Selasa, 04 Januari 2011

POST OPERASI SC HARI PERTAMA DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS
POST OPERASI SC HARI PERTAMA
DENGAN PREEKLAMPSIA BERAT


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Angka kematian Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Terutama untuk ibu hamil yang tinggal di desa-desa, selain karena pengetahuan ibu hamil yang kurang dan tidak begitu mengerti tentang kesehatan, juga karena perawatan dalam persalinan masih di tangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin adalah hipertensi yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5 - 15 % penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa pengetahuan tentang pengelolaan sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan protein urine harus benar – benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga medis. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).


B. Rumusan Masalah
Karena banyaknya masalah Preeklampsia yang terjadi di masyarakat, maka rumusan masalah pada laporan ini membahas mengenai Preeklampsia berat.
Ada beberapa permasalahan yang kami angkat dalam makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian Preeklampsia ?
2. Apa penyebab dari Preeklampsia ?
3. Seperti apa Patofisiologinya ?
4. Seperti apa Manifestasi Kliniknya ?
5. Apakah terdapat Komplikasi ?
6. Seperti apa Penatalaksanaan Medisnya ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kami mengangkat makalah tentang asuhan kebidanan pada masa nifas dengan Preeklamsi Berat (PEB) adalah untuk menambah pengetahuan mengenai pelayanan atau asuhan yang diberikan pada masa nifas dengan keadaan tersebut.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian Preeklampsia berat
b. Mengetahui bahaya Preeklampsia berat bagi ibu
c. Mengetahui bahaya preeklamspi berat bagi janin
d. Mengetahui kapan gejela dan tanda Preeklampsia berat itu terjadi pada wanita hamil
e. Mengetahui tanda-tanda dan gejala bahaya Preeklampsia berat
f. Mengetahui cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi Preeklampsia berat.

D. Manfaat
Penulisan laporan ini dapat diharapkan dapat memberikan manfaat pada petugas kesehatan khususnya bidan dalam memberikan informasi-informasi mengenai preeklamsi berat.
Adapun manfaat itu antara lain :
1. Mengetahui gejala – gejala atau tanda – tanda dari Preeklampsia Berat
2. Mengetahui bahaya dari Preeklampsia Berat
3. Mengetahui sebab – sebab umum dari Preeklampsia Berat
4. Segera memeriksakan diri ke petugas medik.
5. Preeklamspi Berat segera mendapat penanganan sesuai dengan
keadaan ibu nifas tersebut.
6. Tenaga medik mendapatkan pengetahuan tentang pengelolaan Preeklampsia yang benar.
7. Tenaga medik dapat memberikan pelayanan dalam mengatasi Preeklampsia
dengan benar.
8. Untuk memenuhi laporan seminar.

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema, dan protein urine yang timbul karena kehamilan, penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan. Preeklampsia juga merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat menyebabkan kematian pada ibu dan bayi pada masa ante, intra dan post partum. Dari gejala-gejala klinik, Preeklampsia dapat dibagi menjadi Preeklampsia Ringan, Preeklampsia Sedang dan Preeklampsia Berat.

B. Etiologi/penyebab
Banyak pendapat para Sarjana tentang etiologi terjadinya Preeklampsia. Salah satunya adalah hepotisa bahwa terjadinya Preeklampsia adalah diawali oleh faktor plasenta, oleh karena perfusi yang tidak sempurna, atau diawali oleh faktor maternal, karena adanya predisposisi ibu terhadap adanya penyakit arteri, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk problem jangka panjang seperti atherosklerosis atau hipertensi kronis. Dari kedua faktor tersebut mengalami konfergensi pada proses aktivasi endothel dan sel granulosit/monosit dengan hasil akhir berupa peningkatan respon inflamasi sistemik dalam wujud Preeklampsia.
Adapun faktor maternal yang menjadi predisposisi terjadinya Preeklampsia
1. Usia ekstrim (< 16 th dan > 35 th) : resiko terjadinya Preeklampsia meningkat seiring dengan peningkatan usia (peningkatan resiko 1,3 per 5 tahun peningkatan usia) dan dengan interval antar kehamilan (1,5 per 5 tahun interval antara kehamilan pertama dan kedua). Resiko terjadinya Preeklampsia pada wanita usia belasan terutama adalah karena lebih singkatnya lama paparan sperma. Sedang pada wanita usia lanjut terutama karena makin tua usia endothel makin berkurang kemampuannya dalam mengatasi terjadinya respon inflamasi sistemik dan stress regangan hemodinamik.
2. Riwayat Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya: riwayat Preeklampsia pada kehamilan sebelumnya memberikan resiko sebesar 13,1 % untuk terjadinya Preeklampsia pada kehamilan kedua dengan partner yang sama.
3. Riwayat keluarga yang mengalami Preeklampsia: eklampsia dan Preeklampsia memiliki kecenderungan untuk diturunkan secara familial. Hasil studi di Norwegia menunjukkan bahwa mereka yang saudara kandungnya pernah alami Preeklampsia, estimasi OR (odds ratio) adalah sebesar 2,2. Sedangkan bagi mereka yang satu ibu lain ayah OR-nya sebesar 1,6. Bagi mereka yang satu ayah lain ibu OR-nya adalah 1,8. Sementara itu hasil studi lain menunjukkan bahwa riwayat keluarga dengan Preeklampsia menunjukkan resiko tiga kali lipat untuk mengalami Preeklampsia. Contoh dari gen-gen yang diturunkan yang berkaitan dengan Preeklampsia adalah: gen angiotensinogen, gen eNOS (endothelial NO synthase), gen yang berkaitan dengan TNFα, gen yang terlibat dalam proses koagulasi seperti factor V Leiden, MTHFR (methylenetetrahydrofolate reductase) dan prothrombin.
4. Paparan sperma, primipaternitas: paparan semen sperma merangsang timbulnya suatu kaskade kejadian seluler dan molekuler yang menyerupai respon inflamasi klasik. Ini yang kemudian merangsang produksi GM-CSF sebesar 20 kali lipat. Sitokin ini selanjutnya memobilisasi lekukosit endometrial. Faktor seminal yang berperan adalah TGF-β1 dalam bentuk inaktif. Selanjutnya plasmin dari semen sperma dan faktor uterus mengubahya menjadi bentuk aktif. Sitokin TGF-β1 akan merangsang peningkatan produksi GM-CSF (granulocyte macrophage-colony stimulating factor) . Bersamaan dengan itu sperma yang diejakulasikan juga mengandung antigen-antigen yang turut berperan dalam pertumbuhan dan kelangsungan hidup zigot.

5. Penyakit yang mendasari
a. Hipertensi kronis dan penyakit ginjal
b. Obesitas, resistensi insulin dan diabetes
c. Gangguan thrombofilik
d. Faktor eksogen
i. Merokok, mnurunkan resiko PE
ii. Stress, tekanan psikososial yang berhubungan dengan pekerjaan, latihan fisik
iii. Infeksi saluran kemih

C. Patofisiologi

Perubahan pokok yang terjadi pada Preeklampsia adalah spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Dengan biopsy ginjal, Altchek dkk. (1968) menemukan spasmus yaang hebat pada arteriola glomerulus. Bila dianggap bahwa spasmus arteriola juga ditemukan di seluruh tubuh maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah yang meningkat tampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi. Kenaikan berat badan dan odema yang disebabkan prnimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang intersititas belum diketahui sebabnya.
Telah diketahui bahwa pada Preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi daripada kehamilan normal. Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada Preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.

D. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala
Preeklampsia diketahui dengan timbulnya hipertensi, protein urine dan odema pada seorang primigravida yang tadinya normal.
Diagnosa Preeklampsia ringan berdasarkan tanda-tanda:
1. Tekanan sitolik 140 mmHg atau lebih atau kenaikan 30 mmHg diatas tekanan yang biasa.
2. Protein urine kuantitatif yaitu protein lebih dari 0,3 gr/ltr dalam urine 24 jam atau lebih dari 1 gr/ltr pada urine sewaktu protein urine ini harus ada pada 2 hari berturut-turut atau lebih.
3. Odema umum, seperti kaki, jari tangan dan muka.

E. Komplikasi

Komplikasi tergantung dari berat ringannya Preeklampsia atau eklamsia. Yang paling sering di temukan adalah oligouria yang bertanggung jawab atas berbagai komplikasi lainnya. Karena ini biasanya perlu di pasang kateter menetap (Foley kateter). Penyebab utama kematian pada Preeklampsia/eklampsia adalah penimbunan cairan di paru-paru akibat kegagalan jantung kiri. Sebab lainnya adalah pendarahan otak, terganggunya fungsi ginjal, dan masuknya isi lambung ke dalam saluran pernafasan. Pada pre dan eklamsia berat, perlu di rawat di rumah sakit. Biasanya akan di pikirkan untuk mengakhiri kehamilan karena harapan hidup janin tak besar dan gejala hilang segera setelah janin di angkat. Komplikasi pada janin berhubungan dengan akut dan kronisnya insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan, janin terhambat dan prematuritas.
Yang termasuk komplikasi khusus antara lain sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count), sirosis ( kerusakan hati dan penurunan enzim hati), gangguan pernapasan pembuluh darah karena penurunan trombosit, gagal jantung, gagal ginjal (gangguan nefrotik). Sedangkan yang termasuk komplikasiumum adalah eklampsia, gagal jantung, dan odema.

F. Penatalaksanaan Medis
Tujuan utama penanganan Preeklampsia ialah :
1. Mencegah terjadinya kejang
2. Mencegah terjadinya perdarahan intra kranial
3. Mencegah terjadinya gangguan fungsi organ vital
4. Melahirkan bayi sehat atau janin hidup
5. Melahirkan janin dengan trauma dengan sekecil-kecilnya
Pada dasarnya penanganan Preeklampsia ringan terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Penanganan obstetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu sebelum janin mati dalam kandungan. Akan tetapi sudah cukup matur untuk bayi hidup di luar uterus. Waktu optimal tidak selalu dapat di capai pada penanganan Preeklampsia, terutama bila janin masih sangat premature. Dalam hal ini di usahakan dengan tindakan medis untuk dapat menunggu selama mungkin, agar janin lebih matur.
Penanganan Preeklampsia dapat dilakukan dengan cara :
a. Dirawat di rumah sakit (rawat inap)
1. Banyak istirahat (berbaring/tidur miring) yakni 2 jam pada siang hari dan lebih dari 8 jam pada malam hari.
2. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
3. Kalau tidak bisa istirahat berikan sedative ringan yaitu tablet phenobabital 3x2 mg per oral atau tablet diazepam 3x2 mg per oral selama 7 hari.
4. Roborantia
5. Kunjungan ulang setiap 1 minggu.

Disamping itu lakukan juga pemeriksaan penunjang, seperti : Urine lengkap, Hb, hematokrit, asam urat, darah, trombosit, fungsi hati, dan fungsi ginjal.

b. Perawatan obstetric ( terutama sikap terhadap kehamilan)
1. Pada kehamilan preterm (< 37 minggu), bila desakan darah mencapai normotensif, selama perawatan, persalinannya di tunggu sampai aterm.
2. Pada kehamilan aterm ( >37 minggu), persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau di pertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada “Taksiran Tanggal Persalinan”.
3. Bila pasien sudah inpartu, perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman atau partograf WHO
4. Cara persalinan, persalinan dapat di lakukan secara spontan, bila perlu memperpendek skala II.


BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU POST PARTUM
HARI PERTAMA DENGAN PEB
DI RUANG NIFAS RSUD RATU ZALEHA

Tempat Pengkajian : RSUD RATU ZALEHA MARTAPURA
Tanggal Pengkajian : Jum’at, 26 februari 2010

A. SUBJECTIVE DATA
1. Identitas
Istri
Nama : Ny. Risnayanti
Umur : 26 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SD
Pekerjaan : IRT
Alamat : JL. Anin sahibah barangan

Suami
Nama : Tn. Satri
Umur : 23 Tahun
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Swasta
Alamat : JL. Anin sahibah barangan
2. Keluhan utama :
Ibu mengataka post operasi section caesaria dengan mengeluh nyeri perut bagian bawah.

3. Riwayat perkawinan :
Kawin 1 kali, kawin pertama kali umur 15 tahun, dengan suami sekarang sudah 11 tahun.

4. Riwayat obstetri P1 A0
Nno thn Kehamilan Persalinan Bayi
UK pnylt UK cara Tmpt /penolong pnylt BB PB seks keadaan lahir pnylt nifas ket
11 11998 aterm tidak ada aterm sspontan BPS/ Bdn tidak ada 33400 551 Pp mnngis tidak ada -
22 22010 aterm tidak ada aterm sSC RSUD RATU ZALEHA/dr tidak ada 33000 551 L mnngis
5. Riwayat persalinan sekarang
a. umur kehamilan saat melahirkan : Aterm ( 35-36 minggu )
b. Tanggal / jam melahirkan : Kamis, 25 februari 2010 / 11.25
c. Tempat melahirkan / penolong : RSUD RATU ZALEHA / DOKTER
d. Lama proses persalinan
- Kala I : tidak ada
- Kala II : tidak ada
- Kala III : tidak ada
- Kala IV : 2 jam
e. Jenis persalinan : Section Cesaria
f. Penyulit saat persalinan : PEB
g. Tindakan saat persalinan
- Pelebaran jalan lahir :
- Penjahitan luka jalan lahir :
- Keadaan bayi yang dilahirkan : segera menangis dengan BB=2800gr, PB=50cm dan jenis kelamin perempuan.

6. Riwayat keluarga berencan
a. Jenis : Pil
b. Lama : 11 tahun
c. Masalah : tidak ada

7. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan ibu
ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, AIDS, dll. Serta tidak pernah menderita penyakit menurun seperti penyakit jantung asma, DM, dll.
b. Riwayat kesehatan keluarga
ibu mengatakan keluarga dari npihak ibu dan suami tidak pernah menderita penyakit menular seperti TBC, hepatitis, AIDS, dll. Serta tidak pernah menderita penyakit menurun seperti penyakit jantung asma, DM, dll

8. pola kebutuhan sehari hari
a. Nutrisi
Jenis yang dikonsumsi : Nasi,sayur, lauk pauk, sayur, buah
Frekuensi : 2 x sehari
Porsi makan : 1 piring
Pantangan : Tidak ada

b. Eliminasi
BAB
Frekuensi : Belum ada
Konsistensi : -
Warna : -
Masalah : -
BAK
Frekuensi : Lewat DC sekitar 1000 cc / hari
Bau : Khas
Warna : Kuning pekat
Masalah : Tidak ada

c. Personal hygine
Frekuensi mandi : Belum ada
Frekuensi gosok gigi : Belum ada
Frekuensi ganti pakaian / jenis : Belum ada

d. Aktifitas
Ibu melakukan aktifitas seperti rebahan, miring kiri, miring kanan, dan menyusui bayinya.

e. Tidur dan istirahat
Siang hari : sekitar 1 jam
Malam hari : sekitar 7 jam
Masalah : tidak ada

f. Pola seksual : Ibu dan suami berencana melakukan hubungan seksual setelah 40 hari melahirkan.

g. Pemberian ASI
Kapan mulai pemberian ASI : 1 jam setelah melahirkan
Frekuensi menyusui : Sesering mungkin
Masalah : Tidak ada

9. Data psikososial dan spiritual
a. Tanggapan ibu dan keluarga terhadap kelahiran bayinya : Sangat senang
b. Tanggapan ibu terhadap perubahan fisiknya : Ibu menerima segala perubahan yang terjadi pada dirinya.
c. Tanggapan ibu terhadap peristiwa persalinan : Proses persalinan bukanlah hal yang mudah
d. Pengetahuan ibu tentang perawatan bayi : Dari orang tua dan bidan.
e. Hubungan social ibu dengan mertua, orang tua, dan keluarga : Baik
f. Pengambilan keputusan dalam keluarga : Suami
g. Orang yang membantu ibu merawat bayi : orang tua

B. Objective Data

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : lemah
Kesadaran : Samnolent
Berat badan : 79 kg
Tanda vital : TD = 240/140 mmHg, R = 26x/menit,
N =80 x/menit ,T = 38,2 0C

2. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi
Kepala : Bersih, rambut tidak tampak rontok, warna rambut hitam, pertumbuhan rambut merata.
Muka : muka tampak oedem dan pucat
Mata : Konjungtiva tidak tampak anemis dan sclera tidak ikterik
Telinga : Simetris, tidak tampak pengeluaran serumen dan cairan.
Hidung : Bersih, tidak tampak polip, pergerakan cuping dan pengeluaran cairan
Mulut : Bibir tidak tampak pucat dan sariawan, tidak tampak pembengkakan
gusi, lidah bersih, gigi tidak caries dan berlubang.
Leher : Tidak tampak pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid
Dada : Simetris saat inspirasi dan ekspirasi
Mamae : Simetris, puting menonjol, dan tampak hiperpigmentasi areola,
Abdomen : Tampak luka bekas op dan terdapat linea nigra
Tungkai : Tampak oedem, tidak tampak varises, pada tungkai kiri dan kanan tanda
human sign (-) / (-)
Genetalia : tidak tampak oedem vulva dan jahitan perineum, serta terdapat pengeluaran lochea rubra.
b. Palpasi
Leher : Tidak teraba adnya pembesaran vena jugularis dan kelenjar tyroid
Mamae : tidak teraba adanya massa, tidak ada nyeri tekan, colostrum sudah keluar.
Abdomen : kontraksi baik
Tungkai : teraba oedem pada tungkai kiri dan kanan

3. Pemeriksaan penunjang
HB : 11,5 gr %
Hematokrit : 35 %
Trombosit : 274.000 /mm2

C. ASSESMENT
1. Diagnosa kebidaan : P2 A0 Post partum section cesaria hari ke-1 dengan PEB
2. Masalah : Nyeri abdoment dan pusing
3. Kebutuhan : Konseling

D. PLANNING

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, yaitu TD = 240/140 mmHg, R = 26 x/menit, N =80 x/menit ,T = 38,2 0C
“Ibu mengetahui hasil pemeriksaan”

2. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi seperti miring kiri, kanan, duduk secara perlahan
dengan bantuan keluarga.
“ibu bersedia untuk mencoba miring kiri, kanan, dan duduk.“

3. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi, seperti sayuran hijau, telur, daging, ikan, dll supaya luka bekas operasi lekas sembuh.
“ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi.“

4. Menjelaskan kepada ibu bahwa nyeri perut yang ibu alami adalah hal yang normal
karena itu merupakan proses pengembalian rahim ke ukuran semula.
“Ibu mengetahui penyebab nyeri perut yang dialaminya.”
5. Menganjurka ibu untuk tetap menjaga kebersihan diri dengan mandi 2x sehari, gosok gigi minimal 3x sehari. membersihkan daerah genetalia yaitu dari depan ke belakang, lalu membersihkan daerah sekitar anus. Dan menganjurkan ibu ntuk membrsihkannya setiap kali selesai buang air kecil atau besar. Serta menganti pembalut minimal 2x sehari.
“ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan diri.”

6. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK ketika ada dorongan untuk BAB atau BAK karena kandung kencing yang penuh dapat mempengaruhi kontraksi rahim.
“ibu bersedia untuk tidak menahan BAB dan BAK nya.”

7. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup, yang tidak berlebihan. Serta tidak mengerjakan pekerjaan yang berat hingga jahitan kering.dan ibu dapat istirahat ketika bayi tidur.
“ibu bersedia istirahat yang cukup.”

8. Menjelalaskan tentang perawatan bayi baru lahir, seperti:
a. Perawatan tali pusat
b. Memandikan bayi
c. Mengganti popok
d. Memberi ASI
“ibu mengerti tentang perawatan bayi .”

9. Memberitahu tanda-tanda infeksi nifas seperti perdarahan yang banyak, pengeluaran lokhia yang berbau, demam hebat, serta kejang. Memberitahu tanda-tanda bahaya, seperti panas tinggi, nyeri pada pinggang, muntah-muntah, payudara membengkak manjadi keras dan tegang. Apabila terjadi hal tersebut di atas, ibu bisa langsung memberitahu dan mengkonsultasikannya kepada petugas kesehatan terdekat.
”ibu mengerti tentang tanda – tanda infeksi”

10. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa dijadwalkan, karena dengan seringnya menyusui akan memacu hormon prolaktin yang akan memperlancar produksi ASI.
“ibu berjanji akan menyusui bayinya sesering mungkin”
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Pengkajian : 26 Februari 2010
Jam Pengajian : 12.00- 14 00

S : pasien mengatakan masih pusing, belum dapat menggerakan kedua kaki.

0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 100 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 200/120 N=84x/menit R=20x/menit S=37,5°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- memberikan injeksi dan oral :
~Cefotaxim 1 gr 3 x 1 amp IV
~ Alinamin F 3 x 1 amp IV
~ Tramadol 3 x 1 amp IV
~ Kalnex 3 x 1 hari IV
~ Ranitidin 1 x pemberian IV
~ Tomit 1 amp 1x pemberian IV
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamet 3 x 10 ml (oral)

Tanggal Pengkajian : 27 Februari 2010
Jam Pengajian : 08.00- 20.00

S : pasien mengatakan masih pusing, belum dapat menggerakan kedua kaki, nyeri
perut

0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 150 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 230/160 N=88x/menit R=24x/menit S=38,4°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- Menganjurkan mobilisasi
- memberikan oral :
~ ceproflaksasin 2 x 500 ml (oral)
~ vit C (oral)
~ Asam mafenamat (oral)
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamet 3 x 10 ml (oral)

Tanggal Pengkajian : 28 Februari 2010
Jam Pengajian : 08.00- 20.00

S : pasien mengatakan pusing sudah berkurang, dapat menggerakan kedua
Kaki, sudah bisa miring kiri –kanan dan masih nyeri perut bekas luka operasi.


0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 100 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 160/120 N=80x/menit R=24x/menit S=35,3°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- Menganjurkan mobilisasi
- memberikan injeksi dan oral :
~ ceproflaksasin 2 x 500 ml (oral)
~ vit C / B-com (oral)
~ Asam mafenamat (oral)
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamethason 3 x 10 ml

Tanggal Pengkajian : 01 Maret 2010
Jam Pengajian : 08.00- 20.00

S : pasien mengatakan pusing sudah berkurang, dapat menggerakan kedua
Kaki, bisa duduk, dan berjalan dan nyeri perut bekas luka operasi
berkurang

0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 100 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 160/120 N=80x/menit R=24x/menit S=35,3°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- memberikan injeksi dan oral :
~ ceproflaksasin 2 x 500 ml (oral)
~ vit C / B-com (oral)
~ Asam mafenamat (oral)
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamethason 3 x 10 ml


Tanggal Pengkajian : 2 Maret 2010
Jam Pengajian : 08.00- 20.00

S : pasien mengatakan pusing sudah berkurang, dapat menggerakan kedua
Kaki, bisa duduk,berjalan dannyeri perut bekas luka operasi berkurang

0 : - Abdomen ; kontraksi baik, tampak jahitan luka bekas operasi terbungkus perban
- Genetalia : Pengeluaran lochea ± 100 cc
- Dada/ mammae : terdapat pengeluaran coloctrum
- Tanda- Tanda vital : TD = 160/120 N=80x/menit R=24x/menit S=35,3°C

P : - Perbaiki KU dan TTV
- memberikan injeksi dan oral :
~ ceproflaksasin 2 x 500 ml (oral)
~ vit C / B-com (oral)
~ Asam mafenamat (oral)
~ Nipedipin 10 mg (sublingual)
~ Dopamethason 3 x 10 ml


BAB IV
PEMBAHASAN

Dari kasus yang ditemukan, diperoleh diagnosa Preeklampsia tingkat tinggi dimana pasien memiliki tekanan darah tinggi, tungkai tampak odema, merasa pusing dan terdapat protein urine.
Penegakkan diagnosis Preeklampsia berdasarkan peningkatan tekanan darah yang mencapai lebih dari 30 mmHg atau diastolik lebih dari 15 mmHg. Bila tekanan darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka disebut dengan Preeklampsia berat atau ditemukan gejala-gejala lain seperti protein urine positif 3 atau positif 4, oliguria, sakit kepala dan nyeri epigastrium.
Pada dasarnya penanganan Preeklampsia terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obstetrik. Pada penanganan Preeklampsia berat, istirahat ditempat tidur masih merupakan terapi utama. Istirahat dengan berbaring pada sisi tubuh menyebabkan pengaliran darah ke plasenta meningkat, aliran darah ke ginjal juga lebih banyak, tekanan vena pada ekstremitas bawah turun dan resorbsi cairan dari darah tersebut bertambah. Selain itu, juga mengurangi kebutuhan darah yang beredar. Oleh sebab itu, dengan istirahat biasanya tekanan darah turun dan odema berkurang.
Dalam kasus ini kasus Preeklampsia berat tidak membaik dengan penanganan konservatif. Tekanan darah meningkat, retensi cairan dan protein urine bertambah, walaupun penderita istirahat dengan pengobatan medik. Dalam hal ini tidak dapat dengan persalinan normal pengakhiran kehamilan dapat dilakukan dengan cara operasi section cesaria.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, odema dan protein urine yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ketiga kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya, misalnya pada molahidatidosa. Penanganan bagi penderita Preeklampsia berat yaitu dapat dilakukan dengan istirahat ditempat tidur.
Preeklampsia berat apabila tidak ditangani dengan segera maka akan meningkat menjadi eklampsia yang dapat membahayakan ibu dan janin.

B. Saran
I. Bagi Petugas Kesehatan
Berikan asuhan yang tepat, sesuai dengan kebutuhan penderita.

II. Bagi Pasien (Ibu nifas)
Lakukan pemeriksaan nifas secara rutin terutama tekanan darah, protein urin dan tanda-tanda bahaya nifas sehingga keluhan dan kebutuhan dapat diatasi dan bila timbul kelainan yang lebih berlanjut dapat segera terdeteksi.


DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro,Hanifa. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Saifuddin, Abdul Bari. 2006 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

1 komentar:

  1. trimkseh bnyk uda share,,,
    ne sngt mmbntu bnyk utk sya,,
    share yg laennya dtnggu ea???
    sukses sllu!!!

    BalasHapus