Khusnudhon Ilahi..Demi sebuah tugas mulia yang ku emban.
ku rela membagi kasih..Dan menduakan keluarga yang dicinta..Mengabdikan diri dengan sepenuh hati..untuk melahirkan CUCU SANG ADAM
Infertilitas
adalah sepasang suami istri tidak dapat
memiliki keturunan setelah dalam waktu lebih dari satu tahun melakukan hubungan
intim secara teratur tanpa alat kontrasepsi.
Infertilitas
adalah kesulitan
untuk memperoleh keturunan pada pasangan yang telah lama melakukan senggama
secara teratur (DepkesRI, 2002).
Secara praktis, pasangan yang ingin punya anak tetapi belum punya anak
dalam 1-2 tahun setelah sering dianggap sebagai infertil. Diperkirakan antara
10-20% pasangan suami istri mengalami infertilitas
(kemandulan).
2.Pengelompokkan
Infertilitas
1.Infertilitas primer
:
Bila suami istri sama sekali belum
pernah mengalami konsepsi.
2.Infertilitas sekunder
:
Bila suami istri pernah mengalami
konsepsi namun kemudian tidak mampu lagi.
3.Faktor
Penyebab
Infertilitas
dapat disebabkan oleh pihak laki-laki (40%),
wanita (40%) dan sisanya akibat kelainan pada suami istri atau tidak diketahui
penyebabnya. Sedangkan di negara berkembang faktor penyebab infertilitas antara lain :
1.Banyaknya
pria dan wanita penderita penyakit kelamin yang tidak mendapatkan pengobatan
memadai. Hal ini mengakibat-kan radang panggul pada wanita dan epididimis pada pria yang dapat
mengurangi kesuburan.
2.Pada
perempuan antara lain :
a.Penyumpatan
pada kedua tuba.
b.Gangguan
ovulasi.
c.Masalah
serviks.
d.Masalah
endokrin.
3.Pada
pria antara lain :
a.Varikosel.
b.Kegagalan
testikuler (Anna Glasier, 2006).
4.Pemeriksaan
Infertilitas
Pemeriksaan infertilitas harus selalu dimulai dengan pertanyaan mengenai
kesehatan. Umumnya dan cara hidup mereka dan riwayat medis yang seksama harus
ditanyakan dengan jelas apakah mereka telah benar-benar menjalani pernikahan
secara benar, dan telah aktif dalam kehidupan seksualnya. Apabila ada masalah
seksual, maka dinasehatkan untuk melakukan konseling psikoseksual dan
pendidikan. Pasangan tersebut sebaiknya dirujuk ke klinik yang sesuai (Naylor,
2005).
5.Syarat-syarat
Pemeriksaan
Setiap pasangan infertil harus diperlakukan sebagai suatu kesatuan. Itu berarti
kalau istri saja dapat diperiksa sedangkan suaminya tidak mau diperiksa.
a.Istri
yang berumur 20-30 tahun baru akan diperiksa setelah berusaha untuk mendapatkan
anak selama 12 bulan. Pemeriskaan dapat dilakukan lebih dini apabila :
1)Pernah
mengalami keguguran berulang
2)Mengidap
kelainan endokrin
3)Pernah
mengalami peradangan rongga panggul atau rongga perut
4)Pernah
mengalami bedah kandungan
b.Istri
yang berumur antara 31-35 tahun dapat diperiksa pada kesempatan pertama
pasangan itu datang kedokter.
c.Istri
pasangan infirtil yang berumut antara
36-30tahun hanya dilakukan pemeriksaan infertil kalau belum mempunyai anak dari
perkawinan ini.
d.Pemeriksaan
infirtilitas tidak dilakukan pada
pasangan infirtil yang salah satu anggota pasangannya mengidap
penyakit yang dapat membahaya-kan kesehatan istri atau anaknya.
1)Pemeriksaan
khusus suami : semen analisa (faktor sperma)
2)Pemeriksaan
khusus istri : faktor ovarium, faktor tuba, faktor uterus, dan faktor serviks.
1.Riwayat
terdahulu
a.Pertumbuhan
badan, termasuk stigma endokrin.
b.Penyakit
TBC, endometrosis dan tumor.
c.Operasi
: trauma di daerah pelvis mis: apendikstome.
d.Perkawinan
yang lalu : fertil dan infertil.
e.Obstetri
: kehamilan, persalinan dan komplikasinya.
f.Ginekologi
: haid, keputihan
g.Pemeriksaan
infertilitas sebelumnya.
2.Riwayat
sekarang
a. Lama infertilitas
:
Pemakaian kontrasepsi dan lamanya
usaha untuk hamil.
b. Kehidupan seks
:
Libido, frekuensi dan teknik coitus
dan kebiasaan pasca coitus.
c. Psikosomatik
:
Umum dan khusus terhadap
infertilitas (Rabet, 2003).
Wasir adalah suatu penyakit yang terjadi pada anus di mana
bibir anus mengalami bengkak yang kadang disertai pendarahan. Penyakit ambeien
ini tidak hanya memberikan rasa sakit kepada pada penderitanya, tetapi juga
memberikan rasa minder dan malu karena mengidap penyakit ambeien.
Pada penderita wasir umumnya sulit untuk duduk dan buang air
besar karena terasa sakit apabila bibir anus atau sphinchter anus mendapat
tekanan. Pada penderita wasir parah terkadang sulit diobati sehingga bisa
diberi tindakan operasi pengangkatan wasir yang bisa memberi efek samping yang
terkadang tidak baik. Oleh sebab itu wasir perlu diwaspadai dan ditangani
dengan baik agar mudah diobati.
Jangan acuhkan dan remehkan penyakit wasir yang anda derita
karena anda bisa dibuat menderita seumur hidup oleh wasir yang tidak
ditanggulangi dengan baik sampai ke akar-akarnya. Selamat membaca artikel wasir
dari organisasi.org semoga anda yang menderita wasir dapat segera sembuh.
B. Jenis-Jenis / Macam-Macam Wasir / Homoroid / Ambeyen
Wasir atau ambeien ada dua macam, yaitu wasir dalam dan
wasir luar. Pada wasir dalam terdapat pembuluh darah pada anus yang ditutupi
oleh selaput lendir yang basah. Jika tidak ditangani bisa terlihat muncul
menonjol ke luar seperti wasir luar.
Gejala wasir dalam adalah suka ada darah yang keluar dari
anus saat bab / buang air besar. Jika sudah parah bisa menonjol keluar dan
terus membesar sebesar bola tenis sehingga harus diambil tindakan operasi untuk
membuang wasir.
Wasir luar merupakan varises di bawah otot yang umumnya
berhubungan dengan kulit. Biasanya wasir ini terlihat tonjolan bengkak kebiruan
pada pinggir anus yang terasa sakit dan gatal.
C. Hal-Hal / Faktor Pemicu Yang Menyebabkan atau Penyebab
Wasir / Ambeien / Hemoroid
Wasir dapat diakibatkan oleh hal-hal berikut di bawah ini
sehingga perlu diwaspadai dan dihindari :
1. Terlalu banyak duduk
2. Diare menahun
3. Kehamilan ibu hamil yang diakibatkan perubahan hormon
4. Keturunan penderita wasir
5. Hubungan seks yang tidak lazim
6. Penyakit yang membuat mengejan penderita
7. Sembelit / konstipasi / obsitpasi menahun
8. Penekanan kembali aliran darah vena, dll.
D. Ciri Khas / Gejala Penyakit Wasir / Ambeien / Hemoroid
Sebelum parah sebaiknya kita mengenal seperti apa penyakit
wasir ada awal mulanya sehingga kita bisa obati sedini mungkin. Biasanya
penderita akan mengalami pendarahan dubur dengan warna darah merah muda yang
menetes atau mengalir lewat lubang dubur / anus. Penderita juga akan merasa ada
ganjalan pada anus ketika bab sehingga penderita akan ngeden / mengejan yang
bisa memperparah wasirnya. Selain itu biasanya anus akan terasa gatal akibat
virus dan bakteri yang membuat infeksi.
E. Mengatasi, Mengobati & Menyembuhkan Wasir / Ambeyen /
Hemoroid
Untuk menghilangkan wasir secara total sebaiknya anda
menjalankan beberapa tips menyembuhkan wasir serta melakukan konsultasi dengan
dokter.
1.Jalankan pola hidup sehat
2. Olah raga secara teratur
3. Makan makanan berserat
4. Hindari terlalu banyak duduk atau nongkrong di wc / toilet
5. Jangan merokok, minum minuman keras, narkoba, dll
6. Jangan melakukan aktivitas hubungan seks yang tidak wajar
7. Minum air yang cukup
8. Jangan menahan kencing dan berak
9. Jangan suka menggosok dan menggaruk dubur berlebihan
10. Jangan mengejan / mengeden / ngeden berlebihan
11. Jika tidak ingin pup / bab jangan dipaksa
12. Duduk berendam pada air yang hangat
13. Minum obat sesuai anjuran dokter
Pengobatan
Hemoroid / Wasir
Biasanya, wasir tidak membutuhkan pengobatan
kecuali bila menyebabkan gejala.
Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi
sembelit dan peregangan yang menyertainya.
Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita
wasir yang mengalami perdarahan. Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh
jaringan parut.
Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi
terhadap suntikan skleroterapi, diikat dengan pita karet. Cara ini, disebut
ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
Pengobatan ini dilakukan dengan selang waktu 2
minggu atau lebih. Mungkin diperlukan 3-6 kali pengobatan.
Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan
laser (perusakan laser), sinar infra merah (fotokoagulasi infra merah) atau dengan
arus listrik (elektrokoagulasi).
Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain
gagal.
OBAT HEMOROID
Obat pencernaan golongan ini untuk permasalahan
pada anus yaitu hemoroid/wasir atau luka.
Kandungan obat hemoroid / wasir di Indonesia
bisa dijabarkan sebagai berikut :
Polidocanol
Polidocanol untuk wasir /
hemoroid dalam bentuk sediaan injeksi (ampul).
Senyawa bismuth dan kombinasinya
Terdapat kombinasi dengan
Hydrokortison, sediaan obat wasir ini biasa dalam bentuk suppositoria.
Ekstrak tumbuh-tumbuhan
Banyak zat berkhasiat dari
ekstrak tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengurangi gejala penyakit.
Seperti : Graptophyllum pictum, Sophora japonica , Rubia cordifolia , Coleus
atropurpureus , Sanguisorba officinalis , Kaemferiae angustifoliae , Curcuma
heyneanae
Ada yang dalam bentuk kapsul
untuk oral maupun dalam bentuk suppositoria dan salep untuk pemakaian luar.
Senyawa flucortolone dan kombinasinya
Sediaan yang tersedia untuk obat
wasir dengan kandungan zat aktif ini adalah suppositoria dan krim untuk
pemaakian lokal.
Selain obat di atas juga ada
kombinasi lainnya senyawa alumunium, senyawa zink, hydrokortison dan lidokain
dalam bentuk krim.
Pada obat ini Lidokain berfungsi
untuk menghilangkan rasa tidakenak/sakit karena bersifat bius lokal.
Bila wasir dengan bekuan darah menyebabkan
nyeri, maka bisa diobati dengan cara:
duduk berendam dalam air hangat
mengoleskan salep obat bius lokal
pengompresan dengan kemiri.
Nyeri dan pembengkakan biasanya akan berkurang
beberapa saat kemudian, dan bekuan menghilang setelah 4-6 minggu.
Pilihan lainnya adalah memotong vena dan
mengeluarkan bekuan, yang dengan segera akan mengurangi nyeri.
Ini kabar baik bagi para
penderita wasir alias ambeien, atau hemoroid. Mereka yang dulu takut harus
menjalani operasi pengangkatan wasir, kini bisa memilih cara penyembuhan
non-operasi yang lebih ramah.
Bila mendengar kata
operasi (pembedahan), yang terlintas dalam pikiran penderita wasir adalah
kilatan pisau yang menakutkan. Belum apa-apa sudah ngeri membayangkan peralatan
tajam ini beraksi merobek dan mengaduk-aduk bagian tubuh. Bagi pasien, ini
merupakan bagian dari perjuangannya dalam upaya menyingkirkan gumpalan di
“kutub selatan”-nya. Itulah sebabnya, banyak penderita hemoroid segan menjalani
pembedahan. Kalau masih memungkinkan, penderita wasir tentu akan memilih cara
penanganan lain.
Anus juga harus
diperbaiki
Hemoroid merupakan
pelebaran pembuluh darah di bawah selaput lendir anus (flexus hemorrhoidal)
menjadi semacam benang kusut sehingga membentuk gumpalan atau benjolan.
Kebanyakan hemoroid ini terjadi di dalam sehingga disebut haemorrhoid
interna. Karena letaknya di dalam inilah yang sering merepotkan
penderitanya. Sedangkan wasir yang terjadi di luar atau haemorrhoid
externa jumlah kasusnya hanya sedikit, sekitar 5 -7%.
Menurut konsep
kedokteran Barat, terjadinya hemoroid disebabkan karena terhambatnya aliran
mudik darah menuju jantung, sehingga pembuluh darahnya melebar.
Sedikit berbeda dengan
pengertian di atas, konsep kedokteran Timur menjelaskan bahwa terjadinya
hemoroid bukan semata-mata ada hambatan backflow, tapi karena
struktur anusnya juga salah. Ini didukung oleh penelitian, yang menyatakan 90%
wasir disebabkan oleh faktor keturunan. Karena adanya faktor keturunan, berarti
struktur anus itu yang salah.
Pada anus terdapat otot
lingkar yang mencengkeram terus selama 24 jam. Ia hanya berelaksasi ketika ada
rombongan kotoran hendak berangkat ke “dunia” baru. Diduga, wasir terjadi
karena ada bagian yang lemah dari struktur anus pencengkeram itu. “Karena itu,
dalam mengobati wasir, tidak cukup dengan mengobati wasirnya, tapi kontraksi
otot anusnya pun harus diperbaiki,” ungkap dr. Niko M. Manaf, ahli bedah
digestif RS. Kartika, Polumas, Jakarta.
Kondisi hemoroid
dibedakan atas 4 tingkat. Tingkat pertama, hanya terjadi perdarahan dengan rasa
gatal. Tingkat kedua, terjadi perdarahan disertai rasa sakit dan munculnya
benjolan kecil yang belum mengganggu proses buang air besar. Tingkat ketiga,
adanya perdarahan dengan benjolan yang keluar sesudah buang air besar, tetapi
dapat masuk sendiri. Tingkat keempat ditandai dengan benjolan yang nongol
setelah buang hajat tidak dapat masuk sendiri, sehingga harus dibantu untuk
memasukkannya kembali. Bahkan, dr. Niko M. Manaf menambahkan gradasi kelima,
yakni ketika benjolan tidak dapat didorong masuk kembali. Ini terjadi lantaran
adanya proses fibrosis (pengerasan) atau pembentukan thrombosis (pembekuan
darah). Pada tingkat ini penderita biasanya sangat kesakitan.
Perbedaan tingkatan
hemoroid inilah yang kemudian membedakan cara penanganannya. Untuk kasus ringan
biasanya cukup dikendalikan dengan minum, makan menu tinggi serat, dan buang
hajat secara rutin. Krim mengandung obat kortikosteroid dan bahan anestetik
lokal dapat mengurangi pembengkakan dan nyeri. Namun, kemungkinan munculnya
kembali hemoroid masih terbuka lebar.
Ambeien yang lebih berat
bisa diatasi dengan cara pengikatan bagian yang bengkak dengan karet agar
“mati” dan lepas dengan sendirinya. Namun, cara pengikatan pangkal hemoroid ini
sudah sangat ketinggalan zaman dan hanya kalangan terbatas yang masih
mempraktikkan. Keberhasilannya pun tidak bisa dijamin, bahkan seringkali
menimbulkan infeksi yang menyiksa atau perdarahan yang luar biasa. Sampai saat
ini, “Satu-satunya terapi terbaik adalah mengangkat benjolan itu,” jelas dr.
Niko. Teknik operasinya beragam. Bisa dengan cara konvensional, cryosurgery (operasi
ekstradingin), atau bisa pula dengan operasi menggunakan sinar laser. Setelah
operasi, “Pembuluh darah baru akan terbentuk. Tapi, yang baru pun kalau
hambatannya masih ada, hemoroid akan muncul lagi,” tambahnya. Menurut dia,
dengan operasi angka kambuhnya mencapai 60% dalam tempo setahun dan 70 – 80%
dalam waktu 2 tahun.
Pengikatan arteri
Kalau segan atau takut
menjalani operasi, penderita bisa pula memilih tindakan non-operasi. Di
antaranya, yang cukup modern dan sudah diterima di dunia kedokteran adalah sclerotherapy (penyuntikan
cairan iritan). Dengan cara ini pembuluh darah yang membengkak akan mengalami
pengkerutan. Atau, dengan metode Transproctoscopie Doppler Ultrasound
Haemorrhoidal Artery Ligation (TDUHAL) yang sudah banyak dikembangkan di
Australia. Pelaksanaan metode ini cukup sederhana; pasien hanya menjalani
tindakan pengikatan pembuluh darah arteri yang mengarah ke pembengkakan
ambeien.
Ciri khas metode TDUHAL
adalah dipergunakannya alat bantu doppler
Ciri khas
metode TDUHAL adalah dipergunakannya alat bantudoppler ultrasoundbeserta
perlengkapan pendukungnya. Pada peralatan canggih dan mahal ini terdapatdoppler transducer, semacam
sensor yang dilengkapi pengeras suara. Dengan bantuan alat ini, dokter bisa
mendengarkan suara detak nadi sehingga bisa diketahui arteri mana yang
bermasalah. Di depandoppler
transducer, terdapat jendela kecil dan lampu. Dari lubang inilah dokter
melakukan pengikatan pada arteri bermasalah tadi. Titik pengikatan kira-kira 10
cm dari anus.
Dengan terapi
pendahuluan berupa pemberian obat penenang agar tidak gelisah, tindakan ini
hanya memerlukan waktu 15 menit ditambah untuk pemulihan akibat obat penenang
selama sekitar 30 menit. “Pembiusan tidak diperlukan dan rasa nyeri relatif
tidak terlalu mengganggu,” jelas dr. Henry Santoso, ahli bedah Procto Center
Indonesia (PCI) yang mempraktikkan metoda TDUHAL.
Menurut Nur
Damnur (56) yang ditemuiIntisariusai menjalani tindakan TDUHAL,
penanganan ambeien dengan cara ini tidak menimbulkan rasa sakit berarti. “Ya,
waktu alat (doppler,Red.)
dimasukkan saja yang terasa sedikit sakit. Setelah masuk, saya tidak merasakan
apa-apa. Tahu-tahu sudah selesai,” ujarnya.
Pasca tindakan
tidak diperlukan perawatan khusus. Pasien tidak perlu menjalani rawat inap. Dia
hanya diberi obat antibiotika, obat antinyeri, obat hemoroid (anusol), dan obat
pencahar untuk melembekkkan kotoran. “Obat antinyeri diberikan karena ambang
nyeri tiap orang berbeda-beda. Obat ini cuma diminum bila terasa nyeri.
Sedangkan anusol diberikan untuk menyusutkan pembengkakan yang terjadi di
sekitar pengikatan.”
Dengan
dilakukannya pengikatan arteri, hemoroid tidak lagi mendapat pasokan darah.
“Menurut teori, dua minggu setelah pengikatan, pembuluh darah akan mati,” tutur
dr. Henry yang mendapat pelatihan metode ini di Korea Selatan. Karena itu,
lama-kelamaan benjolan akan menyusut, bukan hilang. Tingkat keberhasilan metoda
ini sekitar 80%.
Menurut
Bambang Budiono (41), yang telah menjalani tindakan TDUHAL satu setengah tahun
lalu, kini ambeiennya sudah mengecil. Padahal, ketika menjalani tindakan TDUHAL
hemoroidnya sudah mencapai tingkat kedua.
Dr. Henry
menambahkan, metoda TDUHAL paling baik untuk menangani hemoroid sampai tingkat
ketiga. Makin parah ambeien yang diderita pasien, makin banyak pengikatan yang
dilakukan. Sedangkan untuk tingkat keempat, dr. Henry tetap menyarankan
tindakan operasi yang dipilih. “Namun, kalau pasien masih bersikeras tidak mau
dioperasi, dengan alasan tertentu, metode TDUHAL masih bisa dicoba.
Kadang-kadang, tindakannya tidak bisa dilakukan hanya sekali, melainkan sampai
dua atau tiga kali. Hasilnya pun cukup bagus,” tambahnya.
Penyuntikan
wasir dan otot anus
Pengobatan
wasir akan sedikit berbeda kalau konsep kedokteran Timur yang digunakan.
Berdasarkan konsep kedokteran ini, ada metode penanganan ambeien yang lebih
menjanjikan, yakni dengan injeksi obat wasir. Yang disuntik dalam metode yang
pertama kali digunakan pada tahun 1993 ini bukan cuma wasirnya, tapi juga otot
anusnya. Tujuannya agar otot anus bisa mencengkeram dengan baik dan merata di
seluruh bagian.
Macam obatnya
cukup banyak, tergantung tingkat keparahan ambeiennya. Makin parah tingkatan
penyakitnya, diperlukan kualitas obat wasir yang makin bagus. Dengan obat yang
lebih bagus, perbaikan yang terjadi akan lebih baik. Obat ini akan berada di
bagian yang disuntikkan sekitar 2 minggu. “Selama dua minggu itu dia
memperbaiki struktur otot
anus. Dia akan
memperbaiki kontraksinya, membentuk aliran darah baru, dan menghilangkan
varisesnya. Wasirnya tidak mengkerut melainkan mencair dan diserap tubuh,”
jelas dr. Niko.
Diharapakan, dengan
sekali tindakan, wasir tidak kambuh lagi. “Seperti dikatakan oleh penemu obat
wasir ini, sekali suntik untuk seumur hidup. Mudah-mudahan begitu. Saya sudah
menolong ribuan orang, hasilnya kira-kira seperti itu,” ujar dr. Niko. Tingkat
kegagalannya diperkirakan cuma 2%. “Yang tidak berhasil itu karena tidak
mengikuti petunjuk. Umpamanya hari ini disuntik, beberapa jam kemudian pulang
ke Bali dengan kereta api, sehingga mekanisme pengobatannya tidak jalan,”
ungkapnya.
Menurut Niko, selain
tidak memberikan efek sampingan, metode ini juga bisa diterapkan untuk semua
tingkat ambeien. Bila telah mencapai tingkat kelima (pembagian tingkatan
hemoroid dr. Niko), penanganan wasir perlu disertai tindakan operasi ringan
yang bersifat korektif di lingkaran anus.
Namun, apa pun metoda
penyembuhan ambeien yang dipilih, menurut dr. Niko, tidak akan berarti bila
tidak disertai perubahan pola makan, olahraga, perilaku ke belakang. Pasalnya,
peluang munculnya kembali penyakit yang telah disingkirkan tadi cukup erat
dengan pola hidup yang dijalani. Dalam pengaturan pola makan, perlu menyertakan
sayur-sayuran dan buah-buahan dalam jumlah cukup, serta meningkatkan makanan
berserat tinggi. Olahraga dipilih yang memberikan beban ringan pada perut dan
anus, seperti berenang. Jenis olahraga macam voli, basket, apalagi angkat besi,
perlu dihindari. Saat bekerja, setelah duduk 3 – 4 jam sebaiknya berdiri untuk
istirahat sambil berjalan. Lebih bagus lagi melakukan senam berdiri-jongkok,
mengoyangkan pinggul, dan tarik-lepas napas. Perilaku buang hajat sebaiknya
dilakukan secara teratur. Yang normal, sehari sekali. Diharapkan, dengan pola
hidup macam ini tindakan penyembuhan wasir yang dipilih bisa memberi hasil yang
baik untuk selamanya. (I Gede Agung Yudana)
Tetanus adalah suatu toksemia akut yang disebabkan oleh
neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot
yang periodik dan berat
Tetanus ini biasanya akut dan
menimbulkan paralitik spastik yang disebabkan tetanospasmin. Tetanospamin
merupakan neurotoksin yang diproduksi oleh Clostridium tetani.
Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease ". Dan
pada tahun 1890, diketemukan toksin seperti strichnine, kemudian dikenal dengan
tetanospasmin, yang diisolasi dari tanah anaerob yang mengandung bakteri.
lmunisasi dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari
tetanus. ( Nicalaier 1884, Behring dan Kitasato 1890 ).
Spora Clostridium tetani biasanya masuk
kedalam tubuh melalui luka pada kulit oleh karena terpotong , tertusuk ataupun
luka bakar serta pada infeksi tali pusat.
ETIOLOGI
Tetanus disebabkan oleh bakteri gram
positif; Cloastridium tetani Bakteri ini berspora, dijumpai pada tinja binatang
terutama kuda, juga bisa pada manusia dan juga pada tanah yang terkontaminasi
dengan tinja binatang tersebut. Spora ini bisa tahan beberapa bulan bahkan
beberapa tahun, jika ia menginfeksi luka seseorang atau bersamaan dengan benda
daging atau bakteri lain, ia akan memasuki tubuh penderita tersebut, lalu
mengeluarkan toksin yang bernama tetanospasmin.
Pada negara belum berkembang, tetanus
sering dijumpai pada neonatus, bakteri masuk melalui tali pusat sewaktu
persalinan yang tidak baik, tetanus ini dikenal dengan nama tetanus neonatorum.
PATOGENESE
Tetanospasmin adalah toksin yang menyebabkan spasme,bekerja pada
beberapa level dari susunan syaraf pusat, dengan cara :
a.Tobin menghalangi neuromuscular transmission dengan cara
menghambat pelepasan acethyl-choline dari terminal nerve di otot.
b.Kharekteristik spasme dari tetanus ( seperti strichmine )
terjadi karena toksin mengganggu fungsi dari refleks synaptik di spinal cord.
c.Kejang pada tetanus, mungkin disebabkan pengikatan dari toksin
oleh cerebral ganglioside.
d.Beberapa penderita mengalami gangguan dari Autonomik Nervous
System (ANS ) dengan gejala : berkeringat, hipertensi yang fluktuasi,
periodisiti takikhardia, aritmia jantung, peninggian cathecholamine dalam urine
Kerja dari tetanospamin analog dengan
strychninee, dimana ia mengintervensi fungsi dari arcus refleks yaitu dengan
cara menekan neuron spinal dan menginhibisi terhadap batang otak.
Timbulnya kegagalan mekanisme inhibisi
yang normal, yang menyebabkan meningkatnya aktifitas dari neuron Yang mensarafi
otot masetter sehingga terjadi trismus. Oleh karena otot masetter adalah otot
yang paling sensitif terhadap toksin tetanus tersebut. Stimuli terhadap afferen
tidak hanya menimbulkan kontraksi yang kuat, tetapi juga dihilangkannya
kontraksi agonis dan antagonis sehingga timbul spasme otot yang khas .
Ada dua hipotesis tentang cara bekerjanya toksin,
yaitu:
1.
Toksin diabsorbsi pada ujung syaraf motorik dari melalui sumbu silindrik dibawa
kekornu anterior susunan syaraf pusat
2.
Toksin diabsorbsi oleh susunan limfatik, masuk kedalam sirkulasi darah arteri
kemudian masuk kedalam susunan syaraf pusat.
PATHOLOGI
Toksin tetanospamin menyebar dari saraf perifer
secara ascending bermigrasi secara sentripetal atau secara retrogard mcncapai
CNS. Penjalaran terjadi didalam axis silinder dari sarung parineural. Teori
terbaru berpendapat bahwa toksin juga menyebar secara luas melalui darah
(hematogen) dan jaringan/sistem lymphatic
GEJALA KLINIS
Masa inkubasi 5-14 hari, tetapi bisa lebih pendek (1
hari atau lebih lama 3 atau beberapa minggu ).
Ada
tiga bentuk tetanus yang dikenal secara klinis, yakni
1.
Localited tetanus ( Tetanus Lokal )
2.
Cephalic Tetanus
3.
Generalized tetanus (Tctanus umum)
Selain
itu ada lagi pembagian berupa neonatal tetanus
Kharekteristik dari tetanus
• Kejang bertambah berat selama 3 hari pertama, dan
menetap selama 5 -7 hari.
• Setelah 10 hari kejang mulai berkurang
frekwensinya
• Setelah 2 minggu kejang mulai hilang.
• Biasanya didahului dengan ketegangaan otot
terutama pada rahang dari leher.
Kemudian timbul kesukaran membuka mulut ( trismus,
lockjaw ) karena spasme
• Risus sardonicus karena spasme otot muka dengan
gambaran alis tertarik keatas, sudut mulut tertarik keluar dan ke bawah, bibir
tertekan kuat .
• Gambaran Umum yang khas berupa badan kaku dengan
opistotonus, tungkai dengan
• Eksistensi, lengan kaku dengan mengepal, biasanya
kesadaran tetap baik.
• Karena kontraksi otot yang sangat kuat, dapat
terjadi asfiksia dan sianosis, retensi urin, bahkan dapat terjadi fraktur
collumna vertebralis ( pada anak ).
Ad
1. tetanus lokal (lokalited Tetanus)
Pada lokal tetanus dijumpai adanya kontraksi otot
yang persisten, pada daerah tempat dimana luka terjadi (agonis, antagonis, dan
fixator). Hal inilah merupakan tanda dari tetanus lokal. Kontraksi otot
tersebut biasanya ringan, bisa bertahan dalam beberapa bulan tanpa progressif
dan biasanya menghilang secara bertahap.
Lokal tetanus ini bisa berlanjut menjadi generalized
tetanus, tetapi dalam bentuk yang ringan dan jarang menimbulkan kematian.
Bisajuga lokal tetanus ini dijumpai sebagai prodromal dari klasik tetanus atau
dijumpai secara terpisah. Hal ini terutama dijumpai sesudah pemberian
profilaksis antitoksin.
Ad.2. Cephalic
tetanus
Cephalic
tetanus adalah bentuk yang jarang dari tetanus. Masa inkubasi berkisar 1 –2
hari, yang berasal dari otitis media kronik (seperti dilaporkan di India ),
luka pada daerah muka dan kepala, termasuk adanya benda asing dalam rongga
hidung.
Ad.3 Generalized Tetanus
Bentuk
ini yang paling banyak dikenal. Sering menyebabkan komplikasi yang tidak
dikenal beberapa tetanus lokal oleh karena gejala timbul secara diam-diam.
Trismus merupakan gejala utama yang sering dijumpai ( 50 %), yang disebabkan
oleh kekakuan otot-otot masseter, bersamaan dengan kekakuan otot leher yang
menyebabkan terjadinya kaku kuduk dan kesulitan menelan. Gejala lain berupa
Risus Sardonicus (Sardonic grin) yakni spasme otot-otot muka, opistotonus (
kekakuan otot punggung), kejang dinding perut. Spasme dari laring dan otot-otot
pernafasan bisa menimbulkan sumbatan saluran nafas, sianose asfiksia. Bisa
terjadi disuria dan retensi urine,kompressi frak tur dan pendarahan didalam
otot. Kenaikan temperatur biasanya hanya sedikit, tetapi begitupun bisa
mencapai 40 C. Bila dijumpai hipertermi ataupun hipotermi, tekanan darah tidak
stabil dan dijumpai takhikardia, penderita biasanya meninggal. Diagnosa
ditegakkan hanya berdasarkan gejala klinis.
Ad.4. Neotal tetanus
Biasanya disebabkan infeksi C. tetani, yang masuk
melalui tali pusat sewaktu proses pertolongan persalinan. Spora yang masuk
disebabkan oleh proses pertolongan persalinan yang tidak steril, baik oleh
penggunaan alat yang telah terkontaminasi spora C.tetani, maupun penggunaan
obat-obatan Wltuk tali pusat yang telah terkontaminasi.
Kebiasaan menggunakan alat pertolongan persalinan
dan obat tradisional yang tidak steril,merupakan faktor yang utama dalam
terjadinya neonatal tetanus.
Menurut
penelitian E.Hamid.dkk, Bagian Ilmu Kesehatan Anak RS Dr.Pringadi Medan, pada
tahun 1981. ada 42 kasus dan tahun 1982 ada 40 kasus tetanus. Biasanya ditolong
melalui tenaga persalianan tradisional ( TBA =Traditional Birth Attedence ) 56
kasus ( 68,29 % ), tenaga bidan 20 kasus ( 24,39 % ) ,dan selebihnya melalui
dokter 6 kasus ( 7, 32 %) ). Berikut ini tabel. Yang memperlihatkan instrument
Untuk memotong tali pusat.
DIAGNOSIS
Diagnosis
tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat, berupa
:1.Gejala klinik
2.
Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
3. Kultur: C. tetani (+).
4. Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai
myoglobinuria
DIAGNOSIS BANDlNG
Untuk membedakan diagnosis banding dari tetanus,
tidak akan sular sekali dijumpati dari pemeriksaan fisik, laboratorium test
(dimana cairan serebrospinal normal dan pemeriksaan darah rutin normal atau
sedikit meninggi, sedangkan SGOT, CPK dan SERUM aldolase sedikit meninggi
karena kekakuan otot-otot tubuh), serta riwayat imunisasi, kekakuan otot-otot
tubuh), risus sardinicus dan kesadaran yang tetap normal.
PROGNOSIS
Prognosis tetanus diklassikasikan dari tingkat
keganasannya, dimana :
1.
Ringan; bila tidak adanya kejang umum ( generalized spsm )
2.
Sedang; bila sekali muncul kejang umum
3.
Berat ; bila kejang umum yang berat sering terjadi.
Masa
inkubasi neonatal tetanus berkisar antara 3 -14 hari, tetapi bisa lebih pendek
atau pun lebih panjang. Berat ringannya penyakit juga tergantung pada lamanya
masa inkubasi, makin pendek masa inkubasi biasanya prognosa makin jelek.
Prognosa
tetanus neonatal jelek bila:
1.
Umur bayi kurang dari 7 hari
2.
Masa inkubasi 7 hari atau kurang
3.
Periode timbulnya gejala kurang dari 18 ,jam
4.
Dijumpai muscular spasm
KOMPLIKASI
Komplikasi pada tetanus yaang sering dijumpai:
laringospasm, kekakuan otot-otot pematasan atau terjadinya akumulasi sekresi
berupa pneumonia dan atelektase serta kompressi fraktur vertebra dan laserasi
lidah akibat kejang. Selain itu bisa terjadi rhabdomyolisis dan renal failure.
PENATALAKSANAAN
A.
UMUM
Tujuan
terapi ini berupa mengeliminasi kuman tetani, menetralisirkan peredaran toksin,
mencegah spasme otot dan memberikan bantuan pemafasan sampai pulih. Dan tujuan
tersebut dapat diperinci sbb :
1.
Merawat dan membersihkan luka sebaik-baiknya, berupa:
-membersihkan
luka, irigasi luka, debridement luka (eksisi jaringan nekrotik),membuang benda
asing dalam luka serta kompres dengan H202 ,dalam
hal ini penata laksanaan, terhadap luka tersebut
dilakukan 1 -2 jam setelah ATS dan pemberian Antibiotika. Sekitar luka disuntik
ATS.
2.
Diet cukup kalori dan protein, bentuk makanan tergantung kemampuan
membuka
mulut dan menelan. Hila ada trismus, makanan dapat diberikan personde atau
parenteral.
3.
Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara dan tindakan terhadap
penderita
4.
Oksigen, pernafasan buatan dan trachcostomi bila perlu.
5.
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
B. Obat- obatan
B.1. Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari
selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus pada anak dapat diberikan Peniciline
dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan selama 7-10 hari. Bila
sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain seperti
tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan
diberikan dalam dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena,
dapat digunakan dengan dosis 200.000 unit /kgBB/
24
jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk
vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin yang dihasilkannya. Bila dijumpai
adanya komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum dapat dilakukan(1,8.10).
B.2. Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus
Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-6000 U, satu kali pemberian saja,
secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG mengandung
"anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat mencetuskan
reaksi allergi yang serius.
Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan
tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara
pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan
NaC1 fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah
diselesaikan dalam waktu 30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U)
diberikan secara IM pada daerah pada sebelah luar.
B.3.Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan
bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat
suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus
dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap tetanus selesai.
Berikut ini, tabel 4. Memperlihatkan petunjuk
pencegahan terhadap tetanus pada keadaan luka
B.4. Antikonvulsan
Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum
adalah kejang klonik yang hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta
komplikaisnya. Dengan penggunaan obat – obatan sedasi/muscle relaxans,
diharapkan kejang dapat diatasi.
Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam
(IM) Depressi pernafasan
PENCEGAHAN
Seorang penderita yang terkena tetanus
tidak imun terhadap serangan ulangan artinya dia mempunyai kesempatan yang sama
untuk mendapat tetanus bila terjadi luka sama seperti orang lainnya yang tidak
pernah di imunisasi. Tidak terbentuknya kekebalan pada penderita setelah ianya
sembuh dikarenakan toksin yang masuk kedalam tubuh tidak sanggup untuk
merangsang pembentukkan antitoksin ( kaena tetanospamin sangat poten dan
toksisitasnya bisa sangat cepat, walaupun dalam konsentrasi yang minimal, yang
mana hal ini tidak dalam konsentrasi yang adekuat untuk merangsang pembentukan
kekebalan).
Ada beberapa kejadian dimana dijumpai
natural imunitas. Hal ini diketahui sejak C. tetani dapat diisolasi dari tinja
manusia. Mungkin organisme yang berada didalam lumen usus melepaskan imunogenic
quantity dari toksin. Ini diketahui dari toksin dijumpai anti toksin pada serum
seseorang dalam riwayatnya belum pernah di imunisasi, dan dijumpai/adanya
peninggian titer antibodi dalam serum yang karakteristik merupakan reaksi secondary
imune response pada beberapa orang yang diberikan imunisasi dengan tetanus
toksoid untuk pertama kali.
Dengan dijumpai natural imunitas ini,
hal ini mungkin dapat menjelaskan mengapa insiden tetanus tidak tinggi, seperti
yang semestinya terjadi pada beberapa negara dimana pemberian imunisasi tidak
lengkap/ tidak terlaksana dengan baik.
Sampai pada saat ini pemberian imunisasi
dengan tetanus toksoid merupakan
satu-satunya cara dalam pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan
dengan pemberian imunisasi telah dapat dimulai sejak anak berusia 2 bulan,
dengan cara pemberian imunisasi aktif( DPT atau DT ).
KEPUSTAKAAN :
Adams. R.D,et al : Tetanus in :Principles of
New'ology,McGraw-Hill,ed 1997, 1205-1207.
Feigen. R.D : Tetanus .In : Bchrmlan R.E, Vaughan V C , Nelson W.E
, eds. Nelson Textbook of pediatrics, ed. 13 th, Philadelphia, W.B Saunders
Company, 1987, 617 - 620.
Glickman J, Scott K.J, Canby R.C: Infectious Disese, Phantom notes
medicine ,ed. 6 th, Info Acces and Distribution Ltd, Singapore,1995, 53-55.
Gilroy, John MD, et al :Tetanus in : Basic Neurology, ed.1.982,
229-230
Harrison: Tetanus in :Principles of lnternal Medicine, volume 2,
ed. 13 th, McGrawHill. Inc,New York, 1994, .577-579.
Hendarwanto: llmu Penyakit Dalam, jilid 1, Balai Penerbit FK UI,
Jakarta, 1987,
49- 51.
Hamid,E.D, Daulay, AP, Lubis, CP, Rusdidjas, Siregar H : Tetanus
Neonatorum in babies Delivered by Traditional Birth Attendance in Medan, Vol.
25, Paeditrica Indonesiana, Departement of Child Health, Medical School
University of lndonesia, Sept-Okt 1985, 167 -174.
Krugman Saaul, Katz L.. Samuel, Gerhson AA, Wilfert C ; Infectious
diiseases of children, ed. 9 th, St Louis, Mosby, 1992, 487-490
Lubis, CP: Management of Tetanus in Children, Paeditricaa
Indonesiana, vol.33, Depart. Of Child Health, Medical School, University of
Indonesia, Sept-Okt 1993, 201-208.
Lubis, CP :Tetanus Neonatorum dan anak, Diktat Kuliah Ilmu
Kesehatan Anak, Peny. lnfeksi, bag II, Balai Penerbit FK USU, Medan, 1989,
21-40.
Menkes, JH: Textbook of child Neurology, in Tetanus Neonatorun,
ed. 3 th, Lea and Frebringer, Philadelphia, 1985, 521-522.
Peter. G. Red Book, Report of the committee on infectious
diseases, ed.24 th, American Academy of Pediatrics, 1997, 518-519.
Scheld, Michael W. Infection of the central nervous system, Raven
Press Ltd, New York, 1991, 603 -620..