Melena adalah pengeluaran feses atau tinja yang berwarna hitam seperti ter dan berisi darah yang telah dicerna. Fesesnya dapat terlihat seperti mengkilat, berbau busuk, dan lengket. (1)
Warna melena tergantung dari lamanya hubungan antara darah dengan asam lambung, besar kecilnya perdarahan, kecepatan perdarahan, lokasi perdarahan dan pergerakan usus.(2)
Patogenesis
Pada melena, dalam perjalannya melalui usus, darah menjadi berwarna merah gelap bahkan hitam. Perubahan warna ini disebabkan oleh HCL lambung, pepsin, dan warna hitam ini diduga karena adanya pigmen porfirin. Kadang-kadang pada perdarahan saluran cerna bagian bawah dari usus halus atau kolon asenden, feses dapat berwarna merah terang/gelap.(3)
Diperkirakan darah yang muncul dari duodenum dan jejunum akan tertahan pada saluran cerna sekitar 6-8 jam untuk merubah warna feses menjadi hitam. Paling sedikit perdarahan sebanyak 50-100 cc baru dijumpai keadaan melena. Feses tetap berwarna hitam seperti ter selama 48-72 jam setelah perdarahan berhenti. Ini bukan berarti keluarnya feses yang berwarna hitam tersebut menandakan perdarahan masih berlangsung. Darah yang tersembunyi terdapat pada feses selama 7-10 hari setelah episode perdarahan tunggal.(4)
Etiologi
1. Penyakit Esofagus :
a. Varies esofagus
b. Esofagitis dan ulkus peptic esophagus
c. Tumor jinak dan ganas
d. Sindrom Mallory-Weiss
e. Sindrom Barret
2. Penyakit Lambung dan Duodenum
a. Ulkus peptikum
b. Gastritis dan gastritis erosiva
c. Tumor lambung jinak dan ganas
d. Karsinoma lambung dan ampula vateri
e. Pecahnya pembuluh darah yang sklerotik, TBC, divertikulum sifilis, jaringan pankreas heterotropik, hernia hiatus esophagus, benda asing, ulkus duodenum, tukak stress akut.
3. Penyakit usus halus
a. Tumor jinak dan ganas
b. Syndrome Peutz- Jegher
c. Divertikulum Meckel
4. Penyakit kolon proksimal
a. Tumor jinak dan ganas
b. Divertikulosis
c. Ulserasi dan kolitis granulomatosa
d. Tuberkulosis
e. Disentri amuba
f. Lain-lain ( Telangiektasis, Aneurisma sirsoid )
5. Kelainan darah : polisitemia vera, limfoma, leukemia, anemia pernisiosa, hemofilia, hipoprotrombinemia, multiple mieloma, penyakit Christmas trombositopenia purpura, non-trombositopenia purpura dan lain-lain.
6. Penyakit pembuluh darah
a. Telangiektasis hemoragik herediter
b. Hemangioma kavernosum
7. Penyakit sistemik : amiloidosis, sarkoidosis, penyakit jaringan ikat, uremia dan lain-lain (4)
8. Penyakit infeksi : DHF, Leptospirosis (5)
9. Obat-obat ulserogenik : salisilat, kortikosteroid, alkohol, NSAID (indometasin, fenilbutazon, ibuprofen, nalproksen), sulfonamid, steroid, digitalis.
10. Kafein, alkohol, dll.(6)
Diagnostik
· Anamnesis
Dilakukan anamnesis yang teliti dan bila keadaan umum penderita lemah dapat dilakukan alloanamnesis. Perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu seperti hepatitis, penyakit hati menahun, alkoholisme, penyakit lambung, pemakaian obat-obat ulserogenik, dan penyakit darah seperti leukemia dan lain-lain.(2)
1. Penderita dengan riwayat ulkus peptikum, maka ulkus ini merupakan sumber perdarahan
2 Riwayat sering mengalami perdarahan mengarah ke kelainan darah.
3. Riwayat perdarahan saluran cerna pada keluarga berhubungan dengan hemofilia atau telangiektasis hemoragik herediter.
4. Riwayat alkoholisme menunjukan ada varises atau gastritis
5. Anamnesis Penggunaan obat-obat ulserogenik karena obat-obat ini dapat menginduksi perdarahan.
6. Penderita dengan feses hitam perlu ditanyakan tentang penggunaan obat-obat yang dapat merubah warna feses
7. Riwayat muntah-muntah hebat mengarah ke sindrom Mallory-weiss.
8. Hernia hiatus esophagus dicurigai bila penderita mengeluh pirosis yang sudah lama, sendawa, dan rasa tidak enak di daerah substernal atau epigastrium terutama waktu berbaring.
9. Riwayat anoreksia, rasa lemah, berat badan turun, dan keluhan pencernaan, terutama pada orang tua mengarah kepada keganasan.
· Pemeriksaan Diagnostik
1. Pipa NGT dimasukan kedalam lambung untuk mengosongkan lambung, menentukan perdarahan terdapat pada SCBA, untuk memastikan tidak adanya obstruksi pylorus.
2. Tes fluorosein mungkin digunakan untuk menentukan letak perdarahan.
3. Setelah keadaan penderita stabil secepatnya dilakukan pemeriksaan sinar X, endoskopi atau kedua-duanya.
4. Varises esophagus dapat dilihat dengan esofagoskopi atau barium kontras esophagus atau dapat juga dengan venografi splenoportal perkutan.
5. Arteriografi abdomen kadang-kadang dapat membantu menentukan letak perdarahan, terutama pada perdarahan aktif. Juga dapat mendeteksi lesi yang menyebabkan perdarahan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar