IKTERUS
(KUNING) PADA BAYI BARU LAHIR
ETIOLOGI
(Penyebab)
Gejala ikterus berhubungan erat dengan metabolisme bilirubin. Dalam metabolisme bilirubin terdapat 5 faktor penting yaitu :
1. Pembentukan
2. Pengangkutan
3. Penyerapan
4. Konjugasi
5. Ekskresi
Ikterus secara teoritik berdasarkan gangguan metabolisme kelima faktor tersebut.
Disfungsi atau gangguan faktor-faktor tersebut dapat timbul akibat :
1. Kelainan herediter atau kongenital
2. Infeksi
3. Trauma
4. Keganasan, tumor, batu
5. Degeneratif
Untuk mengklasifikasikan ikterus dapat berdasarkan :
1. Tempat anatomi lesi patologik yang menyebabkan ikterus (prehepatik, hepatik dan pascahepatik).
2. Sebab patologik (infeksi, trauma dan sebagainya)
3. Jenis perubahan dalam metabolisme bilirubin.
PATOFISIOLOGI
Kurang lebih 80 - 85 % bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit tua. Sisanya 15 - 20 % bilirubin berasal dari penghancuran eritrosit muda karena proses eritropoesis yang inefektif di sumsum tulang, hasil metabolisme proein yang mengandung heme lain seperti sitokrom P-450 hepatik, katalase, peroksidase, mioglobin otot dan enzim yang mengandung heme dengan distribusi luas
Gangguan metabolisme bilirubin dapat terjadi lewat salah satu dari keempat mekanisme ini :
Over produksi, Penurunan ambilan hepatic, Penurunan konjugasi hepatic, Penurunan eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atau obstruksi mekanik ekstrahepatik)
1. Over produksi
Peningkatan jumlah hemoglobin yang dilepas dari sel darah merah yang sudah tua atau yang mengalami hemolisis akan meningkatkan produksi bilirubin. Penghancuran eritrosit yang menimbulkan hiperbilirubinemia paling sering akibat hemolisis intravaskular (kelainan autoimun, mikroangiopati atau hemoglobinopati) atau akibat resorbsi hematom yang besar. Ikterus yang timbul sering disebut ikterus hemolitik.
Konjugasi dan transfer bilirubin berlangsung normal, tetapi suplai bilirubin tak terkonjugasi melampaui kemampuan sel hati. Akibatnya bilirubin tak terkonjugasi meningkat dalam darah. Karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air maka tidak dapat diekskresikan ke dalam urine dan tidak terjadi bilirubinuria. Tetapi pembentukkan urobilinogen meningkat yang mengakibatkan peningkatan ekskresi dalam urine feces (warna gelap).
Beberapa penyebab ikterus hemolitik : Hemoglobin abnormal (cickle sel hemoglobin), Kelainan eritrosit (sferositosis heriditer),±anemia Antibodi serum (Rh. Inkompatibilitas transfusi), Obat-obatan.
2. Penurunan ambilan hepatik
Pengambilan bilirubin tak terkonjugasi dilakukan dengan memisahkannya dari albumin dan berikatan dengan protein penerima. Beberapa obat-obatan seperti asam flavaspidat, novobiosin dapat mempengaruhi uptake ini.
3. Penurunan konjugasi hepatik
Terjadi gangguan konjugasi bilirubin sehingga terjadi peningkatan bilirubin tak terkonjugasi. Hal ini disebabkan karena defisiensi enzim glukoronil transferase. Terjadi pada : Sindroma Gilberth, Sindroma Crigler Najjar I, Sindroma Crigler Najjar II
4. Penurunan eksresi bilirubin ke dalam empedu (akibat disfungsi intrahepatik atau obstruksi mekanik ekstrahepatik)
Gangguan ekskresi bilirubin dapat disebabkan oleh kelainan intrahepatik dan ekstrahepatik, tergantung ekskresi bilirubin terkonjugasi oleh hepatosit akan menimbulkan masuknya kembali bilirubin ke dalam sirkulasi sistemik sehingga timbul hiperbilirubinemia. Kelainan hepatoseluler dapat berkaitan dengan : reaksi obat, hepatitis alkoholik serta perlemakan hati oleh alkohol. ikterus pada trimester terakhir kehamilan hepatitis virus, sindroma Dubin Johnson dan Rotor, Ikterus pasca bedah.
Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik akan menimbulkan hiperbilirubinemia terkonjugasi yang disertai bilirubinuria. Obstruksi saluran bilier ekstrahepatik dapat total maupun parsial. Obstruksi total dapat disertai tinja yang alkoholik. Penyebab tersering obstruksi bilier ekstrahepatik adalah : sumbatan batu empedu pada ujung bawah ductus koledokus, karsinoma kaput pancreas, karsinoma ampula vateri, striktura pasca peradangan atau operasi.
GEJALA DAN TANDA
a. Fourthy, female, fat, fertile.
b. Mata : xantelasma
c. Warna kulit : kuning pucat, kuning orange atau kuning kehijauan.
d. Gejala sirosis hepatis (kriteria Suharyono Subandiri) : Spider nevi, Asites dengan atau tanpa udema, Hepatosplenomegali, Ratio albumin dan globulin terbalik, Venektasi, Hematemesis, Eritema Palmaris, Ginekomasti.
e. Pemeriksaan regio hipokondria dextra : hepatomegali, murphy sign, pembesaran kandung empedu. Pemeriksaan regio epigastrium : hepatomegali.
f. Bekas garukan (pruritus) dan ekskoriasi.
g. Tanda-tanda gagal jantung kanan : udema kaki, hipertropi ventrikel kanan, pulsasi epigastrium, JVP meningkat, hepatojugular reflux gallop
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Bilirubin serum total, bilirubin direk dan indirek.
2. Darah
3. Protein serum total, albumin serum, globulin serum.
4. Kolesterol total.
5. SGOT (Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase).
6. SGPT (Serum Glutamic Pyruvic Transaminase).
7. Alkali phosphatase.
8. 5 Nukleotidase.
9. Tes serologik : HbsAg, IgM anti HAV
10. BSP (Brom Sulphatalein) dll
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Foto polos abdomen.
2. Ultrasonografi.
3. CT Scan.
4. MRI (Magnetic Resonance Imaging).
5. PTC (Percutans Transhepatic Colangiography).
6. ERCP (Endoscopic Retrograd Cholangiopancreatography
APA
YANG DIMAKSUD DENGAN IKTERUS?
Ikterus
adalah perubahan warna kulit / sclera mata (normal beerwarna putih) menjadi
kuning karena peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang
baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis (normal), terdapat
pada 25% – 50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga bisa merupakan hal
yang patologis (tidak normal) misalnya akibat berlawanannya Rhesus darah
bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu, dan
lain-lain.
APAKAH
BILIRUBIN ITU?
Bilirubin
adalah zat yang terbentuk sebagai akibat dari proses pemecahan Hemoglobin (zat
merah darah) pada system RES dalam tubuh. Selanjutnya mengalami proses
konjugasi di liver, dan akhirnya diekskresi (dikeluarkan) oleh liver ke empedu,
kemudian ke usus.
Ikterus fisiologis
timbul pada hari ke-2 dan ke-3, dan tidak disebabkan oleh kelainan apapun,
kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak
mempunyai potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sedangkan pada ikterus
yang patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut
sebagai hiperbilirubinemia.
Penelitian di RSCM Jakarta menunjukkan bahwa dianggap
hiperbilirubinemia bila:
1. Ikterus terjadi pada 24 jam pertama
2. Peningkatan konsentrasi bilirubin darah lebih dari 5 mg%
atau lebih setiap 24 jam
3. Konsentrasi bilirubin darah 10 mg% pada neonatus (bayi
baru lahir) kurang bulan, dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan
4. Ikterus yang disertai proses hemolisis (pemecahan darah
yang berlebihan) pada inkompatibilitas darah (darah ibu berlawanan rhesus
dengan bayinya), kekurangan enzim G-6-PD, dan sepsis)
5. Ikterus yang disertai dengan keadaan-keadaan sebagai
berikut:
§
Berat lahir kurang dari 2 kg
§
Masa kehamilan kurang dari 36 minggu
§
Asfiksia, hipoksia (kekurangan
oksigen), sindrom gangguan pernafasan
§
Infeksi
§
Trauma lahir pada kepala
§
Hipoglikemi (kadar gula terlalu
rendah), hipercarbia (kelebihan carbondioksida)
Yang
sangat berbahaya pada ikterus ini adalah keadaan yang disebut “Kernikterus”.
Kernikterus adalah suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin
indirek pada otak. Gejalanya antara lain: mata yang berputar,
kesadaran menurun, tak mau minum atau menghisap, ketegangan otot, leher kaku,
dan akhirnya kejang, Pada umur yang lebih lanjut, bila bayi ini bertahan hidup
dapat terjadi spasme (kekakuan) otot, kejang, tuli, gangguan bicara dan
keterbelakangan mental.
BAGAIMANA
MELIHAT IKTERUS PADA BAYI KITA?
Pengamatan
ikterus kadang-kadang agak sulit apalagi dengan cahaya buatan. Paling baik
pengamatan dilakukan dengan cahaya matahari dengan cara menekan sedikit kulit
yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi. Jika
warna kulit tetap kuning, berarti kemungkinan bayi kita telah mengalami
ikterus, dan kadar bilirubinnya tinggi. Ikterus pada bayi baru lahir baru
terlihat kalau kadar bilirubin mencapai 5 mg%. Pengamatan di RSCM menunjukkan
ikterus baru terlihat jelas saat kadar bilirubin mencapai 6 %.
APA
SAJA PENYEBAB IKTERUS?
Penyebab
ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain:
- Produksi yang berlebihan, misalnya pada pemecahan darah
(hemolisis) yang berlebihan pada incompatibilitas (ketidaksesuaian) darah
bayi dengan ibunya.
- Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari
gangguan fungsi liver.
- Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang
mengikat bilirubin.
- Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam
liver (karena infeksi atau kerusakan sel liver).
BAGAIMANA
PENATALAKSANAAN IKTERUS?
- Bawa segera ke tenaga kesehatan untuk memastikan
kondisi ikterus pada bayi kita masih dalam batas normal (fisiologis)
ataukah sudah patologis.
- Dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan analisa
penyebab yang mungkin. Bila diduga kadar bilirubin bayi sangat tinggi atau
tampak tanda-tanda bahaya, dokter akan merujuk ke RS agar bayi mendapatkan
pemeriksaan dan perawatan yang memadai.
- Di rumah sakit, bila diperlukan akan dilakukan
pengobatan dengan pemberian albumin, fototerapi (terapi sinar), atau
tranfusi tukar pada kasus yang lebih berat.
Terapi
sinar pada ikterus bayi baru lahir:
Pengaruh
sinar terhadap ikterus pertama-tama diperhatikan oleh salah seorang perawat di salah
satu rumah sakit di Inggris. Perawat tersebut melihat bahwa bayi yang
mendapatkan sinar matahari di bangsalnya ternyata ikterusnya lebih cepat
menghilang dibandingkan dengan bayi lainnya. Cremer (1958) yang mendapatkan
laporan tersebut mulai melakukan penelitian mengenai pengaruh sinar terhadap
hiperbilirubinemia ini. Dari penelitiannya terbukti bahwa disamping sinar
matahari, sinar lampui tertentu juga mempunyai pengaruh dalam menurunkan kadar
bilirubin pada bayi prematur yang diselidikinya.
Terapi
sinar tidak hanya bermanfaat untuk bayi kurang bulan tetapi juga efektif
terhadap hiperbilirubinemia oleh sebab lain. Pengobatan cara ini menunjukkan
efek samping yang minimal, dan belum pernah dilaporkan efek jangka panjang yang
berbahaya.
TATA
CARA/PERAWATAN BAYI DENGAN TERAPI SINAR
Bila
bayi kita terpaksa dirawat di RS untuk mendapatkan terapi sinar, sebagai ibu
kita perlu benar-benar memahami dan mengerti tata cara terapi sinar ini agar
hasilnya bisa optimal, dan yang lebih penting lagi mengantisipasi semua efek
samping yang mungkin muncul.
Dalam
perawatan bayi dengan terapi sinar, yang perlu diperhatikan:
- Diusahakan bagian tubuh bayi yang terkena sinar dapat
seluas mungkin dengan membuka pakaian bayi.
- Kedua mata dan kemaluan harus ditutup dengan penutup yang
dapat memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel
reproduksi bayi.
- Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini
dianggap jarak yang terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal.
- Posisi bayi sebaiknya diubah-ubah setiap 18 jam agar
bagian tubuh bayi yang terkena cahaya dapat menyeluruh.
- Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
- Kadar bilirubin bayi diukur sekurang-kurangnya tiap 24
jam.
- Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada
bayi dengan hemolisis.
- Perhatikan kecukupan cairan tubuh bayi. Bila perlu
konsumsi cairan bayi dinaikkan.
Bila
dievaluasi ternyata tidak banyak perubahan pada kadar bilirubin, perlu
diperhatikan kemungkinan lampu yang kkurang efektif, atau ada komplikasi pada
bayi seperti dehidrasi, hipoksia (kekurangan oksigen), infeksi, gangguan
metabolisme, dan lain-lain.
KOMPLIKASI
APA SAJA YANG DITIMBULKAN OLEH TERAPI SINAR?
Setiap
pengobatan selalu akan menimbulkan efek samping. Dlam penelitian yang dilakukan
selama ini, tidak ditemukan pengaruh negatif terapi sinar terhadap tumbuh
kembang bayi. Efek samping hanya bersifat sementara, dan dapat
dicegah/diperbaiki dengan memperhatikan tata cara penggunaan terapi sinar.
Kelainan
yang mungkin timbul karena terapi sinar antara lain:
- Peningkatan kehilangan cairan tubuh bayi. Karena itu
pemberian cairan harus diperhatikan dengan sebaik-baiknya. Bila bayi bisa
minum ASI, sesering mungkin berikan ASI.
- Frekwensi buang air besar meningkat karena
hiperperistaltik (gerakan usus yang meningkat).
- Timbul kelainan kulit yang bersifat sementara pada
muka, badan, dan alat gerak.
- Kenaikan suhu tubuh.
- Kadang pada beberapa bayi ditemukan gangguan minum,
rewel, yang hanya bersifat sementara.
Komplikasi
biasanya bersifat ringan dan tidak sebanding dengan manfaat penggunaannya.
Karena itu terapi sinar masih merupaka pilihan dalam mengatasi
hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir.
BAGAIMANA
MENCEGAH IKTERUS PADA BAYI KITA?
Ikterus
dapat dicegah sejak masa kehamilan, dengan cara pengawasan kehamilan dengan
baik dan teratur, untuk mencegah sedini mungkin infeksi pada janin, dan
hipoksia(kekurangan oksigen) pada janin di dalam rahim. Pada masa persalinan,
jika terjadi hipoksia, misalnya karena kesulitan lahir, lilitan tali pusat, dan
lain-lain, segera diatasi dengan cepat dan tepat. Sebaiknya, sejak lahir,
biasakan anak dijemur dibawah sinar matahari pagi sekitar jam 7 – jam 8 pagi
setiap hari selama 15 menit dengan membuka pakaiannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar