HEMETESIS
2.1. Definisi
2.1. Definisi
Hemetesis ialah dimuntahkannya darah dari mulut. Darah dapat
berasal dari saluran cerna bagian atas / darah dari luar yang tertelan
(epistaksis, hemoptisis, ekstraksi gigi, tonsilektomi). Tergantung pada lamanya
kontak dengan asam lambung, darah dapat berwarna merah, coklat atau hitam.
Biasanya tercampur sisa makanan dan bereaksi asam.
Melena ialah fese berwarna hitam karena bercampur darah.
umumnya terjadi akibat perdarahan saluran cerna bagian atas yang lebih dari
50-100 ml dan biasanya disertai hematemesis.
Melena tanpa hematemesis terjadi pada perdarahan
jejunum/ileum asalkan perjalanannya dalam usus lambat.
Biasanya melena berlangsung 1-3 hari, lalu berangsur normal
meskipun darah samar mungkin menetap sampai 3-8 hari (Perdarahan < 50 ml).
Hemetemesis melena adalah perdarahan saluran cerna bagian
atas (SCBA) merupakan keadaan gawat darurat yang dapat terjadinya karena
pecahnya varises esofagus, gastritis erosive, atau ulkus peptikum. Perdarahan
SCBA dapat bermanifestasi sebagai hematemesis, melena atau keduanya.
Hematemesis melena disebabkan oleh perdarahan saluran cerna
yang dapat bersifat nyata atau tersembunyi yang berlangsung lambat dalam waktu
yang lama.
2.2.
Etiologi
A.
Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas
1.
Ulkus peptikum (tersering) :
komplikasi perdarahan terjadi pada 20-30% penderita ulkus peptikum.
2.
Varises esofagus pada hipertensi
portal.
3.
Gastritis erosif atau ulseratif :
-
Alkohol dalam jumlah besar
-
Obat-obatan : salisilat, fenil
butazon, indometasin, kortikosteroid, reserpin dosis besar (oral/parenteral)
-
Stress berat : penyakit
intracranial, luka bakar (tukak curling) trauma, sepsis.
4.
Lain-lain :
Esofagus,
karsinoma lambung (biasanya bersifat perdarahan kronik), rupture aneurisma
aorta, laserasi hepar (hemobilia), uremi.
B.
Perdarahan saluran cerna bagian
bawah
1.
Lesi daerah anus : hemoroid,
fisura ani, fistula ani.
2.
Penyakit rectum dan usus besar :
karsinoma, polip, radang (kolitis ulseratif, penyakit grohn, amuba), di
vertikulum.
3.
Penyakit jejunum dan ileum :
volvulus, enterokolitis nekrotikans (keduanya pada bayi baru lahir), invaginasi
(bayi dan anak < 2 tahun), divertikulum meckel (perdarahan banyak dan
berulang pada anak dan dewasa muda), tifoid.
2.3.
Tanda dan Gejala
1.
Adanya hemetesis
a.
Muntah darah
b.
Epistaksis
c.
Hemoptisis
d.
Ekstraksi gigi
e.
Tonsilektomi
2.
Adanya melena
a.
Feses berwarna hitam.
Gejala
lain :
1.
Tergantung banyaknya perdarahan dan
usia penderita
2.
Dapat timbul gejala pre syok/syok
3.
Demam ringan antara 38-39oC.
4.
Rasa nyeri
Laboratorium
:
1.
Penurunan Hb dan Ht tampak setelah
beberapa jam.
2.
Lekositosis dan tombositosis pada
2-5 jam setelah perdarahan.
3.
Peninggian kadar ureum darah setelah
24-48 jam. Akibat pemecahan protein darah oleh bakteri usus; pada sirosis
hepatis, yang meningkat ialah kadar amoniak darah dan dapat mencetuskan koma
hepatik.
2.4.
Diagnosis
Langkah yang dapat dijalankan adalah anamnesis yang akurat
tentang perdarahan saluran cerna bagian atas dan perkiraan volume yang hilang,
adanya pemakaian obat anti inflamasi, penyakit hati, dll.
Pemeriksaan fisik dapat memperlihatkan stigmata penyebab
perdarahan, seperti stigmata sirosis, anemia, ateral dingin, dsb, status
hemodinamik saat masuk ditentukan dan dipantau karena hal ini mempengaruhi
prognosis.
Pemeriksaan laboratorium berupa kadar Hb, Ht, trombosit,
atau gangguan koagulasi.
2.5.
Penatalaksanaan
Perhatikan beberapa hal penting :
1.
Keadaan umum penderita, kesadaran
dan tanda vital.
2.
Apakah masih ada perdarahan dan
banyaknya.
3.
Perkiraan jumlah darah yang telah
keluar dengan melihat keadaan klinik penderita dan anamnesis tentang lama,
sifat, jumlah dan frekuensi perdarahan.
4.
Singkirkan.
Pengobatan
Konservatif :
1.
Pemasangan sonde karet lunak ke
dalam lambung untuk aspirasi darah dan bilas lambung dengan air es; juga untuk
pemberian obat-obatan per oral.
2.
Pemasangan CVP (Central Venous Preassure)
3.
Tindakan mengatasi perdarahan dan
mencegah perdarahan ulang :
a.
Koagulan lokal-diberikan
topical/oral : Thrombase 500 bubuk/dilarutkan 3-6 kali/hari, atau Topostasin
3-6 bungkus/hari (dilarutkan).
b.
Koagulan parenteral; salah satu dari
preparat di bawah ini :
Adona
AC-17 3-4 x 100 mg/hari iv.
Anaroxyl
2 x 5 – 10 mg/hari im/iv.
Coagulen
3-4 x 10-20 ml/hari sk/im.
Coagumin
3-4 x 20 ml/hari im/iv.
Hesna
3 x 2 ml/hari sk/im/iv.
Thrombase
100 3 x 100 U/hari im/iv perlahan-lahan.
c.
Vitamin K 10-20 mg/hari im/iv.
d.
Vitamin B kompleks dengan asam
folat.
e.
Jika perdarahan masih berlangsung,
berikan infus pitresin 20 U dalam 200 ml glukosa 5% selama 20 menit agar
terjadi vasokonstriksi daerah splanknik. Dapat diulang tiap 4 jam meskipun
efeknya akan makin berkurang. Tidak dapat diberikan pada penderita insufisiensi
koroner.
f.
Pada perdarahan akibat pecahnya
varises esofagus dapat dicoba pemasangan balon modifikasi (kondom) dalam
esofagus, lalu ditiup agar menekan dinding esofagus.
g.
Pada perdarahan saluran cerna bagian
atas dapat ditambahkan :
-
Menelan potongan es dan meletakkan
balok es di atas perut.
-
Selama ada perdarahan sedang/banyak,
hentikan makanan peroral; bila telah berkurang dapat diberikan makanan cair
tidak merangsang.
4.
Transfusi darah :
Diberikan
bila Hb < 10 g% dan Ht < 30%; sedapat mungkin dalam bentuk darah segar
yang masih mengandung faktor pembekuan. Jika perdarahan telah berhenti > 24
jam diberikan packed cell.
Jumlah
darah yang diberikan ialah 1¼ kali jumlah taksiran perdarahan, kecuali pada
kasus hipertensi portal (cukup 2/3 kalinya) karena peninggian tekanan darah di
daerah portal dapat menimbulkan perdarahan ulang.
5.
Perhatian khusus terhadap :
a.
Ensefalopati : cegah dengan :
-
Mempertahankan keseimbangan cairan
dan elektrolit
-
Pemberian glukosa
-
Pemberian neomisin 2-4 x 15 ml/hari
per oral.
-
Pemberian Duphalac 3 x 15 ml/hari
per oral.
-
Diet rendah protein.
-
Klisma tiap hari selama ada
perdarahan.
b.
Infeksi sekunder; atasi dengan
antibiotic spektrum luas.
c.
Asites; cegah dengan :
-
Diuretik, misalnya furosemid (Lasix)
1-3 x 40 mg/hari.
-
Suplementasi kalium, misalnya KCl
1-3 x 500 mg/hari.
-
Diet rendah garam.
Pembedahan
:
Pembedahan
darurat dipikirkan bila pengobatan konservatif dianggap gagal; yaitu bila :
1.
Dalam 8 jam pertama, untuk
memperbaiki dan mempertahankan tekanan darah/sirkulasi diperlukan transfusi
darah lebih dari 2 liter.
2.
Dalam 24 jam berikutnya untuk
mempertahankan sirkulasi diperlukan transfusi darah lebih dari 2 liter.
3.
Perdarahan belum juga berhenti
setelah 3 x 24 jam sejak dirawat, walaupun hanya sedikit-sedikit.
Indikasi pertama ialah yang paling mutlak, pembedahan tetap
dijalankan meskipun penderita dalam keadaan koma.
Pada perdarahan saluran cerna bagian atas yang disebabkan
oleh pecahnya varises esofagus, sementara menunggu persiapan
pembedahan/transportasi, dapat dicoba pemasangan balon modifikasi atau (bila
ada) pipa Sengstaken-Blakemore.
Pipa ini dimasukkan melalui hidung ke dalam lambung;
sebelumnya penderita dapat diberi petidin 15-20 mg im/iv. Setelah mencapai
lambung, dipompakan udara melalui dua lumen yang masing-masing berhubungan
dengan balon retensi dalam lambung dan sebuah balon silindrik yang berfungsi
menekan dinding esofagus. Lumen ketiga berfungsi untuk aspirasi isi lambung
atau memasukkan obat-obatan.
Komplikasi tindakan ini antara lain perdarahan ulang, erosi
esofagus, sumbatan jalan nafas dan aspirasi. Pembedahan darurat yang dapat
dilakukan :
1.
Transaksi esofagus atau reseksi
lambung dengan/tanpa alat anastomosis Boerema.
2.
Shunt porto-kaval atau spleno-renal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar