat diharapkan dalam 12 jam (pada eklampsia) atau dalam 24 jam (pada preeklmapsia) lakukan sectio caesarea)
 Jika denyut jantung janin < 100 kali/mnt atau 180 kali/mnt lakukan sectio caesarea
 Jika serviks belum matang janin hiduplakukan secsio caesarea
 Jika anestesi untuk seksio sesarea tidak tersedia, atau jika janin mati atau terlalu kecil maka usahakan lahir pervaginam, matangkan serviks dengan misoprostol, prostaglandin, atau kateter foley

Penanganan Pasca Persalinan
Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam setelah persalinan atau kejang terakhir
Teruskan terapi anti hipertensi jika tekanan diastole masih 110 mmhg atai lebih


BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah di dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/ plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu

B. SARAN
1. Bagi ibu hamil lebih menjaga asupan nutrisi, umur 25-35 tahun untuk hamil, paritasnya tidak boleh lebih dari 3 karena memicu hipertensi kronik
2. Bagi mahasiswa dan tenaga kesehatan untuk dapat lebih dini mengetahui komplikasi dan kelainan mulai dari masa hamil sehingga dapat memberikan penanganan sesuai keluhan


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2000, IONI (Informatorium Obat Nasional Indonesia) 2000, 47-49, 57, DepKes RI, Jakarta

Anonim, 2007, ISO (Informasi Spesialite Obat Indonesia) Volume 42, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Jakarta

Lacy, C.F., et all, 2006, Drug Information Hanbook 14th edition, 1034, 1921, Lexi Company,USA

Saseen, J.J, dan Carter, B.L., 2005, Hypertension, in DiPiro, J.T., Talbert, R.L., Yee, G.C., Matzke,

G.R., Wells, B.G., and Posey, L.M., (Eds.), Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, 6th Edition, 202-210, McGraw-Hill Companies, USA

Sibai, B.M., 1996, “Treatment of Hypertension in Pregnant Women”, The New England Journal of Medicine, Volume 335, 257-265

Sibai, B.M., dan Chames, M., 2003, “Treatment of Hypertension in Pregnant Women”, The Journal of Family Practice, Volume 15

Rubin, P., 1998, “Drug treatment during pregnancy”, British Medical Journal, 1-7

TEORI REVA RUBIN

TEORI REVA RUBIN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelaksanaan sosial praktik konsep kebidanan dilahan praktik di puskesmas Pemurus Baru merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat dalam memberikan pelayanan secara menyeluruh serta terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Program kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu program khusus di Puskesmas Pemurus Baru yang merupakan prioritas tertinggi, mengingat bahwa golongan ibu hamil, bayi dan anak merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap penyakit bahkan kematian.
Dalam memberikan pelayanan banyak kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas Pemurus Baru dalam upaya menurunkan angka penyakit dan kematian salah-satunya melakukan kegiatan Ante Natal care(ANC). ANC ini ditunjukan dengan salah satu indikator yang terdapat dalam suatu sistem pemantauaan wilayah program KIA yang berindikator dikesehatan anak dan ibu.
Berdasarkan teori-teori konsep kebidanan yang dipelajari di kelas, penulis mengaplikasikan dan mengidentifikasi pelaksanaan pelayanan kebidananan di Puskesmas Pemurus Baru. Dalam pengaplikasian, penulis mengumpulkan data melalui hasil wawancara dan pengamatan terhadap bidan mengenai teori-teori kebidanan yang digunakan oleh para bidan setempat, peran dan fungsi bidan, profesionalisme bidan, pelayanan mandiri-kolaborasi-rujukan, pemasaran sosial jasa asuhan kebidanan, serta penghargaan dan sanksi terhadap bidan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui kinerja bidan di lapangan dalam menerapkan konsep dan Asuhan Kebidanan yang dilakukan.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui teori-teori asuhan kebidanan yang dapat diterapkan oleh bidan di Puskesmas Pemurus Baru
b. Mengetahui dan mengidendifikasi bagaimana seorang bidan dalam menjalankan peran dan fungsinya.
c. Mengidentifikasi keprofesionalan seorang bidan dalam memberikan pelayanan di Puskesmas Pemurus Baru.
d. Mengidentifikasi sistem pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, baik di Puskesmas Pemurus Baru maupun ditempat praktik klinik lainnya.
e. Mengetahui bagaimana seorang bidan dapat melakukan pemasaran sosial jasa terhadap masyarakat.
f. Mengetahui dan mengkaji apakah para bidan dipuskesmas pernah atau tidaknya mendapat penghargaan ataupun sanksi selama menjalankan pekerjaannya.

C. Manfaat
1. Manfaat teoritis
Kita dapat membandingkan antara teori yang ada dengan kenyataan yang berada dilapangan.
2. Manfaat praktik
Kita dapat menambahkan wawasan bagi para mahasiswa calom bidan agar dapat melaksanakan perannya dengan baik dikemudian hari.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Teori Teori Dalam Kebidanaan
1. Teori Reva Rubin
Penekanan Rubin dalam teori ini adalah pencapaiaan peran ibu. Untuk mencapai peran tersebut seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui serangkaian aktivitas dan latihan-latihan. Dalam proses ini wanita diharapkan mampu mengidentifikasi bagaimana seorang mampu mengambil peran seorang ibu. Walaupun proses ini mungkin dapat melibatkan efek yang negatif misalnya dalam intervensi atau tindakan, namun teori ini sangat berarti bagi seorang wanita terutama calon ibu untuk mempelajari peran yang dialaminya kelak sehingga ia mampu beradaptasi dengan perubahan yang akan dihadapinya khususnya perubahan psikososial dalam kehamilan dan setelah melahirkan.

a. Perubahan umum pada ibu hamil :
1) Cenderung lebih tergantung dan membutuhkan perhatian yang lebih untuk dapat berperan sebagai calon ibu dan mampu memperhatikan perkembangan janinnya.
2) Membutuhkan sosialisasi

b. Tahapan sosialisasi
1) Anticipatory stage
Ibu melakukan latihan peran dan memerlukan interaksi dengan anak lain.
2) Honeymoon stage
Ibu mulai memahami sepenuhnya peran dasarnya, pada tahap ini memerlukan bantuan anggota keluarga yang lain.
3) Plateu stage
Ibu akan mencoba sepenuhnya apakah ia telah mampu menjadi ibu ,tahap ini membutuhkan waktu beberapa minggu dan ibu akan melanjutkan sendiri.
4) Disengagement stage
Tahap penyelesaian dimana latihan peran dihentikan, namun peran sebagai orangtua belum jelas.

c. Tahap fase aktivitas penting sebelum menjadi ibu:
1) Taking on
Pada fase ini wanita meniru dan melakukan peran ibu.
2) Taking in
Pada fase ini fantasi wanita tidak hanya meniru tetapi sudah mulai membayangkan peran yang dilakukannya pada tahap sebelumnya.
3) Letting go
Pada fase ini wanita mengingat kembali proses dan aktivitas yang sudah dilakukannya, dan wanita akan meninggalkan perannya pada masa yang lalu.

d. Periode adaptasi psikososial pasa waktu post partum :
1) Periode taking in
Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Pada umumnya ibu masih pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada kekwatiran akan tubuhnya dan ia akan mengulang ulang pengalamannya waktu bersalin dan melahirkan.
2) Periode taking hold
Periode ini berlangsung 2-4 hari post partum. Pada tahap ini ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi diantaranya dengan berusaha keras untuk menguasai tentang keterampilan perawatan bayi,serta mulai berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAK, BAB, kekuatan dan ketahan tubuhnya
3) Periode letting go
Terjadi setelah ibu pulang kerumah, dan sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu bertanggung jawab terhadap perawatan bayinya dan beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung yang menyebabkan berkurangnya hak ibu,kebebasan,dan hubungan sosial. Periode ini umumnya defresi post partum terjadi disebabkan oleh pengalaman waktu hamil yang bermasalah,proses persalinan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi dan membesarkan anak.


2. Teori Ramona T. Mercer
Dalam teori ini mercer lebih menekankan pada stress ante partum dalam mencapai peran ibu. Mercer mengidentifikasi seorang wanita pada hari awal post partum menunjukan bahwa wanita lebih mendekatkan diri pada bayi dari pada tugasnya sebagai seorang ibu.

a. Ada 4 step dalam pelaksanaan peran ibu dalam mercer :
1) Anticipatory
Adalah suatu masa sebelum wanita menjadi ibu dimana wanita memulai penyesuaian sosial dan psikososial terhadap peran barunya nanti.
2) Tahap formal
Dimulai dengan peran sesungguhnya seoranng ibu. Pada masa ini bimbingan peran secara formal dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh sistem sosial dari wanita.
3) Tahap informal
Dimulai pada saat wanita telah mampu menemukan jalan yang unik dalam melaksanakan peran ibu yang tidak disampaikan oleh sosial sistem.
4) Tahap personal
Pada tahap ini wanita telah mahir melaksanakan perannya sebagai ibu. Ia telah mampu menentukan caranya sendiri dalam melaksanakan peran barunya itu.

b. 11 faktor yang mempengaruhi wanita dalam pencapaian peran ibu :
    1) Faktor ibu
         a) Umur ibu pada waktu melahirkan
         b) Persepsi ibu pada waktu melahirkan anak pertama kali
         c) Memisahkan ibu dan anak secepatnya
         d) Stress sosial
         e) Dukungan sosial
         f) Konsep diri
         g) Sifat pribadi
         h) Sikaf dalam membesarkan anak
         i) Status kesehatan ibu

    2) Faktor bayi
        a) Temperamen
        b) Kesehatan bayi

c. Faktor soosial support mercer mengidentifikasi 4 faktor pendukung :
1) Emosional support
Perasaan mencintai,penuh perhatian,percaya dan mengerti
2) Informational support
Informasi yang menjelaskan tentang pelaksanaan peran dan evaluasai diri
3) Pertolongan yang langsung seperti membantu merawat bayi, memberikan dukungan dana.
4) Appraisal support
Membantu individu untuk menolong dirinya sendiri dengan memberikan informasi yang berguna dan berhubungan dengan masalah atau situasi.


3. Teori Ernestine Wiedenbatch
Mengembangkan teorinya secara induktive berdasarkan pengalaman dan observasinya dalam praktik. Konsep yang luas menurut wiedenbatch yang nyata ditemukan dalam keperawatan yaitu :
a. The agent : perawat,bidan
Filosofi wiedenbatch tentang asuhan dan tindakan kebidanan dapat dilihat pada perawatan maternitas dimana kebutuhan ibu dan bayi dikembangkan menjadi kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan ibu dan ayah dalam persiapan menjadi orang tua.
b. The recepient : wanita,keluarga,masyarakat
Menurut wiedenbatch individu yang berkompeten dan mampu menentukan kebutuhannya akan bantuan.
c. The goal : goal dari intervensi
Goal yang akan dicapai dapat diperkirakan bila kebutuhan sudah diketahui dengan mempertimbangkan tingkah laku fisikemosional atau fisiological yang berbeda dari kebutuhan normal.
d. The means : Metode untuk mencapai tujuan

Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan wiedenbatch menentukan beberapa tahap :
1) Identifikasi kebutuhan klien
2) Ministration/memberikan dukungan dalam mencari pertolongan yang dibutuhkan
3) Validation : bantuan yang diberikan sungguh merupakan bantuan yang dibutuhkan
4) Co-ordination dengan ketenangan yang akan direncanakan untuk memberikan bantuan

e. The framework : organisasi sosial,lingkungan professional


4. Teori Ela-Joy Lehreman
Teori ini menginginkan agar bidan dapat melihat semua aspek dalam memberi asuhan pada wanita hamil dan pertolongna persalinan.
a. Ela – Joy Lerhman mengemukakan 8 konsep penting dalam pelayanan antenatal:
1) Asuhan yang berkesinambungan
Maksudnya yaitu asuhan yang dilakukan dalam pelayanan antenatal.
2) Keluarga sebagai pusat asuhan kebidanan
Maksudnya tidak terfokus pada ibu saja,tetapi kepada anggota keluarga misalkan suami atau orang tua si ibu.
3) Pendidikan dan Konseling merupakan bagian dari asuhan
Maksudnya bidan memberikan pendidikan dan penyuluhan kepada pasien sebagai bentuk Asuhan pelayanan kebidanan.
4) Tidak ada intervensi dalam asuhan
Maksudnya tidak ada tindakan yang dilakukan di luar wewenang bidan tindakan yang dapat merugikan pasien.
5) Fleksibilitas dalam asuhan
Maksudnya dalam memberikan layanan tidak harus selalu mengikuti aturan yang ditetapkan secara berurutan tetapi harus melihat situasi dan kondisi saat itu.
6) Keterlibatan dalam asuhan
Maksudnya bidan secara penuh melibatkan diri dalam proses asuhan kebidanan pada layanan antenatal.
7) Advokasi Klien
Maksudnya dalam setiap tindakan yang dilakukan oleh bidan ke pasien harus dengan persetujuan,dan pasien berhak meminta haknya untuk di pertanggung jawabkan sesuai dengan hukum yang berlaku sebaliknya juga dengan bidan apabila si pasien bersikeras tidak mau mengikuti prosedur yang tekah di sampaikan bidan maka bidan berhak membuat pernyataan tertulis dari pasien sebagai bukti yang dapat membela bidan apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
8) Waktu
Maksudnya dalam dalam pemberian peleyananasuan kebidanan harus tepatguna,tidak membuang waktu atau tergesa–gesa karena dapat merugikan pasien.

b. Dari konsep diatas Morten menambahkan 3 komponen dalam peleyanan antenatal yaitu :
1) Teknik terapeutik roses komunikasi
Teknik ini dilakukan dengan komunikasi yang efektif sesuai dengan kebutuhan pasien, untuk meringankan beban pasien.
2) Pemberdayaan (Empowerment,proses pemberian kekuasan dan kekuatan.
Pemberian kekuasaan penuh terhadap tindakan yang akan dilakukan kepada pasien dan memberikan dorongan semangat kepada pasien agar lebih percaya diri.
3) Hubungan sesame (Relationship)
Membina hubungan baik antara bidan dan pasien agar tercipta rasa kepercayaan pasien terhadap bidan.


5. Teori Jean Ball
Teori korsi goyang – keseimbangan emosional ibu tujuan asuhan yang diberikan pada ibu adalah agar ibu mampu melaksanakan tugasnya sebagai ibu baik fisik maupun psikologis. Psikologis yang dimaksud tidak hanya pengaruh emosional tetapi juga proses emosional agar tujuan akhir memenuhi kebutuhan untuk menjadi orang tua tercapai. Kehamilan, persalinan dan masa post partum adalah masa untuk mengadopsi peran baru.

a. Teori ball :
1) Teori perubahan
2) Teori stress,coping dan support
3) Teori dasar

b. Teori korsi goyang,kursi dibentuk 3 elemen :
1) Pelayanan meternitas
2) Pandangan masyarakat terhadap keluarga
3) Sisi penyanggah/support terhadap kepribadian wanita

B. Peran Dan Fungsi Bidan
Dalam melaksanakn profesinnya bidan memiliki peran sebagai pelaksana, pengelola, pendidik, dan peneliti.
1. Peran sebagai pelaksana
Sebagai pelaksana, bidan memiliki tiga katagori tugas, yaitu tugas mandiri, tugas kolaborasi, dan tugas ketergantungan.
a. Tugas Mandiri
Tugas mandiri yaitu melaksanakan secara individu oleh bidan tanpa kerjasama dengan orang lain dan bertanggung jawab sendiri. Tugas mandiri diberikan kepada :
1) Anak remaja/wanita pranikah
2) Kehamilan normal
3) Persalinan
4) BBL, bayi dan balita
5) WUS-KB
6) Masa klimaktorium dan menopause
7) Lansia

Tugas-tugas mandiri bidan, yaitu :
1) Menetapkan manajemen kebidanan pada setipa asuhan kebidanan yang diberikan
2) Member pelayanan dasar pernikahan pada anak remaja dan wanita dengan melibatkan mereka sebagai klien
3) Member asuhan kebidanan kepada klien selama kehamilan normal
4) Member asuhan kebidanan kepada klien dalam masa persalinan dengan melibatkan klien/keluarga
5) Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir
6) Memberikan asuhan kebidanan pada klien dalam masa nifas dengan melibatkan klien/keluarga
7) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita usia subur yang membutuhkan pelayanan keluarga berencana
8) Memberikan asuhan kebidanan pada wanita dengan gangguan sisitem reoroduksi dan wanita dalam masa klimakterium serta menopause
9) Memberi asuhan kebidanan pada bayi dan balita dengan melibatkan keluarga

b. Tugas Kolaborasi
Tugas kolaborasi yaitu dilaksanakan bersama-sama dengan tim yang baik untuk memberikan penanganan pada pasien/klien.
1) Tugas-tugas kolaborasi (kerja sama) bidan, yaitu:
a) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
b) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi
c) Memberikan suhan kebidanan pada ibu dalam masa persalinan dengan risiko tinggi serta keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan pertolongan pertama dengan tindakan kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga
d) Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dalam masa nifas deengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga
e) Member asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan risiko tinggi dan pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindaklan kolaborasi bersama klien dan keluarga
f) Member asuhan kebidanan pada balita dengan risiko tinggi serta pertolongan pertama dalam keadaan kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi bersama klien dan keluarga.

c. Tugas Ketergantungan/rujukan
Tugas ketergantungan/rujukan yaitu pelimpahan tugas dan tanggung jawab kepada tingkat yang lebih tinggi.
Tugas-tugas ketergantungan bidan yaitu:
1) Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai dengan fungsi keterlibatan klien dan keluarga
2) Member asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada kasus kehamilan dengan risiko tinggi serta kegawatdaruratan
3) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi serta rujukan pada masa persalinan dengan penyulit tertentu dengan melibatkan klien dan keluarga
4) Memberi asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas yang disertai penyulit tertentru dan kegawatdaruratan dengan melibatkan klien dan keluarga
5) Memberi asuhan kebidanan pada bayi baru lahir dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerliukan konsultasi seta rujukan dengan melibatkan keluarga
6) Memberi asuhan kebidanan kepada anak balita dengan kelainan tertentu dan kegawatdaruratan yang memerlukan konsultasi serta rujukan dengan melibatkan klien/keluarga.

2. Peran Sebagai Pengelola
Sebagai pengelola bidan memilki 2 tugas, yaitu tugas pengembangan pelayanan dasar kesehatan dan tugas partisipasi dalam tim.
Cara mengembangkan pelayanan kesehatan
a. Mengkaji KIA
b. Menyusun rencana
c. Menelola kegiatan pelayanan kesehatan masyarakata KIA
d. Mengkoordinir, mengawasi dan membimbing kader, dukun, atau tenaga kesehatan lainnya
e. Mengembangkan strategi
f. Menggerakan, mengembangkan, kemampuan masyarakat
g. Mempertahankan, meningkatkan mutu dan keamanan praktik professional
h. Mendokumentasikan seluruh kegiatan

Cara berpartisipasi tim :
a. Membina hubungan baik dengan dukun, kader/ pelayanan kesehatan masyarakat
b. Bekerjasama dengan puskesmas
c. Melaksanakan pelantikan, membimbing dukuk, kader tenaga kesehatan lain
d. Memberikan asuhan pada klien rujukan dukun bayi
e. Membina kegiatan yang ada dimasyarakat yang berkaitan dengan kesehatan

3. Peran Sebagai Pendidik
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan
b. Melatih dan membimbing kader, dukun dan mahasiswa bidan

4. Peran Sebagai Peneliti
Melakukan penelitian secara mandiri maupun kelompok:
a. Mengidentifikasi kebutuhan identifikasi
b. Menyusun rencana tindakan
c. Melaksanakan penelitian
d. Mengelola dan meninterperensi data
e. Menyusun laporan
f. Memanfaatkan hasil investigasi

C. Profesionalisme Bidan
Persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis
2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan bidan sebagai tenaga profesional
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4. Memiliki kewenangan yang disahkan atau diberikan oleh pemerintah
5. Memiliki peran dan fungsi yang jelas
6. Memiliki kompetensi yang jelas dan terukur
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah
8. Memiliki kode etik bidan
9. Memiliki etika kebidanan
10. Memiliki standar pelayanan
11. Memiliki standar praktik
12. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi sesuai dengan kebutuhan pelayanan

D. Pelayanan Mandiri,Kolaborasi,Dan Rujukan
1. Pelayanan Mandiri
Bidan dapat memberikan pelayanan secara madiri. Pelayanan kebidanan yang dapat diberikan bidan secara mandiri antara lain :
a. Memberikan pelayanan dasar pada remaja dan wanita pranikah seperti penyuluhan tentang kesehatan reproduksi wanita,konseling
b. Memberikan pelyananan antenatal pada ibu hamil normal,mulai dari anamnesa,pemeriksaan fisik,pemeriksaan leb sederhana.
c. Memberikan pelayanan pada ibu bersalin normal
d. Memberikan pelayanaan pada ibu nifas normal termasuk bayi lahir normal
e. Memberikan pelayanan pada ibu yang sedang dalam masa interval
f. Memberikan pelayanan kepada ibu pada masa klimakterium dan menepouse
g. Memberikan pelayaann pada wanita dengan gangguan reproduksi ringan

2. Pelayanan Kolaborasi
Kolaborasi adalah hubungan saling berbagi tanggung jawab (kerjasama) dengan rekan sejawat atau tenaga kesehatan lainnya dalam memberi asuhan pada pasien. Dalam praktiknya, kolaborasi dilakukan dengan mendiskusikan diagnosis pasien serta bekerjasama dalam penatalaksanaan dan pemberian asuhan. Masing-masing tenaga kesehatan dapat saling berkonsultasi dengan tatap muka langsung atau melalui alat komuniikasi lainnya dan tidak perlu hadir ketika tindakan dilakukan.
Elemen kolaborasi mencakup:
a. Harus melibatkan tenaga ahli dengan keahlian yang berbeda, yang dapat bekerjasama secara timbal balik dengan baik.
b. Anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasama.
c. Kelompok harus memberi pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari kombinasi pandangan dan keahlian yang di berikan oleh setiap anggota tim tersebut.
3. Pelayanan Rujukan
Rujukan dalam pelayanan kebidanan dapat diartikan sebagai tindakan melimpahkan tanggung jawab dalam penanganan pasien dari bidan ketempat pelayanan kesehatan yang lebih lengakap.
Rujukan dapat dilakukan bidan kepuskesmas dengan pasilitas rawayt inap,rumah sakit bersalin dan rumah sakit umum. Bidan harus mempunyai informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan,ketersediaan pelayanan purna waktu,biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan,salah satu hal faktor pendukung kematian ibu adalah adanya 3 keterlambatan yaitu terlambatkan memutuskan untu merujuk,terlambat sampai ketempat rujukan,dan terlambat ditangani ditempat rujukan.

E. Pemasaran Sosial Jasa Asuhan Kebidanan
1. Jadi pemasaran merupakan ilmu atau seni untuk mengetahui :
a. Apa yang diinginkan konsumen
b. Berapa konsumen mau membayar
c. Bagaimana cara mendistribusikan produk pada konsumen
d. Bagaimana mengiklankan dan mempromosikannya.
e. Menilai pemasaran yang dilakukan untuk pengembangan selanjutnya
2. Tujuan Pemasaran Sosial
a. Menurunkan sensitivitas klien pada tarif
b. Rekomendasi gratis dari mulut ke mulut sehingga biaya pemasaran menjadi lebih hemat
c. Penurunan biaya melayani klien yang sudah mengenal baik sistem pelayanan
d. Peningkatan pendapatan
3. Komponen Terkendali
a. Product
b. Price
c. Place
d. Promotion
e. Consumer

F. Penghargaan Dan Sanksi Terhadap Bidan
1. Penghargaan
Reward/penghargaan adalah segala bentuk perbuatan untuk menghargai/menghormati kepada individu atau organisasi atas jasa yang dilakukannya.
a. Bentuknya berupa :
1) Imbalan jasa oleh masyarakat
2) Berupa pengakuan dan rekomendasi ijin praktik dari IBI
3) Penghargaan melalui program khusus :

a) BIDAN BINTANG
Penghargaan yang di berikan dengan kriteria :
B : bersih kerja dan hatinya
I : ilmu mengikuti perkembangan
D : dedikasi tinggi
A : akurat dalam pemberian pelayanan
N : nyaman bagi klien dilayani bidan

B : ber KB
I : pencegahan infeksi
N : melayani intra dan post natal
T : memberikan suntik tetanus
A : mempromosikan ASI
N : memperhatikan nutrisi ibu dan anak
G : penanganan gawat darurat

b) BIDAN DELIMA
Bidan delima adalah suatu program terobosan strategisang mencakup :
Pembinaan peningkatan kwalitas pelayanan bidan dalam lingkkup keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.
Untuk menjadi bidan delima, seorang bidan praktek swasta harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, yaitu :
Memiliki SIPB, bersedia membayar iuran, bersedia membantu BPS menjadi bidan delima dan bersedia membantu BPS menjadi bidan delima dan sedia menataati semua ketentuan yang berlaku.
a. Melakukan pendaftaraan di pemurus cabang
b. Mengisi formulir prakualifikasi
c. Belajar dari buku kajian mandiri dan mendapat bimbingan fasilitator
d. Divalidasi oleh pasilitator dan dibewri umpan balik.
e. Prosedur dilakukan terhadap semua jenis pelayanan yang diberikan oleh bidan praktek swasta yang bersangkutan
Penghargaan dari IBI :
a. Anugrah delima
b. Anugrah delima eka yasa
c. Anugrah delima dwi yasa
d. Anugrah delima tri yasa
e. Anugrah delima catur yasa

c) BIDAN TELADAN
2. Sanksi
Berupa tindakan atau hukuman yang diberikan kepada individu atau organisasi untuk memaksa atau menepati janji yanng telah disepakati.
a. Sanksi bagi bidan
1) Kepmenkes no 900/menkes/SK/VII/2002 pasal 42 s. d 44
pasal 42 :
a) Jika melakukan praktik tanpa mendapat pengetahuan atau adaptasi, melakukan prktik tanpa ijin,melakukan praktik diluar kewenangannya
b) Maka akan dipidana
Pasal 43
Pimpinan sarana kesehatan yang tidak melaporkan bidan atau memperkerjakan bidan yang tidak mempunyai ijin praktik dapat dikenakan sanksi pidana
Pasal 44
a) Dengan tidak mengurangi sanksi sebagaimana dimaksud pada pasal 42, bidan yang melakukan pelanggaran yang diatur dalam keputusan ini dapat dikenakan teguran lisan, tertulis sampai pencabutan ijin
b) Pengambilan keputusan ijin sesuai dengan ketentuan perundagan yang berlaku
2) Undang-undang RI nomor 23 tahun 1992 tetang kesehatan menyebutkan beberapa hal berikut pasal 55 dan 80
Pasal 55
a) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga kesehatan
b) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 80 :
Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat 1 dan 2 dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 500. 00. 000 (Lima ratus juta rupiah).


BAB III
PEMBAHASAN

A. Teori dalam kebidanan yang digunakan
Berdasarkan dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis dalam kegiatan sosialisasi praktik yang dilaksananakan pada tanggal 16 februari sampai dengan 28 februari 2009 di Puskesmas Pemurus Baru.
Puskesmas Pemurus Baru berada di kelurahan Pemurus Baru, diwilayan Banjarmasin selatan. Di puskesmas Pemurus Baru mempunyai beberapa program yaitu Keluarga Berencana (KB)/Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Promosi Kesehatan, Kesehatan Lingkungan, Gizi, Pengobatan dan Pemberantasan Penyakit Menular. Yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter 2 orang, bidan 6 orang dan perawat 4 orang. Dan terbagi dalam dua wilayah kerja yaitu pemurus baru dan murung raya. Dengan penatalaksanaan kegiatan diantaranya puskesmas pembantu, posyandu, polindes, poskesdes, posling dan desa siaga.
Dari hasil pengamatan selama 2 minggu penulis menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pelayanan kebidanan di Puskesmas Pemurus Baru lebih dominan kepada teori Reva Rubin. Karena bidan di Puskesmas Pemurus Baru memberikan asuhan kepada ibu hamil, dimana ibu terbebut belum secara jelas dapat mencapai perannya dan menjadi seorang ibu. Dalam perannya lebih mengarah pada pencapaiaan peran ibu . Dalam hal ini bidan membantu ibu hamil memberikan asuhan berupa nasehat, saran dan pengetahuan yang cukup agar ibu tersebut benar-benar siap mencapai perannya sebagai seorang ibu.
Dari hasil tinjauan penulis pada ibu pada saat hamil banyak mengalami perubahan baik psikososial. Dan khususnya seorang wanita membutuhkan proses belajar melalui serangkaiaan aktivitasnya dan latihan-latihan menjadi seorang ibu.
Belajar dari pengalaman orang lain yang pernah melahirkan dan yang mempunyai anak, bagaimana cara mereka mengasuh anak dan menjadi ibu yang pintar dalam memilih asupan nutrisi untuk anak dan juga latihan menjadi seorang ibu misalnya pertama berinteraksi dengan anak lain dengan begitu timbul pemahaman dan ibu akan mulai mencoba selanjutnya ibu akan tahu apakah ia telah mampu menjadi ibu.

B. Peran dan fungsi bidan
1. Peran sebagai pelaksana
a. Tugas mandiri
Dari hasil observasi yang selama ini yang penulis lakukan di puskesmas Pemurus Baru, maka penulis melihat bahwa bidan telah melakukan tugas pelayanan mandiri, walaupun dalam pelaksanaannya masih ada yang berbeda dengan teori. Ada pula bidan yang melaksanakan tugas mandirinya memberikan pelayanan kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, BBL, Balita, anak remaja, Pus, dan Wus serta lansia.
Pada dasarnya dalam setiap askeb, bidan di Puskesmas Pemurus Baru selalu melakukan:
1) Mengkaji status kesehatan untuk memenuhi kebutuhan asuhan klien dengan cara anamnesa
2) Menentukan diagnose dari kajian-kajian yang didapat melalui anamnesa yang telah dilakukan
3) Menyusun rencana tindakan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh pasien
4) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana asuhan yang telah disusun
5) Mengevaluasi tindakan yang telah diberikan dengan menanyakan kembali keadaan pasien ketika pasien kembali untuk berobat
6) Membuat rencana tindak lanjut kegiatan atau tindakan, yaitu dengan menyuruh pasien untuk kembali jika sakit yang dideritanya tidak sembuh
7) Membuat catatan dan laporan
Bidan di Puskesmas Pemurus Baru selalu mendokumentasikan data serta kunjungan pasien pada buku yang berbeda pada setiap asuhan.

b. Tugas Kolaborasi
Dalam melaksanakan tugas kolaborasi, bidan di Puskesmas Pemurus Baru melakukan kerjasama dengan tenaga ahli yang berbeda bidang keahliannya seperti bagian laboratorium, gizi, dan dokter. Jika ada pasien yang ingin memeriksa kehamilan maka pasien tersebut lebih dahulu diminta untuk periksa urin kebagian laboratorium dan jika hasilnya (+) maka tenaga kesehatan yang akan memberikan asuhan kepada ibu hamil tersebut. Demikian pula jika bidan menemukan kasus bayi atau balita yang mengalami gizi buruk maka bidan akan bekerja sama dengan bagian gizi untuk memberikan asuhan dan menangani kasus tersebut.

c. Tugas Rujukan
Dalam melaksanakan tugas rujukan, tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Pemurus Baru biasanya memberikan pilihan kepada pasien untuk dirujuk kerumah sakit mana, sesuai dengan keinginan pasien, dan bidan-bidan tersebut telah melakukan tugasnya dengan baik. Bahkan mereka mempunyai buku register rujukan (dokumentasi) sendiri untuk masing-masing asuhan kebidanan.

2. Peran Sebagai Pengelola
Dalam melaksanakan perannya sebagai pengelola bidan-bidan di Puskesmas Pemurus Baru melaksanakan beberapa kegiatan yaitu :
a. Mengelola kegiatan-kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat khususnya ibu dan anak, KB,posyandu,poskesdes dan lansia.
b. Mengkoordinir, mengawasi dan membimbimbing kader atau petugas kesehatan lain dalam melaksanakan program atau kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta KB di poskesdes dan puskesmas,
c. Mengembangkan strategi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya kesehatan ibu dan anak,KB serta lansia termasuk pemanfaatan sumber-sumber yang ada pada program dan sektor terkait.
d. Mendokumentasikan seluruh kegiatan yang telah dilaksanakan.

3. Peran Sebagai Pendidik
Bidan di Puskesmas Pemurus Baru telah melaksanakan perannya sebagai pendidik. Sebagai pendidik tenaga kesehatan di Puskesmas Pemurus Baru melakukan perannya yaitu :
a. Memberikan pendidikan dan penyuluhan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang penanggulangan kesehatan khususnya yang berhubungan dengan pihak terkait kesehatan ibu, anak dan kelurga.
b. Melatih dan membina kader termasuk mahasiswa dan perawat serta dukun-dukun yang ada dii wilayah tersebut.
c. Motorship dan preceptorship bagi calon tenaga kesehatan dan bidan baru.

4. Peran Sebagai Peneliti
Dari hasil wawancara penulis yang melakukan kegiatan sosialisasi praktik di Puskesmas Pemurus Baru belum melaksanakan perannya sebagai peneliti, karena bidan belum pernah melakukan penelitian ilmiah baik sendiri maupun bersama tenaga kesehatan yang lain.

C. Profesionalisme Bidan
Bidan di Puskesmas Pemurus Baru dalam profesionalismenya terlihat bagus. Tujuannya agar dapat memberikan pelayanan kebidanan dengan mutu yang lebih bagus dan memberikan pendidikan pada kader dan mahasiswa. Itu semua menjadi tanggung jawab secara profesional dalam menjalankan tugasnya di Puskesmas serta memiliki alat yang dinamakan standar pelayanan kebidanan.
Bidan juga diharapkan memiliki kode etik & etika kebidanan berupa norma-norma yang harus dipatuhi oleh setiap anggota profesi, didalam melaksanakan tugas profesinya sebagai tenaga kesehatan. Bidan di Puskesmas Pemurus Baru sangat menjunjung tinggi kode etik dan etika kebidanan. Hal ini bertujuan untuk menjunjung tinggi martabat serta citra profesi dalam menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota serta untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi dan untuk meningkatkan profesi kebidanan.

D. Pelayanan mandiri, kolaborasi dan rujukan
1. Menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan yang diberikan oleh Puskesmas Pemurus Baru.

2. Pelayanan kebidanan yang diberikan seperti :
a. Pelayanan Mandiri
Pelayanan mandiri di Puskesmas Pemurus Baru seperti pelayanan yang benar-benar menjadi tanggung jawab bidan itu sendiri. pelayan mandiri meliputi :
1) Anak remaja,wanita pranikah
2) Kehamilan normal
3) Persaalinan
4) Bayi baru lahir
5) Masa nifas
6) Wanita subur
7) Masa klimakterium
8) Bayi dan balita

b. Pelayanan Kolaborasi
Pelayanan kolaborasi di Puskesmas Pemurus Baru adalah pelayanan yang dilakukan oleh bidan dengan tenaga ahli yang bidang keahliannya berbeda. Misalnya :
1) Wanita hamil dengan resiko tinggi
2) Ibu bersalin dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama kegawatdaruratan
3) Ibu nifas dengan resiko tinggi dan pertolongan pertama
kegawatdaruratan
4) BBL dengan resiko tinggi
5) Balita yang tidak normal
6) Wanita dengan gangguan reproduksi

c. Pelayanan Rujukan
Pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di Puskesmas Pemurus Baru dalam rangka pelimpahan penanganan pasien kesistem pelayanan yang lebih tinggi atau pelimpahan tanggung jawab kepada tenaga kesehatan lain. Misalnya :
1) Asuhan kebidanan melalui konsultasi dengan rujukan pada ibu hamil dengan penyulit
2) Persalinan dengan penyulit
3) Masa nifas dengan penyulit
4) BBL dan balita dengan kelainan

E. Pemasaran Sosial Jasa Asuhan
Di Puskesmas Pemurus Baru para bidan yang ada disana telah mempunyai BPS sendiri. Jumlah dokter di Puskesmas Pemurus Baru sebanyak 2 orang, bidan semuanya berjumlah 6 orang dan perawat semuanya sebanyak 4 orang. Jumlah BPS semua ada 15 ada yang masih aktif ada pula yang tidak aktif. Selain memberikan pelayanan di Puskesmas bidan di Pemurus Baru juga memberikan pelayanan dirumah Baik itu ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu menyusui, bayi, anak, masa klimakterium dan juga gangguan reproduksi.
Para bidan di Puskesmas Pemurus Baru yanng melakukan praktek swasta memasang tarif tetapi setiap bidan berbeda-beda dalam memberikan tarif pelayanannya dan juga mereka melihat keadaan ekonomi dari pasien bahkan mereka membebaskan pasien yang tidak sanggup membayar administrasinya. Mereka juga bersikap ramah kepada setiap pasien yang datang ke BPS dan Puskesmas Pemurus Baru sehingga pasien tertarik datang kembali untuk berkonsultasi.

F. Penghargaan Dan Sanksi Terhadap Bidan
1. Penghargaan yang pernah didapat oleh para dokter, bidan, perawat, dan kader lainnya di Puskesmas Pemurus Baru berupa penghargaan :
a. Juara III
Tenaga keperawatan
Dipuskesmas
Tingkat kota Banjarmasin 2008
b. Juara II
Tenaga medis teladan
Dipuskesmas
Tingkat kota Banjarmasin 2008
c. Juara III
Penilaian kinerja bp. gigi
Tingkat kota Banjarmasin 2007
d. Juara II
Penilaiaan kinerja puskesmas
Tingkat kota Banjarmasin 2007
e. Juara III
Pusk. Pemurus Baru
Puskesmas berprestasi
Tingkat kota Banjarmasin 2006
f. Juara II
Puskesmas berprestasi
Tingkat kota Banjarmasin 2008
g. Juara II
Lomba kinerja TPT
Tingkat kota Banjarmasin 2008
h. Juara III
Lomba UKS
Tingkat TK
Sekota Banjarmasin 2006
Pemko Banjarmasin
2. Sanksi bagi para bidan,perawat dan kader lain
Penulis tinjau dari percakapan dan wawancara kepada beberapa bidan setempat di Puskesmas Pemurus Baru tidak ada yang pernah mendapatkan surat teguran dan surat lain yang menyangkut kesalahan tindakan bidan atau kader lain yang berada dipuskesmas tersebut.


BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil sosialisasi praktik yang penulis lakukan di Puskesmas pemurus baru dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1) Bidan dan tenaga kesehatan di Puskesmas dalam memberikan asuhan kebidanan lebih menekankan pada teori konseptual kebidanan yaitu teori Reva Rubin karena dilihat dari penerapannya bidan lebih menekankan dalam pencapaiaan peran ibu
2) Dalam melakukan peran dan fungsinya bidan serta tenaga kesehatan lainnya mampu malakukan peran dan fungsi sebagai pelaksana, pengelola, dan pendidik dengan baik tetapi tidak sebagai peneliti
3) Bidan dan tenaga kesehatan sudah melaksanakan tugasnya sebagai profesi yang mempunyai sistem pelayanan, kode etik dan etika kebidanan dalam melaksanakan pekerjaan yang merupakan tanggung jawabnya secara profesional
4) Dalam memberikan pelayanan seluruh tenaga kesehatan memberikan pelayanan yang baik dan sesuai dengan kasus dan kondisi yang dihadapi pasien misalnya normal, resiko tinggi, dan berbagai penyulit lainya.
5) Dalam pemasaran sosial jasa asuhan seluruh tenaga kesehatan di Puskesmas Pemurus Baru mampu memasarkan sosial jasa dalam asuhan kebidanan secara baik dan konsumenpun merasa puas dengan sosial jasa yang didapat
6) Tenaga Kesehatan di Puskesmas Pemurus Baru banyak mendapatkan penghargaan tetapi tidak perrnah mendapat sanksi

B. SARAN
1) Hendaknya seorang tenaga kerja kesehatan khususnya bidan lebih meningkatkan lagi pelayanannya kepada masyarakat
2) Hendaknya dalam setiap kegiatan yang dilakukan tenaga kesehatan di Puskesmas jangan lupa membuat dekumentasi
3) Sebaiknya seluruh tenaga kesehatan terutama bidan selalu memperhatikan inform choice dan inform concent atas setiap tindakan yang ingin dilakukannya pada tindakan yang beresiko tinggi
4) Hendaknya seorang tenaga kesehatan khususnya bidan lebih memperhatikan keadaan psikologis kliennya.
Dalam melakukan praktik dan memberika pelayanan kebidanan sarana dan prasarana harus lengkap agar memudahkan tindakan dan pelayanan yang memuaskan dan jangan sampai pasien lama menunggu lama bidan atau tenaga kesehatan lain dipuskesmas sewaktu berobat,utamakan pasien.


DAFTAR PUSTAKA

Singarimbun masri,1987,Metode penelitian survai : Yogyakarta
IBI,2006,50 Tahun IBI : Jakarta
Manuaba Ida bagus gde, 2000,Ilmu kebidanan : Jakarta
Farrer helen,2000,Perawatan maternitas : Jakarta
Hidayat ajiz alimu,2002,Praktek kkebidanan : Jakarta
1982 SK menkes no. 99 A/menkes RI tahun 1992 tentang SKN menkes:Jakarta
1985 UU no. 8 tahun 1985 ketentuan bagi organisasi kemasyarakatan Jakarta
1992 UU no. 23 tahun 1992 tentang kesehatan menkes:Jakarta
2002 Kepmenkes no. 900/2002 register dan praktik bidan menkes:Jakarta
2002 AD/ART IBI. IBI:Jakarta
PIT PPOGI:bandung
Varney. varney’s midwifery
Pusdiknakes. WHO. JHPIEGO,2004. Konsep kebidanan panduan pengajaran asuhan
2005 kumpulan petunjuk pelaksanaan kegiatan organisaasi ikatan bidan indonesia IBI jakarta
2005 Seminar ilmiah midwifery manjement

POST OPERASI SC HARI PERTAMA DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
POST OPERASI SC HARI PERTAMA
DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka kematian Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Terutama untuk ibu hamil yang tinggal di desa-desa, selain karena pengetahuan ibu hamil yang kurang dan tidak begitu mengerti tentang kesehatan, juga karena perawatan dalam persalinan masih di tangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 - 15 % penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan protein urine harus benar – benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga medis. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).


B. Rumusan Masalah
Karena banyaknya masalah Preeklampsia yang terjadi di masyarakat, maka rumusan masalah pada laporan ini membahas mengenai Preeklampsia berat.
Ada beberapa permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian Preeklampsia ?
2. Apa penyebab dari Preeklampsia ?
3. Seperti apa Patofisiologinya ?
4. Seperti apa Manifestasi Kliniknya ?
5. Apakah terdapat Komplikasi ?
6. Seperti apa Penatalaksanaan Medisnya ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kami mengangkat makalah tentang asuhan kebidanan pada masa nifas dengan Preeklamsi Berat (PEB) adalah untuk menambah pengetahuan mengenai pelayanan atau asuhan yang diberikan pada masa nifas dengan keadaan tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Preeklampsia berat
b. Mengetahui bahaya Preeklampsia berat bagi ibu
c. Mengetahui bahaya preeklamspi berat bagi janin
d. Mengetahui kapan gejela dan tanda Preeklampsia berat itu terjadi pada wanita hamil
e. Mengetahui tanda-tanda dan gejala bahaya Preeklampsia berat
f. Mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi Preeklampsia berat.

D. Manfaat
Penulisan laporan ini dapat diharapkan dapat memberikan manfaat pada petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan informasi-informasi mengenai preeklamsi berat.
Adapun manfaat itu antara lain :
1. Mengetahui gejala – gejala atau tanda – tanda dari Preeklampsia Berat
2. Mengetahui bahaya dari Preeklampsia Berat
3. Mengetahui sebab – sebab umum dari Preeklampsia Berat
4. Segera memeriksakan diri ke petugas medik.
5. Preeklamspi Berat segera mendapat penanganan sesuai dengan
keadaan ibu nifas tersebut.
6. Tenaga medik mendapatkan pengetahuan tentang pengelolaan Preeklampsia yang benar.
7. Tenaga medik dapat memberikan pelayanan dalam mengatasi Preeklampsia
dengan benar.
8. Untuk memenuhi laporan seminar.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema, dan protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante, intra dan post partum. Dari gejala-gejala klinik, Preeklampsia dapat dibagi menjadi Preeklampsia Ringan, Preeklampsia Sedang dan Preeklampsia Berat.

B. Etiologi/penyebab
Banyak pendapat para Sarjana tentang etiologi terjadinya Preeklampsia. Salah satunya adalah hepotisa bahwa terjadinya Preeklampsia adalah diawali oleh faktor plasenta, oleh karena perfusi yang tidak sempurna, atau diawali oleh faktor maternal, karena adanya predisposisi ibu terhadap adanya penyakit arteri, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk problem jangka panjang seperti atherosklerosis atau hipertensi kronis. Dari kedua faktor tersebut mengalami konfergensi pada proses aktivasi endothel dan sel granulosit/monosit dengan hasil akhir berupa peningkatan respon inflamasi sistemik dalam wujud Preeklampsia.
Adapun faktor maternal yang menjadi predisposisi terjadinya Preeklampsia
1. Usia ekstrim (< 16 th dan > 35 th) : resiko terjadinya Preeklampsia meningkat seiring dengan peningkatan usia (peningkatan resiko 1,3 per 5 tahun peningkatan usia) dan dengan interval antar kehamilan (1,5 per 5 tahun interval antara kehamilan pertama dan kedua). Resiko terjadinya Preeklampsia pada wanita usia belasan terutama adalah karena lebih singkatnya lama paparan sperma. Sedang pada wanita usia lanjut terutama karena makin tua usia endothel makin berkurang kemampuannya dalam mengatasi terjadinya respon inflamasi sistemik dan stress regangan hemodinamik.
2. Riwayat Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya: riwayat Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya memberikan resiko sebesar 13,1 % untuk terjadinya Preeklampsia pada kehamilan kedua dengan partner yang sama.
3. Riwayat keluarga yang mengalami Preeklampsia: eklampsia dan Preeklampsia memiliki kecenderungan untuk diturunkan secara familial. Hasil studi di Norwegia menunjukkan bahwa mereka yang saudara kandungnya pernah alami Preeklampsia, estimasi OR (odds ratio) adalah sebesar 2,2. Sedangkan bagi mereka yang satu ibu lain ayah OR-nya sebesar 1,6. Bagi mereka yang satu ayah lain ibu OR-nya adalah 1,8. Sementara itu hasil studi lain menunjukkan bahwa riwayat keluarga dengan Preeklampsia menunjukkan resiko tiga kali lipat untuk mengalami Preeklampsia. Contoh dari gen-gen yang diturunkan yang berkaitan dengan Preeklampsia adalah: gen angiotensinogen, gen eNOS (endothelial NO synthase), gen yang berkaitan dengan TNFα, gen yang terlibat dalam proses koagulasi seperti factor V Leiden, MTHFR (methylenetetrahydrofolate reductase) dan prothrombin.
4. Paparan sperma, primipaternitas: paparan semen sperma merangsang timbulnya suatu kaskade kejadian seluler dan molekuler yang menyerupai respon inflamasi klasik. Ini yang kemudian merangsang produksi GM-CSF sebesar 20 kali lipat. Sitokin ini selanjutnya memobilisasi lekukosit endometrial. Faktor seminal yang berperan adalah TGF-β1 dalam bentuk inaktif. Selanjutnya plasmin dari semen sperma dan faktor uterus mengubahya menjadi bentuk aktif. Sitokin TGF-β1 akan merangsang peningkatan produksi GM-CSF (granulocyte macrophage-colony stimulating factor) . Bersamaan dengan itu sperma yang diejakulasikan juga mengandung antigen-antigen yang turut berperan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup zigot.

5. Penyakit yang mendasari
a. Hipertensi kronis dan penyakit ginjal
b. Obesitas, resistensi insulin dan diabetes
c. Gangguan thrombofilik
d. Faktor eksogen
i. Merokok, mnurunkan resiko PE
ii. Stress, tekanan psikososial yang berhubungan dengan pekerjaan, latihan fisik
iii. Infeksi saluran kemih

C. Patofisiologi

Perubahan pokok yang terjadi pada Preeklampsia adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Dengan biopsy ginjal, Altchek dkk. (1968) menemukan spasmus yaang hebat pada arteriola glomerulus. Bila dianggap bahwa spasmus arteriola juga ditemukan di seluruh tubuh maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi. Kenaikan berat badan dan odema yang disebabkan prnimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang intersititas belum diketahui sebabnya.
Telah diketahui bahwa pada Preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi daripada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada Preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.

D. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala
Preeklampsia diketahui dengan timbulnya hipertensi, protein urine dan odema pada seorang primigravida yang tadinya normal.
Diagnosa Preeklampsia ringan berdasarkan tanda-tanda:
1. Tekanan sitolik 140 mmHg atau lebih atau kenaikan 30 mmHg diatas tekanan yang biasa.
2. Protein urine kuantitatif yaitu protein lebih dari 0,3 gr/ltr dalam urine 24 jam atau lebih dari 1 gr/ltr pada urine sewaktu protein urine ini harus ada pada 2 hari berturut-turut atau lebih.
3. Odema umum, seperti kaki, jari tangan dan muka.

E. Komplikasi

Komplikasi tergantung dari berat ringannya Preeklampsia atau eklamsia. Yang paling sering di temukan adalah oligouria yang bertanggung jawab atas berbagai komplikasi lainnya. Karena ini biasanya perlu di pasang kateter menetap (Foley kateter). Penyebab utama kematian pada Preeklampsia/eklampsia adalah penimbunan cairan di paru-paru akibat kegagalan jantung kiri. Sebab lainnya adalah pendarahan otak, terganggunya fungsi ginjal, dan masuknya isi lambung ke dalam saluran pernafasan. Pada pre dan eklamsia berat, perlu di rawat di rumah sakit. Biasanya akan di pikirkan untuk mengakhiri kehamilan karena harapan hidup janin tak besar dan gejala hilang segera setelah janin di angkat. Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut dan kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan, janin terhambat dan prematuritas.
Yang termasuk komplikasi khusus antara lain sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count), sirosis ( kerusakan hati dan penurunan enzim hati), gangguan pernapasan pembuluh darah karena penurunan trombosit, gagal jantung, gagal ginjal (gangguan nefrotik). Sedangkan yang termasuk komplikasiumum adalah eklampsia, gagal jantung, dan odema.

F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penanganan Preeklampsia ialah :
1. Mencegah terjadinya kejang
2. Mencegah terjadinya perdarahan intra kranial
3. Mencegah terjadinya gangguan fungsi organ vital
4. Melahirkan bayi sehat atau janin hidup
5. Melahirkan janin dengan trauma dengan sekecil-kecilnya
Pada dasarnya penanganan Preeklampsia ringan terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan. Akan tetapi sudah cukup matur untuk bayi hidup di luar uterus. Waktu optimal tidak selalu dapat di capai pada penanganan Preeklampsia, terutama bila janin masih sangat premature. Dalam hal ini di usahakan dengan tindakan medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
Penanganan Preeklampsia dapat dilakukan dengan cara :
a. Dirawat di rumah sakit (rawat inap)
1. Banyak istirahat (berbaring/tidur miring) yakni 2 jam pada siang hari dan lebih dari 8 jam pada malam hari.
2. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
3. Kalau tidak bisa istirahat berikan sedative ringan yaitu tablet phenobabital 3x2 mg per oral atau tablet diazepam 3x2 mg per oral selama 7 hari.
4. Roborantia
5. Kunjungan ulang setiap 1 minggu.

Disamping itu lakukan juga pemeriksaan penunjang, seperti : Urine lengkap, Hb, hematokrit, asam urat, darah, trombosit, fungsi hati, dan fungsi ginjal.

b. Perawatan obstetric ( terutama sikap terhadap kehamilan)
1. Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila desakan darah mencapai normotensif, selama perawatan, persalinannya di tunggu sampai aterm.
2. Pada kehamilan aterm ( >37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau di pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada “Taksiran Tanggal Persalinan”.
3. Bila pasien sudah inpartu, perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman atau partograf WHO
4. Cara persalinan, persalinan dapat di lakukan secara spontan, bila perlu memperpendek skala II.


BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM
HARI PERTAMA DENGAN PEB
DI RUANG NIFAS RSUD RATU ZALEHA

Tempat Pengkajian : RSUD RATU ZALEHA MARTAPURA
Tanggal Pengkajian : Jum’at, 26 februari 2010

A. SUBJECTIVE DATA
1. Identitas
Istri
Nama : Ny. Risnayanti
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : JL. Anin sahibah barangan

Suami
Nama : Tn. Satri
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : JL. Anin sahibah barangan
2. Keluhan utama :
Ibu mengataka post operasi section caesaria dengan mengeluh nyeri perut bagian bawah.

3. Riwayat perkawinan :
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 15 tahun, dengan suami sekarang sudah 11 tahun.

4. Riwayat obstetri P1 A0
Nno thn Kehamilan Persalinan Bayi
UK pnylt UK cara Tmpt /penolong pnylt BB PB seks keadaan lahir pnylt nifas ket
11 11998 aterm tidak ada aterm sspontan BPS/ Bdn tidak ada 33400 551 Pp mnngis tidak ada -
22 22010 aterm tidak ada aterm sSC RSUD RATU ZALEHA/dr tidak ada 33000 551 L mnngis
5. Riwayat persalinan sekarang
a. umur kehamilan saat melahirkan : Aterm ( 35-36 minggu )
b. Tanggal / jam melahirkan : Kamis, 25 februari 2010 / 11.25
c. Tempat melahirkan / penolong : RSUD RATU ZALEHA / DOKTER
d. Lama proses persalinan
- Kala I : tidak ada
- Kala II : tidak ada
- Kala III : tidak ada
- Kala IV : 2 jam
e. Jenis persalinan : Section Cesaria
f. Penyulit saat persalinan : PEB
g. Tindakan saat persalinan
- Pelebaran jalan lahir :
- Penjahitan luka jalan lahir :
- Keadaan bayi yang dilahirkan : segera menangis dengan BB=2800gr, PB=50cm dan jenis kelamin perempuan.

6. Riwayat keluarga berencan
a. Jenis : Pil
b. Lama : 11 tahun
c. Masalah : tidak ada

7. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu
ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, AIDS, dll. Serta tidak pernah menderita penyakit menurun seperti penyakit jantung asma, DM, dll.
b. Riwayat kesehatan keluarga
ibu mengatakan keluarga dari npihak ibu dan suami tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, AIDS, dll. Serta tidak pernah menderita penyakit menurun seperti penyakit jantung asma, DM, dll

8. pola kebutuhan sehari hari
a. Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi : Nasi,sayur, lauk pauk, sayur, buah
Frekuensi : 2 x sehari
Porsi makan : 1 piring
Pantangan : Tidak ada

b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : Belum ada
Konsistensi : -
Warna : -
Masalah : -
BAK
Frekuensi : Lewat DC sekitar 1000 cc / hari
Bau : Khas
Warna : Kuning pekat
Masalah : Tidak ada

c. Personal hygine
Frekuensi mandi : Belum ada
Frekuensi gosok gigi : Belum ada
Frekuensi ganti pakaian / jenis : Belum ada

d. Aktifitas
Ibu melakukan aktifitas seperti rebahan, miring kiri, miring kanan, dan menyusui bayinya.

e. Tidur dan istirahat
Siang hari : sekitar 1 jam
Malam hari : sekitar 7 jam
Masalah : tidak ada

f. Pola seksual : Ibu dan suami berencana melakukan hubungan seksual setelah 40 hari melahirkan.

g. Pemberian ASI
Kapan mulai pemberian ASI : 1 jam setelah melahirkan
Frekuensi menyusui : Sesering mungkin
Masalah : Tidak ada

9. Data psikososial dan spiritual
a. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya : Sangat senang
b. Tanggapan ibu terhadap perubahan fisiknya : Ibu menerima segala perubahan yang terjadi pada dirinya.
c. Tanggapan ibu terhadap peristiwa persalinan : Proses persalinan bukanlah hal yang mudah
d. Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi : Dari orang tua dan bidan.
e. Hubungan social ibu dengan mertua, orang tua, dan keluarga : Baik
f. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
g. Orang yang membantu ibu merawat bayi : orang tua

B. Objective Data

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Samnolent
Berat badan : 79 kg
Tanda vital : TD = 240/140 mmHg, R = 26x/menit,
N =80 x/menit ,T = 38,2 0C

2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, rambut tidak tampak rontok, warna rambut hitam, pertumbuhan rambut merata.
Muka : muka tampak oedem dan pucat
Mata : Konjungtiva tidak tampak anemis dan sclera tidak ikterik
Telinga : Simetris, tidak tampak pengeluaran serumen dan cairan.
Hidung : Bersih, tidak tampak polip, pergerakan cuping dan pengeluaran cairan
Mulut : Bibir tidak tampak pucat dan sariawan, tidak tampak pembengkakan
gusi, lidah bersih, gigi tidak caries dan berlubang.
Leher : Tidak tampak pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
Dada : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi
Mamae : Simetris, puting menonjol, dan tampak hiperpigmentasi areola,
Abdomen : Tampak luka bekas op dan terdapat linea nigra
Tungkai : Tampak oedem, tidak tampak varises, pada tungkai kiri dan kanan tanda
human sign (-) / (-)
Genetalia : tidak tampak oedem vulva dan jahitan perineum, serta terdapat pengeluaran lochea rubra.
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba adnya pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
Mamae : tidak teraba adanya massa, tidak ada nyeri tekan, colostrum sudah keluar.
Abdomen : kontraksi baik
Tungkai : teraba oedem pada tungkai kiri dan kanan

3. Pemeriksaan penunjang
HB : 11,5 gr %
Hematokrit : 35 %
Trombosit : 274.000 /mm2

C. ASSESMENT
1. Diagnosa kebidaan : P2 A0 Post partum section cesaria hari ke-1 dengan PEB
2. Masalah : Nyeri abdoment dan pusing
3. Kebutuhan : Konseling

D. PLANNING

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, yaitu TD = 240/140 mmHg, R = 26 x/menit, N =80 x/menit ,T = 38,2 0C
“Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”

2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi seperti miring kiri, kanan, duduk secara perlahan
dengan bantuan keluarga.
“ibu bersedia untuk mencoba miring kiri, kanan, dan duduk.“

3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, seperti sayuran hijau, telur, daging, ikan, dll supaya luka bekas operasi lekas sembuh.
“ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.“

4. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri perut yang ibu alami adalah hal yang normal
karena itu merupakan proses pengembalian rahim ke ukuran semula.
“Ibu mengetahui penyebab nyeri perut yang dialaminya.”
5. Menganjurka ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x sehari, gosok gigi minimal 3x sehari. membersihkan daerah genetalia yaitu dari depan ke belakang, lalu membersihkan daerah sekitar anus. Dan menganjurkan ibu ntuk membrsihkannya setiap kali selesai buang air kecil atau besar. Serta menganti pembalut minimal 2x sehari.
“ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan diri.”

6. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK ketika ada dorongan untuk BAB atau BAK karena kandung kencing yang penuh dapat mempengaruhi kontraksi rahim.
“ibu bersedia untuk tidak menahan BAB dan BAK nya.”

7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, yang tidak berlebihan. Serta tidak mengerjakan pekerjaan yang berat hingga jahitan kering.dan ibu dapat istirahat ketika bayi tidur.
“ibu bersedia istirahat yang cukup.”

8. Menjelalaskan tentang perawatan bayi baru lahir, seperti:
a. Perawatan tali pusat
b. Memandikan bayi
c. Mengganti popok
d. Memberi ASI
“ibu mengerti tentang perawatan bayi .”

9. Memberitahu tanda-tanda infeksi nifas seperti perdarahan yang banyak, pengeluaran lokhia yang berbau, demam hebat, serta kejang. Memberitahu tanda-tanda bahaya, seperti panas tinggi, nyeri pada pinggang, muntah-muntah, payudara membengkak manjadi keras dan tegang. Apabila terjadi hal tersebut di atas, ibu bisa langsung memberitahu dan mengkonsultasikannya kepada petugas kesehatan terdekat.
”ibu mengerti tentang tanda – tanda infeksi”

10. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa dijadwalkan, karena dengan seringnya menyusui akan memacu hormon prolaktin yang akan memperlancar produksi ASI.
“ibu berjanji akan menyusui bayinya sesering mungkin”
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Pengkajian : 26 Februari 2010
Jam Pengajian : 12.00- 14 00

S : pasien mengatakan masih pusing, belum dapat menggerakan kedua kaki.

0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 100 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 200/120 N=84x/menit R=20x/menit S=37,5°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- memberikan injeksi dan oral :
~Cefotaxim 1 gr 3 x 1 amp IV
~ Alinamin F 3 x 1 amp IV
~ Tramadol 3 x 1 amp IV
~ Kalnex 3 x 1 hari IV
~ Ranitidin 1 x pemberian IV
~ Tomit 1 amp 1x pemberian IV
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamet 3 x 10 ml (oral)

Tanggal Pengkajian : 27 Februari 2010
Jam Pengajian : 08.00- 20.00

S : pasien mengatakan masih pusing, belum dapat menggerakan kedua kaki, nyeri
perut

0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 150 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 230/160 N=88x/menit R=24x/menit S=38,4°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- Menganjurkan mobilisasi
- memberikan oral :
~ ceproflaksasin 2 x 500 ml (oral)
~ vit C (oral)
~ Asam mafenamat (oral)
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamet 3 x 10 ml (oral)

Tanggal Pengkajian : 28 Februari 2010
Jam Pengajian : 08.00- 20.00

S : pasien mengatakan pusing sudah berkurang, dapat menggerakan kedua
Kaki, sudah bisa miring kiri –kanan dan masih nyeri perut bekas luka operasi.


0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 100 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 160/120 N=80x/menit R=24x/menit S=35,3°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- Menganjurkan mobilisasi
- memberikan injeksi dan oral :
~ ceproflaksasin 2 x 500 ml (oral)
~ vit C / B-com (oral)
~ Asam mafenamat (oral)
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamethason 3 x 10 ml

Tanggal Pengkajian : 01 Maret 2010
Jam Pengajian : 08.00- 20.00

S : pasien mengatakan pusing sudah berkurang, dapat menggerakan kedua
Kaki, bisa duduk, dan berjalan dan nyeri perut bekas luka operasi
berkurang

0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 100 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 160/120 N=80x/menit R=24x/menit S=35,3°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- memberikan injeksi dan oral :
~ ceproflaksasin 2 x 500 ml (oral)
~ vit C / B-com (oral)
~ Asam mafenamat (oral)
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamethason 3 x 10 ml


Tanggal Pengkajian : 2 Maret 2010
Jam Pengajian : 08.00- 20.00

S : pasien mengatakan pusing sudah berkurang, dapat menggerakan kedua
Kaki, bisa duduk,berjalan dannyeri perut bekas luka operasi berkurang

0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 100 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 160/120 N=80x/menit R=24x/menit S=35,3°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- memberikan injeksi dan oral :
~ ceproflaksasin 2 x 500 ml (oral)
~ vit C / B-com (oral)
~ Asam mafenamat (oral)
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamethason 3 x 10 ml


BAB IV
PEMBAHASAN

Dari kasus yang ditemukan, diperoleh diagnosa Preeklampsia tingkat tinggi dimana pasien memiliki tekanan darah tinggi, tungkai tampak odema, merasa pusing dan terdapat protein urine.
Penegakkan diagnosis Preeklampsia berdasarkan peningkatan tekanan darah yang mencapai lebih dari 30 mmHg atau diastolik lebih dari 15 mmHg. Bila tekanan darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka disebut dengan Preeklampsia berat atau ditemukan gejala-gejala lain seperti protein urine positif 3 atau positif 4, oliguria, sakit kepala dan nyeri epigastrium.
Pada dasarnya penanganan Preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Pada penanganan Preeklampsia berat, istirahat ditempat tidur masih merupakan terapi utama. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga lebih banyak, tekanan vena pada ekstremitas bawah turun dan resorbsi cairan dari darah tersebut bertambah. Selain itu, juga mengurangi kebutuhan darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan odema berkurang.
Dalam kasus ini kasus Preeklampsia berat tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan protein urine bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini tidak dapat dengan persalinan normal pengakhiran kehamilan dapat dilakukan dengan cara operasi section cesaria.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema dan protein urine yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Penanganan bagi penderita Preeklampsia berat yaitu dapat dilakukan dengan istirahat ditempat tidur.
Preeklampsia berat apabila tidak ditangani dengan segera maka akan meningkat menjadi eklampsia yang dapat membahayakan ibu dan janin.

B. Saran
I. Bagi Petugas Kesehatan
Berikan asuhan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan penderita.

II. Bagi Pasien (Ibu nifas)
Lakukan pemeriksaan nifas secara rutin terutama tekanan darah, protein urin dan tanda-tanda bahaya nifas sehingga keluhan dan kebutuhan dapat diatasi dan bila timbul kelainan yang lebih berlanjut dapat segera terdeteksi.


DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro,Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2006 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

ADNEKSITIS

ADNEKSITIS


BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Aktivitas seksual merupakan kebutuhan biologis setiap manusia untuk mendapatkan keturunan. Namun, masalah seksual dalam kehidupan rumah tangga seringkali mengalami hambatan atau gangguan karena salah satu pihak (suami atau isteri) atau bahkan keduanya, mengalami gangguan seksual. Jika tidak segera diobati, masalah tersebut dapat saja menyebabkan terjadinya keretakan dalam rumah tangga. Oleh karena itu, alangkah baiknya apabila kita dapat mengenal organ reproduksi dengan baik sehingga kita dapat melakukan deteksi dini apabila terdapat gangguan pada organ reproduksi. Organ reproduksi pada wanita dibedakan menjadi dua, yaitu organ kelamin dalam dan organ kelamin luar. Organ kelamin luar memiliki dua fungsi, yaitu sebagai jalan masuk sperma ke dalam tubuh wanita dan sebagai pelindung organ kelamin dalam dari organisme penyebab infeksi. Saluran kelamin wanita memiliki lubang yang berhubungan dengan dunia luar, sehingga mikroorganisme penyebab penyakit bisa masuk dan menyebabkan infeksi kandungan salah satunya adalah radang yang terjadi akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus dan bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan-jaringan sekitarnya dan biasa disebut dengan adneksitis. Menurut (Winkjosastro,Hanifa.Hal.396,2007) prevalensi adneksitis di Indonesia sebesar 1 : 1000 wanita dan rata-rata terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual.Adneksitis bila tidak ditangani dengan baik akan menyebar keorgan lain disekitarnya seperti misalnya ruptur piosalping atau abses ovarium,dan terjadinya gejala-gejala ileus karena perlekatan, serta terjadinya appendisitis akuta dan salpingo ooforitis akuta. Maka dari itu sangat diperlukan peran tenaga kesehatan dalam membantu perawatan klien adneksitis dengan baik agar radangnya tidak menyebar ke organ lain dan para tenaga kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif.Salah satu tenaga kesehatan yang dapat memberikan asuhan secara komprehensif yaitu bidan melalui asuhan kebidanan yang sudah dimilikinya. Beberapa peran bidan diantaranya yaitu peran bidan sebagai pengelola dimana bidan memiliki beberapa tugas salah satunya tugas kolaborasi. Didalam kolaborasi ini bidan harus menerapkan manajemen kebidanan pada setiap asuhan kebidanan sesuai fungsi kolaborasi dengan melibatkan klien dan keluarga serta memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dan pertolongan pertama pada kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. (Soepardan,Suryani.Hal 38.2008). Oleh karena itu pada kesempatan kali ini kami akan membahas secara lebih dalam tentang adneksitis dan penatalaksanaannya dengan konsep asuhan kebidanan.

B.Rumusan Masalah
“Bagaimana penatalaksanaan klien adneksitis dengan konsep asuhan kebidanan secara komprehensif ?”

C.Tujuan
1.Tujuan umum
Tujuan umum dari kami mempelajari kasus ini adalah untuk mengaplikasikan konsep asuhan kebidanan secara komprehensif pada klien adneksitis.

2.Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian adneksitis.
b. Untuk mengetahui gejala dan tanda adneksitis.
c. Untuk mengetahui penyebab terjadinya adneksitis.
d. Untuk mengetahui patofisiologis dan penanganan adneksitis.
e. Untuk menerapkan asuhan kebidanan pada kasus adneksitis

D.Manfaat
Manfaat dari mempelajari kasus ini adalah :
1. Bagi mahasiswa
Mahasiswa dapat mempeerluas khasanah ilmu dan keterampilan klinik yang lebih luas terutama dalam melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan adneksitis.
2. Bagi klien dan keluarga
Dapat terpenuhi kebutuhan psikologis, sosial, spritual serta dapat meningkatkan tingkat status kesehatan dan dapat memberikan support bagi klien dan keluarga.
3. Bagi tenaga kesehatan
diharapkan agar dapat melakukan asuhan kebidanan dengan baik dan benar.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Adneksitis
Adneksitis atau Salpingo-ooforitis adalah radang pada tuba falopi dan radang ovarium yang terjadi secara bersamaan, biasa terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai uterus, atau akibat tindakan post kuretase maupun post pemasangan alat kontrasepsi (IUD) (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Adnexa atau salpingo-ooporitis terbagi atas :
1.Salpingo ooporitis akuta
Salpingo ooporitis akuta yang disebabkan oleh gonorroe sampai ke tuba dari uterus sampai ke mukosa. Pada gonoroe ada kecenderungan perlekatan fimbria pada ostium tuba abdominalis yang menyebabkan penutupan ostium itu. Nanah yang terkumpul dalam tuba menyebabkan terjadi piosalping. Pada salpingitis gonoroika ada kecenderungan bahwa gonokokus menghilang dalam waktu yang singkat, biasanya 10 hari sehingga pembiakan negative. Salpingitis akut banyak ditemukan pada infeksi puerperal atau pada abortus septic ada juga disebabkan oleh berbagai tierti kerokan. Infeksi dapat disebabkan oleh bermacam kuman seperti streptokokus ( aerobic dan anaaerobic ), stafilokokus, e. choli, clostridium wechii, dan lain-lain. Infeksi ini menjalar dari servik uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritoneum pelvic. Disini timbul salpingitis interstitial akuta ; mesosalping dan dinding tuba menebal dan menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa sering kali normal. Hal ini merupakan perbedaan yang nyata dengan salpingitis gonoroika, dimana radang terutama terdapat pada mukosa dengan sering terjadi penyumbatan lumen tuba.( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
2.Salpingo ooporitis kronika
Dapat dibedakan pembagian antara:
a. Hidrosalping
Pada hidrosalping terdapat penutupan ostium tuba abdominalis. Sebagian dari epitel mukosa tuba masih berfungsi dan mengeluarkan cairan akibat retensi cairan tersebut dalam tuba. Hidrosalping sering kali ditemukan bilateral, berbentuk seperti pipa tembakau dan dapat menjadi sebesar jeruk keprok. Hidrosalping dapat berupa hidrosalping simpleks dan hidrosalping follikularis. Pada hidrosalping simpleks terdapat satu ruangan berdinding tipis, sedang hidrosalping follikularis terbagi dalam ruangan kecil.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
b.Piosalping
Piosalping dalam stadium menahun merupakan kantong dengan dinding tebal yang berisi nanah. Pada piosalping biasanya terdapat perlekatan dengan jaringan disekitarnya. Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit di tengah - tengah jaringan otot. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
c.Salpingitis interstisialis kronika
Pada salpingitis interstialis kronika dinding tuba menebal dan tampak fibrosis dan dapat pula ditemukan pengumpulan nanah sedikit ditengah-tengah jaringan otot.Terdapat pula perlekatan dengan-dengan jaringan-jaringan disekitarnya, seperti ovarium, uterus, dan usus.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).

d.Kista tubo ovarial, abses tubo ovarial.
Pada kista tubo ovarial, hidrosalping bersatu dengan kista folikel ovarium, sedang pada abses tubo ovarial piosalping bersatu dengan abses ovarium.Abses ovarium yang jarang terdapat sendiri,dari stadium akut dapat memasuki stadium menahun.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
e.Salpingitis tuberkulosa
Salpingitis tuberkulosa merupakan bagian penting dari tuberkulosis genetalis.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 289,2007).
B.Etiologi (penyebab)
Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh :
1. Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah.
2. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.
(Djuanda Adhi, Prof. DR. Hamzah Mochtar, Dr. Aisah Siti,DR ; Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 1987, Hal. 103-106, 358-364).
Menurut (Djuanda Adhi,Hal 358-364,1987) Radang alat genetalia mungkin lebih sering terjadi di negara tropis, karena:
1. Hygiene belum sempurna.
2. Perawatan persalinan dan abortus belum memenuhi syarat-syarat.
3. Infeksi veneris belum terkendali.
Infeksi alat kandungan/genetalia dapat menurunkan fertilitas, mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu keadaan sex. Sebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa, Hal 287.2007). Ditemukan 1:1000 kasus operasi ginekologik abdominal,dapat dijumpai pada semua umur (dari 19-80 tahun),dengan rata-rata puncaknya pada usia 52 tahun dan terjadi pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual (Sarwono Winkjosastro, Hanifa. Hal 396. 2007).

C.Patofisiologi
1. Radang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan. Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan – jaringan sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa. Hal 287.2007).
2. Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa. Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa.Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 287.2007).
3. Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik. Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal. (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa Hal 287. 2007).


D.Tanda dan Gejala
1. Gambaran klinik salpingo ooforitis akuta ialah demam, leukositosis dan rasa nyeri disebelah kanan atau kiri uterus, penyakit tersebut tidak jarang dijumpai terdapat pada kedua adneksa, setelah lewat beberapa hari dijumpai pula tumor dengan batas yang tidak jelas dan nyeri tekan. Pada pemeriksaan air kencing biasanya menunjukkan sel-sel radang pada pielitis. Pada torsi adneksa timbul rasa nyeri mendadak dan apabila defence musculaire tidak terlalu keras, dapat diraba nyeri tekan dengan batas nyeri tekan yang nyata.(Sarwono. Winkjosastro, Hanifa. Hal 288.2007).
2. Gejala – gejala salpingo ooforitis kronika tidak selalu jelas, penyakit bisa didahului oleh gejala – gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah, akan tetapi bisa pula dari permulaan sudah subakut atau menahun. Penderita pada umumnya merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan penyakit pinggang. Haid pada umumnya lebih banyak dari biasanya dengan siklus yang sering kali tidak teratur, penderita sering mengeluh tentang dispareunia dan infertilitas dan dapat pula ditemukan dismenorea. ( Sarwono. Winkjosastro, Hanifa.Hal 289.2007).
E.Komplikasi
Pembedahan pada salpingo-ooforitis akuta perlu dilakukan apabila:
1. Jika terjadi ruptur atau abses ovarium.
2. Jika terjadi gejala-gejala ileus karena perlekatan.
3. Jika terjadi kesukaran untuk membedakan antara apendiksitis akuta dan adneksitis akuta.
Gejala; nyeri kencing, rasa tidak enak di bawah perut, demam, ada lendir/bercak keputihan di celana dalam yang terasa panas, infeksi yang mengenai organ-organ dalam panggul/ reproduksi. Penyebab infeksi lanjutan dari saluran kencing dan daerah vagina.(Sarwono.Winkjosatro, Hanifa. Hal 288.2007).Selain itu komplikasi yang terjadi dapat berupa appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Biasanya lokasi nyeri tekan pada appendisitis akuta (pada titik Mac Burney) lebih tinggi daripada adneksitis akuta, akan tetapi apabila proses agak meluas perbedaan menjadi kurang jelas(Sarwono.Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007).

F.Penatalaksanaan Medis
Terapi sederhana dapat dilakukan dengan duduk diantara 2 sujud, dua tangan dikepala dipinggang, tarik nafas tangan ke pangkal paha lalu badan bungkuk, tangan putar simpan di pantat bawah dan tahan nafas dada dan keluar nafas dihidung badan tegak tangan ke paha dan simpan dipinggang 30 menit. Jika penyakitnya masih dalam keadaan subakut, penderita harus diberi terapi dengan antibiotika dengan spektrum luas. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama sekali.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Terapi operatif mempunyai tempat pada salpingo-ooforitis konika. Indikasi terapi ini adalah:
1.Apabila setelah berulang kali dilakukan terapi dengan distermi keluhan tetap ada dan mengganggu kehidupan sehari-hari.
2.Apabila tiap kali timbul reaktivisasi dari proses radang.
3.Apabila ada tumor disebelah uterus dan setelah dilakukan beberapa seri terapi diatermi tuor tidak mengecil, sehingga timbul dugaan adanya hidrosalping, piosalping, kista tubo-ovarial dan sebagainya.
4.Apabila ada infertilitas yang sebabnya terletak pada tuba, dalam hal ini sebaiknya dilakukan laparoskopi dahulu untuk mengetahui apakah ada harapan yang cukup besar bahwa dengan pembedahan tuba dapat dibuka dengan sempurna dan perlekatan dapat dilepaskan.
Terapi operatif kadang-kadang mengalami kesukaran berhubung dengan perlekatan yang erat antara tuba/ ovarium dengan uterus, omentum dan usus, yang memberi harapan yang terbaik untuk menyembuhkan penderita ialah operasi radikal, terdiri atas histerektomi dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, hal ini hanya dapat dilakukan pada wanita yang hampir menopause. Pada wanita yang lebih muda satu ovarium untuk sebagian atau seluruhnya perlu ditinggalkan, kadang-kadang uterus harus ditinggalkan dan hanya adneksa dengan kelainan yang nyata diangkat. Jika operasi dilakukan atas dasar indikasi infertilitas, maka tujuannya adalah untuk mengusahakan supaya fungsi tuba pulih kembali. Perlu dipikirkan kemungkinan diadakan in vitro fertilization.

Terapi pada salpingo-ooforitis akuta bisa juga dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi pembedahan.(Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007)


BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN
PADA NY.SDL

Tanggal Pengkajian : 15 Juni 2009. RMK : 02.01.68.
Tempat Praktik : RS.Sari Mulia Banjarmasin Kamar : KLS III A Ruang : Merpati


I.Pengumpulan Data
A.Data Subjektif
1.Identitas
Nama : Ny.SDL.
Umur : 24 Thn.
Agama : Islam.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Pekerjaan : Wiraswasta.
Alamat : Jl.Bumi Mas V No.74
Banjarmasin.

Nama Penanggung Jawab : Ny. K.
Hubungan Klien : Saudara Kandung.
Agama : Islam.
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia.
Pekerjaan : Wiraswasta.
Alamat : Jl. Bumi Mas V No. 74
Banjarmasin.


2.Keluhan Utama
Ibu mengatakan sudah 2 bln ini merasakan nyeri diperut bagian bawah (bagian kanan dan kiri uterus) terutama bila bekerja yang berat-berat,sering keputihan dan demam.

3.Riwayat Menarche
a. Menarche Umur : 13 Thn.
b. Siklus : 28 Hari.
c. Teratur/tidak : Tidak teratur.
d. Lamanya : 6-7 Hari.
e. Banyaknya : 3-4 x/ganti pembalut.
f. Dismenorea : Kadang-kadang.

4. Riwayat Ginekologi
a. Perdarahan diluar haid :
Tidak Ada.
b. Riwayat keputihan :
Selama 2 bulan terakhir ini ibu mengeluhkan sering mengalami
keputihan berwarna putih susu, kadang-kadang banyak, tidak berbau,
tidak gatal.
c. Riwayat adanya massa, tumor pada payudara dan alat kandungan :
Tidak Ada.
d.Riwayat perdarahan setelah berhubungan badan :
Tidak Ada.


B.Data Subjektif
1.Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Klien tampak kesakitan dan cemas
Kesadaran : Compos Mentis.
Tanda – tanda vital : TD : 110/70 mmHg.
T : 36,5 C.
Nadi : 78 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit.
2.Pemeriksaan Khusus
Kepala : Pertumbuhan rambut merata,rontok dan berketombe.
Muka : Tampak pucat.
Mata : Konjungtiva anemis,sklera tidak ikterik.
Telinga : Tidak terdapat serumen.
Hidung : Tidak ada pernapasan cuping hidung dan tidak ada polip.
Mulut : Bibir tampak pucat.
Dada : Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jaringan parut,
mamae simetris.
Palpasi : Tidak ada massa,tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : -
Auskultasi : -
Perut : Inspeksi : Tidak terdapat jaringan parut.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah sampai ke pinggang.
Perkusi : Perut terasa kembung.
Auskultasi : Terdengar bunyi bising usus 10x/menit.
Tungkai : Terdapat varises.


3.Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
HASIL LABORATORIUM
Pemeriksaan Metode Hasil Normal Satuan
Hematologi
Hemoglobin Automatic 12,8 11,5 - 15,5 gr/dL
Leukosit 6200 4000 – 11000 /mm3
Laju Endapan Darah ESR 3000 18 < 20 mm/jam
Hematokrit 38,8 35 – 45 %
Trombosit 213.000 150.000-350.000 /mm3
PT & APTT
PT 13,9 10,5 - 14,5 Detik
APTT 31,5 23,2 - 31,4 Detik

b. Rontgen : -
c. CT Scan : -
Hasil USG
Mc burney tak terdapat appendik.
Uterus normal 56 mm.
Cairan bebas (-).
Ren (d)(s) normal.
Hepar normal lien 82 mm.
Biller normal.
USG Normal.
d.USG


II.INTERPRETASI DATA
1.Diagnosa Kebidanan : Ibu dengan Adneksitis kronik.
2.Masalah : Nyeri di perut bagian bawah(bagian kiri dan kanan uterus) dan demam.
3.Kebutuhan : a) Beri kompres hangat pada perut bagian bawah diatas simfisis pubis untuk mengurangi rasa sakit.
b) Kolaborasi dalam pemberian analgetik antarin 3x1 amp(Diberikan secara IV).
c) Kolaborasi dalam pemberian antibiotik amoxan 3x1 gr ,gentamicin 2x80 gr,inf.mitronidazole.
3x500 mg (diberikan secara IV).

III.DIAGNOSA POTENSIAL
Appendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa, dan kehamilan ektopik yang terganggu.
DIAGNOSA PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI
Hari ke- I (15 JUNI 2009)
Pasien mengeluh sakit diperut bagian bawah dan demam. 1.Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan.
2.Berikan ibu kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Berikan ibu analgetik.
4.Beritahu ibu tentang penyakitnya.
5.Beritahu ibu penyebab keluhan yang dirasakan.
6. Anjurkan ibu untuk istirahat.
7.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan yaitu: TD: 110/70mmHg, T: 36,7 C, Nadi: 78x/menit, Respirasi: 20x/menit.
2.Memberikan kompres hangat kepada ibu untuk mengurangi rasa sakit.
3.Memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri dan demam ibu yaitu antrain 3x1 gr (IV).
4.Memberitahu ibu penyakit yang dideritanya sekarang adalah adneksitis kronis.
5.Memberitahu ibu bahwa keluhan yang dirasakan adalah akibat infeksi pada daerah uterus.
6.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
7.Berkolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2.Rasa sakit ibu sedikit berkurang setelah diberikan kompres hangat.
3.Rasa nyeri dan demam yang dirasakan ibu berangsur-angsur pulih.
4.Ibu telah mengerti bahwa keluhan yang dirasakan adalah akibat infeksi pada daerah uterus.
5.Ibu berjanji untuk istirahat yang cukup.
6.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya telah dilaksanakan, kolaborasinya berupa memberikan cairan elektrolit Rl dengan 12 tts/mnt,inj.Amoxan 3x1 gr,Gentamisin 2x80 mg,Inf.mitronidazole 3x500mg.(diberikan secara IV).
Hari ke-2 (16 JUNI 2009)
Pasien mengeluhkan muntah,tidak bisa makan dan minum,pusing,sakit area abdomen apalagi kalau banyak gerak. 1.Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan.
2.Berikan ibu kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Anjurkan ibu untuk istirahat.
4.Anjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan TD: 100/70mmHg, T: 36,5 C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 20x/menit.
2.Memberikan kepada ibu kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
4.Menganjurkan ibu untuk makan sedikit-sedikit tapi sering untuk mencegah muntah.
5 Berkolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2.Ibu merasa sakitnya berkurang setelah diberi kompres hangat.
3.Ibu berjanji akan istirahat yang cukup.
4. Ibu berjanji akan makan sedikit-sedikit tapi sering.
5.Berkolaborasi dengan tim medis lainnya untuk tindakan selanjutnya, kolaborasi yaitu dengan memberikan Inf. RL 20tts/menit,Inj.Amoxan 3x1 gr,Gentamicin 2x80 mg,Inf Mitronidazole 3x500 mg (Diberikan secara IV).


.Hari ke 3 (17 JUNI 2009)
Masih nyeri di perut bagian bawah dan agak sedikit mual,sampai tidak bisa makan. 1.Jelaskan kepada ibu hasil pemeriksaan.
2.Berikan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri.
3.Berikan obat anti nyeri dan obat untuk menghilangkan rasa mual.
4.Anjurkan ibu untuk meminum obatnya secara teratur.
5. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
6.Kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan selanjutnya. 1.Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan,yaitu TD: 100/70 mmHg, T: 36,5 C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 23x/menit.
2.Memberikan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
3.Memberikan obat anti nyeri injeksi Antrain 3x1 amp (diberikan secara IV),dan obat untuk menghilangkan rasa mual PO: Magalat syrup 3x1 SM.
4.Menganjurkan ibu untuk meminum obat yang sudah diberikan dokter secara teratur.
5.Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.
6. Berkolaborasi dengan tim medis yang lain untuk tindakan selanjutnya. 1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang dijelaskan.
2.Ibu mengatakan bahwa nyeri sedikit berkurang setelah diberi kompres hangat.
3.Obat anti nyeri dan obat untuk menghilangkan rasa mual sudah diberikan.
4.Ibu berjanji akan meminum obatnya secara teratur.
5.Ibu berjanji akn istirahat yang cukup.
6.Kolaborasi dengan tim medis sudah dilakukan yaitu dengan memberikan Inf RL 12 tts/menit,Inj Amoxan 3x1 gr,Gentamicin 2x80 gr, Antrain 3x1 amp (diberikan secara IV).

Hari ke 4 (18 JUNI 2009)
Pasien masih merasa mual, pusing. 1.Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien.
2. Berikan obat untuk menghilangkan rasa mual.
3.Anjurkan kepada ibu untuk puasa sebelum dilakukan USG.
4.Anjurkan ibu untuk istirahat.
5.kolaborasi dengan tim medis lain seperti dengan bagian radiologi untuk USG dan bagian laboratorium untuk periksa darah. 1.Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien yaitu TD: 110/70 mmHg, T: 36,5 C, Nadi: 80x/menit, Respirasi: 22x/menit
2.Memberikan obat PO:Magatral 3x1 SM.
3.Menganjurkan ibu untuk puasa untuk persiapan sebelum dilakukan USG.
4.Menganjurkan ibu untuk istirahat.
5.Berkolaborasi dengan tim medis lainnya seperti dengan bagian radiologi untuk USG dan bagian laboratorium untuk memeriksa darah.

1.Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan.
2.Obat untuk mengurangi rasa mual sudah diberikan.
3.Ibu bersedia untuk puasa.
4.Ibu bersedia untuk istirahat.
5.Kolaborasi telah dilakukan untuk USG hasilnya normal dan untuk hasil LAB normal.

Hari ke 5 (19 JUNI 2009)
Ibu sudah merasa sehat dan sudah tidak merasa nyeri lagi. 1.Beritahu ibu bahwa hari ini dia sudah sehat dan sudah bisa pulang.
2.Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu. 1.Memberitahu ibu bahwa dia sudah sehat dan sudah bisa pulang.
2.Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa semuanya normal. 1.Ibu sangat senang karena sudah sehat dan membaik dan sudah diijinkan pulang.
2. Ibu mengerti tentang hasil pemeriksaan yang sudah dijelaskan.

IV.TINDAKAN SEGERA
1.Memberikan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit.
2 Kolaborasi memberikan analgetik antrain 3x1 gr (cara pemberian IV).
3 Kolaborasi memberikan antibiotik amoxan 3x1 gr (IV),gentamicin2x80
gr(IV).


BAB IV
PEMBAHASAN

Dari tinjauan kasus diatas didapatkan bahwa Klien Ny. SDL, seorang wanita dengan keluhan nyeri cukup kuat di perut bagian bawah disertai dengan demam, rasa nyeri bertambah keras pada saat melakukan pekerjaan yang berat-berat dan disertai dengan sakit pinggang dan keputihan hal itu dikategorikankan kedalam golongan adneksitis kronika (salpingo ooforitis kronika). Hal ini sesuai dengan teori (Sarwono.Wiknjosastro, Hanifa.Hal 289.2007) yang menyatakan bahwa wanita dengan gejala – gejala penyakit akut dengan panas, rasa nyeri cukup kuat di perut bagian bawah. Pada umumnya penderita merasa nyeri di perut bagian bawah sebelah kiri atau kanan, yang bertambah keras pada pekerjaan berat, disertai dengan sakit pinggang ,haid tidak teratur dan sering keputihan.
Penyebab dari adneksitis kronika itu sendiri itu adalah infeksi gonorroe, infeksi puerperal dan postabortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis. Selanjutnya bisa timbul radang adnexa yang paling sering disebabkan oleh gonococcus, disamping itu oleh stapylococus, streptococcus, E.Coli, clostridoium welchi dan bakteri sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks (Sarwono. Wiknjosastro, Hanifa.Hal 287.2007). Yang perlu kita ketahui bahwa adneksitis hanya terjadi pada wanita yang sudah menikah atau pada wanita yang sudah pernah melakukan hubungan seksual. Untuk kasus yang kita angkat ini diterangkan bahwa ibu dengan inisial Ny.SDL status nya adalah sudah menikah. Pada kasus ini kemungkinan besar bahwa infeksi disebabkan oleh infeksi hal ini dapat didasarkan pada seringnya ibu terkena keputihan dan haid yang tidak teratur sejak 2 bulan terakhir .
Untuk penatalaksanaan medis terapi yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pasien kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika. Dengan terapi tersebut penyakit menjadi sembuh atau menahun. Jarang sekali salpingo-ooforitis akuta memerlukan terapi pembedahan (Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007). Pada kasus adneksitis kronika yang diderita oleh Ny.SDL terapi yang diberikan adalah pemberian antibiotik jenis Amoxan 3x1 amp, Gentamicin 2x80 gr, dan infus Mitronidazole 3x500 gr (diberikan secara IV) dan analgetika jenis Antrain 3x1 amp (Diberikan secara IV), perawatan umum. Selain itu pasien dianjurkan untuk istirahat baring. Jika keadaan sudah tenang, dapat diberi terapi diatermi dalam beberapa seri dan penderita dinasehatkan supaya jangan melakukan pekerjaan yang berat-berat. Hal ini sesuai dengan teori (Menurut Sarwono. Winkjosastro,Hanifa.Hal 288.2007), yang menyatakan bahwa untuk penatalaksanaan medis terapi yang dapat diberikan adalah dengan memberikan pasien kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit. Selain itu dapat pula dilakukan dengan istirahat baring, perawatan umum, pemberian antibiotika dan analgetika.Dengan terapi ini biarpun sisa-sisa peradangan masih ada, keluhan-keluhan penderita seringkali hilang atau sangat berkurang. Sudah barang tentu perlekatan-perlekatan tetap ada dan ini menyebabkan bahwa keluhan-keluhan tidak dapat hilang sama sekali (Sarwono.Winkjosastro, Hanifa.Hal 290.2007).
Adapun komplikasi dari salpingo ooforitis bila tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan terjadinya ruptur piosalping atau sbses ovarium, gejala – gejala ileus karena terjadi perlekatan, appendisitis akuta apendisitis akuta, pielitis akuta, torsi adneksa dan kehamilan ektopik yang terganggu. Pada Ny.SDL komplikasi tersebut tidak terjadi hal ini karena terapi yang diberikan sudah tepat dan sesuai sehingga ketika dilakukan USG untuk melihat organ lain disekitarnya hasilnya normal.