CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE
PENDAHULUAN
Walaupun nama Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau
‘Penyakit Paru Obstruktif Kronik’ (PPOK) sangat sering digunakan diklinis,
belum ada kesepakatan umum tentang definisinya yang sebenarnya. Menurut
sebagian literatur definisi COPD secara mutlak berdasarkan tes fungsi paru dan
ditegakkan diaknosanya bila dijumpai bukti nyata obstruksi aliran udara yang
menetap dan ireversibel. Literatur lain menggunakan istilah ini dalam konteks
yang lebih fleksibel untuk merangkumi penyakit bronkitis kronis dan empisema
walaupun diketahui bahwa pada beberapa keadaan tertentu penyakit tersebut dapat
dijumpai tanpa adanya obstruksi.(1) COPD sendiri bukan suatu diagnosa,
melainkan suatu kumpulan penyakit dengan gejala klinik yang hampir sama. Dalam
perjalanannya, COPD dapat berubah karakter, misalnya:
J Pada
masa bayi timbul asma bronkial
J Pada
usia 30 – 40 tahun timbul bronkitis menahun
J Pada
usia tua timbul empisema
DEFINISI
COPD adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh
keterbatasan aliran udara disaluran nafas yang bersifat progresif, non
refersibel atau refersibel partial. Keterbatasan aliran udara biasanya dihubungkan
dengan respons inflamasi abnormal terhadap partikel berbahaya atau gas. Maka,
yang termasuk COPD adalah bronkitis kronik dan empisema atau gabungan keduanya.
Bronkitis kronis
Bronkitis kronis
adalah satu kelainan saluran nafas yang ditandai dengan batuk kronis berdahak
sekurang-kurangnya 3 bulan pertahun, dan berlangsung selama 2 tahun
berturut-turut dan tidak disebabkan penyakit lain. Penyakit ini perlu dibedakan
dari tuberkulosis paru, bronkiektasis, tumor paru, dan asma bronkiale.
Empisema
Empisema adalah
suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal
bronkiolis terminal, disertai kerusakan dinding alveoli.
ETIOLOGI
Faktor yang
menyebabkan timbulnya COPD adalah:
J Kebiasaan merokok
J Polusi udara
J Paparan debu, asap, dan
gas-gas kimiawi akibat kerja
J Riwayat infeksi saluran nafas
J Bersifat genetik yaitu
defisiensi a-1 antitripsin.
PATOGENESA
Pada bronkitis
kronis maupun empisema terjadi penyempitan saluran nafas. Penyempitan ini dapat
menyebabkan abstruksi jalan nafas dan menimbulkan sesak. Pada bronkitis kronis
sesak nafas terutama disebabkan karena perubahan pada saluran pernafasan kecil,
yang diameternya kurang dari 2 mm menjadi lebih sempit, berkelok-kelok dan
kadang-kadang terjadi obliterasi. Penyempitan ini terjadi karena metaplasia sel
goblet. Saluran nafas besar juga menyempit karena hipertropi dan hiperplasi
kelenjer mukus. Obstruksi saluran nafas juga disebabkan oleh penebalan mukosa
serta sekresi mukus (dahak) yang berlebihan.
Pada empisema
paru pelebaran permanen bagian saluran nafas di distal bronkiolus terminalis
disertai destruksi dari dindingnya. Terdapat banyak keadaan lain dimana
dijumpai pelebaran saluran nafas bagian ini tetapi tidak disertai destruksi
dinding. Kelainan-kelainan ini tidak termasuk empisema tetapi dinamakan hiperinflasi (misalnya, pada keadaan peleburan
saluran nafas paru yang tinggal setelah pneumonectomy unilateral). Patogenesa
empisemamasih belum diketahui dengan pasti. Hipotesa yang paling banyak
diterima adalah penurunan elastisitas paru-paru akibat aktifitas protease atau
elastase yang berlebihan oleh karena regulasi antiprotease yang terganggu. Ini
terbukti dari penelitian yang menunjukkan bahwa penderita defisiensi a-1 antitripsin lebih cenderungmenderita empisema. Secara singkat
mekanisme terjadinya empisema adalah: (1). Neutrofil Secara normal terdapat
dalam kapiler, termasuk kapiler paru, dan sebagian dapat masuk kedalam rongga
alveolus. (2). Semua jenis stimulus yang meningkatkan jumlah leukosit dalam
paru (neutrofil ataupun makrofag) ataupun pelepasan granul-granul yang
mengandung elastase akan meningkatkan aktivitas elastolitik. (3). Dengan kadar a-1 antitripsin serum yang rendah, aktivitas elastase tidak terhambat dan
ini mengakibatkan empisema. Hubungan merokok dengan empisema dapat dijelaskan
dengan teori ini, karena:
J Jumlah neutrofil dan makrofag dalam alveolus perokok lebih tinggi
J Merokok dapat menstimulasi pelapasan elastase dari neutrofil
J Merokok meningkatkan aktivitas elastase makrofag; elastase makrofag
sendiri tidak dapat dihambat oleh a-1 antitripsin. Justru elastase ini dapat mencerna antiprotease ini
secara proteolitik
J Oksidan dalam asap rokok serta radikal bebas tanpa oksigen yang
dilepaskan neutrofil dapat menginhibisi a-1 antitripsin dan selanjutnya mengurangkan aktivitas antiprotease pada
perokok.
DIAGNOSA
Gejala dan tanda
dari COPD sangat bervariasi, mulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga
gejala berat. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan sampai kelainan
jelas dan tanda inflasi paru.
Diagnosa COPD di
tegakkan berdasarkan:
A. Gambaran
klinis
a. Amnesia
- Keluhan
- Riwayat
penyakit
- Faktor
predisposisi
b. Pemeriksaan fisik
B. Pemeriksaan
penunjang
a. Pemeriksaan rutin
b. Pemeriksaan khusus
Gambaran
Klinis
1. Anemnesis
a. Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala pernafasan
b. Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
c. Riwayat penyakit empisema pada keluarga
d. Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi dan anak misalnya BBLR,
infeksi saluran nafas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara
e. Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
f. Sesak dengan atau tanpa bunyi
2. Pemeriksaan
Fisik
COPD ini umumnya tidak ada kelainan
J Inspeksi
- Pursed-lips breathing (mulut setengah terkatup/mencucu)
- Barrel chest (diameter antero-posterior dan
transversal sebanding)
- Penggunaan obat bantu pernafasan
- Hipertropi otot bantu pernafasan
- Pelebarab sela iga
- Bila terjadi
gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugalaris di leher dan edema tungkai
- Penampilan pink puffer atau blue
bloater
J Palpasi
- Pada empisema fremitus melemah
- Sela iga melebar
J Perkusi
- Pada empisema hipersonor
- Batas jantung mengecil
- Letak diafragma rendah, hepar
terdorong kebawah
J Auskultasi
- Suara nafas vesikuler normal, atau
melemah
- Terdapat
ronki dan atau mengi pada waktu bernafas biasa atau pada ekspirasi paksa
- Ekspirasi memanjang
- Bunyi jantung terdengar jauh
Pink puffer ~ gambaran
yang khas pada empisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernafasan pursed-lips breathing
Blue bloater ~ gambaran
khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk, sianosis, terdapat oedem tungkai
dan ronki basah di basal paru, sianosis adalah tipe sentral dan perifer.
Pemeriksaan
Penunjang
1. Faal paru
- Spirometri (VEP1, VEP1 prediksi, KVP, VEP1/KVP)
- Uji
bronkodilator
2. Darah rutin, Hb, Ht dan Leukosit
3. Radiologi
Foto toraks PA
dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru lain.
Pada empisema
terdapat gambaran:
- Hiperinflasi
- Hiperlusen
- Ruang retrosternal melebar
- Diafragma mendatar
- Jantung mengantung (jantung pendulum/tear
drop/eye drop appearance)
Pada bronkitis
kronis terdapat gambaran:
- Normal
- Corakan vaskuler bertambah pada 21 %
kasus
4. Analisa gas darah
5. Elektrokardiografi
Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh P pulmonal dan
hipertropi ventrikel kanan
DIAGNOSA BANDING
J Asma bronkiale
J SOPT (Sindroma Obstruksi Pasca Tuberkulosis)
Adalah penyakit obstruksi saluran nafas yang ditemukan pada penderita
pasca tuberkulosis dengan lesi paru yang minimal
J Pneumotoraks
J Gagal jantung kronis
J Penyakit paru dengan obstruksi saluran nafas lain, misalnya:
bronkiektasis,destroyed lung.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
PPOK secara umum meliputi:
1. Edukasi
Hal ini sangat penting dalam pengelolaan jangka panjang penderita PPOK,
misalnya menyuruh penderita berhenti merokok, cara menggunakan obat yang benar
(oral,nebulezer dan lain-lain)
2. Obat-obatan
a. Bronkodilator
Diberikan secara tunggal atau kombinasi dari ketiga jenis
bronkodilator disesuaikan dengan derajat penyakit. Sebaiknya digunakan secara
inhalasi, nebulizer tidak dianjurkan pada pemakaian jangka panjang.
b. Anti
inflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau intra
vena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih golongan
metilprednisolon atau prednison.
c. Antibiotika
Lini I : Amoksisilin atau
Makrolid
Lini II : Amoksisilin dan asam Kluvanalat
Sefalosporin
Kuinolon
d. Antioksidan
Dapat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualitas hidup, digunakan
N-asetilsistein. Dapat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering,
tidak dianjurkan sebagai pemberian yang rutin.
e. Mukolitik
Hanya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan mempercepat
perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronis dengan sputum yang
viscous. Mengurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronis, tetapi tidak
dianjurkan sebagai pemberian rutin.
f. Antitusik
Diberikan dengan hati-hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar