Selasa, 23 Agustus 2011

DIFTERI

Difteri

Definisi
Difteria merupakan penyakit infeksi akut yang sangat menular, disebabkan oleh Corynebacterium
diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudo-membran pada kulit dan/atau mukosa.
Dikenal 3 tipe utama C. diphtheriae, yaitu tipe gravis, intermedius, dan mitis namun dipandang dari
sudut antigenisitas sebenarnya basil ini merupakan spesies yang bersifat heterogen dan mempunyai
banyak tipe serologik.
Difteria ditularkan melalui kontak dengan pasien atau karier dengan cara droplet. Muntahan/debu bisa
merupakan wahana penularan (vehicles of transmission). Difteria kulit, meskipun jarang dibahas,
memegang peran yang cukup penting secara epidemiologik.
Difteria tersebar luas di seluruh dunia. Angka kejadian menurun secara nyata setelah Perang Dunia II,
setelah penggunaan toksoid difteria. Demikian pula terdapat penurunan mortalitas yang berkisar antara
5-10%. Faktor sosial-ekonomi, overcrowding, nutrisi jelek, terbatasnya fasilitas kesehatan merupakan
faktor penting terjadinya penyakit ini.

Gejala dan tanda
1. Difteria hidung
 Menyerupai common cold dengan gejala pilek ringan tanpa atau disertai gejala sistemik ringan.
 Sekret hidung berangsur menjadi serosanguinus dan kemudian mukopurulen menyebabkan
lecet pada nares dan bibir atas.
 Membran putih pada daerah septum nasi.
2. Difteria tonsil-faring
 Anoreksia, malaise, demam ringan, dan nyeri menelan.
 Dalam 1-2 hari kemudian timbul membran yang melekat, berwarna putih kelabu dapat menutup
tonsil dan dinding faring, meluas ke uvula dan palatum molle atau ke bawah ke laring dan trakea,
yang mudah berdarah.

 Limfadenitis servikal dan submandibular, bila limfadenitis terjadi bersama dengan edema
jaringan lunak leher yang luas, timbul bullneck.
 Pada kasus berat, dapat terjadi gagal napas.
 Dapat terjadi paralisis palatum molle, baik uni maupun bilateral, disertai kesukaran menelan
dan regurgitasi.
3. Difteria laring
 Gejala klinis sukar dibedakan dari tipe infectious croups lainnya seperti napas berbunyi, stridor
progresif, suara parau, dan batuk kering
 Bila terjadi perluasan dari difteria faring maka gejala yang tampak merupakan campuran gejala
obstruksi dan toksemia.
4. Lain-lain
 Difteria kulit, vulvovaginal, konjungtiva, dan telinga.

Diagnosis
Diagnosis difteria ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penentuan kuman difteria
dengan sediaan langsung kurang dapat dipercaya. Cara yang lebih akurat adalah dengan identifikasi
dengan flourescent antibody technique. Diagnosis pasti adalah dengan isolasi C. diphtheriae dengan
pembiakan pada media Loeffler.

Penatalaksanaan
Secara umum pasien sebaiknya diisolasi sampai masa akut terlampaui (biasanya sampai 2-3 minggu),
tirah baring, pemberian cairan serta diet yang adekuat, dan jaga agar napas tetap bebas.
Penatalaksanaan Spesifik, pasien diberikan antitoksin Anti Diphtheria Serum (ADS) yang diberikan
segera setelah dibuat diagnosis difteria
Antibiotik (penisislin prokain), diberikan untuk eradikasi kuman. Steroid diberikan bila terdapat gejala
obstruksi saluran napas bagian atas (dengan atau tanpa bullneck) atau bila terdapat miokarditis.
Kortikosteroid tidak bermanfaat untuk mencegah miokarditis.

Pencegahan
Imunitas pasif diperoleh secara transplasental dari ibu yang kebal terhadap difteria sampai 6 bulan atau
suntikan antitoksin yang bertahan selama 2-3 minggu. Imunitas aktif diperoleh setelah menderita aktif
yang nyata atau inapparent infection serta imunisasi toksoid difteria.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar