KERATOSIS OBLITERANS
Pendahuluan
Keratosis obliterans
adalah pertumbuhan yang berlebihan dari jaringan epitel liang telinga luar.
Keratosis obliterans jarang terjadi. Biasanya secara kebetulan ditemukian oleh
pemeriksa dalam pemeriksaan otoskopi. Keratosis obliterans biasanya ditemukan
secara bilateral dan dapat disertai dengan bronkiektasis dan sinusitis kronis.
Pada tahun 1850 Tonybee
menemukan gejala awal pada keratosis obliterans yaitu berupa penumpukan
jaringan epitel pada liang telinga, yang dideskripsikan secara sama dengan
extra auditory canal cholesteatoma(EACC)
Pada tahun 1980 oleh Piepergedes et al menyatakan
bahwa EACC berbeda dengan keratosis obliterans.
Pasien dengan Keratosis Obliterans
dating biasanya dengan keluhannyeri dan gangguan pendengaran dan dapat pula
disertai dengan gejala seperti metallic taste.
Pasien dapat datang tanpa gangguan telinga tetapi
hanya dengan gangguan metallic taste saja.
ANATOMI TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri
dari daun telinga dan laingnya, sampai membrana tympani.
Daun telinga terdiri dari tulang rawan elastin dan
kulit. Bentuk tulang rawan ini unik dan dalam merawat telinga luar, harus
diusahakan untuk memeprtahankan bangunan ini. Kulit dapat terlepas dari rawan
dibawahnya oleh hematom atau pus, dan rawan yang nekrosis dapat menimbulkan
deformitas kosmetik pada pinna.
Liang telinga berbentuk
huruf S, dengan rangka tulang rawan pada 1/3 bagian luar dan 2/3 bagtian dalam
rangkanya terdiri dari tulang. Panjang dari liang telinga ini berkisar 2 ½
sampai 3 cm. Meatus dilapisi oleh kulit dan sepertiga bagian luarnya memiliki
rambut, kelenjar sebasea, dan kelenjar serumen. Yang terakhir ini adalah
modifikasi kelenjar keringat, yang menghasilkan lilin coklat kekuningan. Rambut
dan lilin ini merupakan sawar lengket yang mencegah masuknya benda-benda asing.
Sendi temporo
mandibular dan kelenjar parotis terletak didepan liang telinga sementara
prosesus mastoideus terletak dibelakangnya. Saraf fasialis meninggalkan foramen
stilomastoideus dan berjalan kelateral menuju prosesus stiloideus di
posteroinferior liang telinga dan kemudian berjalan dibawah liang telinga unutk
memasuki kelenjar parotis.
Suplay darah dari medial liang telinga luar di
suplay oleh artei auricular bagian dalam, salah satu cabang dari arteri
maxilaris interna.Arteri auricular masuk kedalam saluran di sambungan tulang
rawan dan mengirimkan beberapa pembuluh darah sepanjang saluran bagian dinding
superior menuju tympani. Saluran bagian lateral didarahi oleh posterior
auricular dan arteri temporal superior. Saluran vena melalui auricular
posterior dan vena temporalis superficialis yang sesudah itu berkombinasi untuk
membentuk vena jugularis externa. Getah bening secara typical mengikuti aliran
vena tersebut dan mengalir ke parotid dan post auricular node seiring dengan
node servical sepanjang vena jugularis externa.
Persarafan telinga luar adalah kompleks dan
tumpang tindih. Nervus cranialaisd V,VII, IX dan X berkontribusi didalamnya.
Aurikel sendiri menerima sebagian dari peryarafan dari plexus cervikalis
melalui nervus auricular yang besar. Cabang auriculotemporal dari divis
mandibula dari CN V mensuplay bagian superior dan anterior, sedangkan bagian
inferior dan posterior di suplay oleh CN VII,IX, dan X melalui cabang auricular
dari nervus Vagus.
Membrana tympani berbentuk bundar dan cekung
bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang
telinga. Bagian atas disebut pars flaksida dan bagian bawah disebut pars tensa.
Pars flaksida hanya berlapis dua yaitu, bagian luar ialah lanjutan epitel kulit
liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel
mukosa saluran pernafasan. Pars tensa memiliki satu lapisan di tengah yaitu
lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan
secara radier dibagian luar dan sirkuler pada bagian dalam.
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada
membran tympani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya
keraha bawah yaitu pada pukul 7 untuk membrana tympani kiri dan pada pukul 5
untuk membrana tympani kanan. Reflek cahaya adalah reflek yang dipantulkan dari
luar oleh membrana tympani. Di membran tympani terdapat 2 macam serabut,
sirkuler dan radier. Serabut inilah yang menyebabkan terjadinya reflek cahaya
pada membran tympani.
Membran tympani dibagi atas 4 kuadran dengan
menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus
pada garis itu di umbo, sehingga didaptkan bagian atas-depan, atas-belakang,
bawah-depan, serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi tympani.
FISIOLOGI PENDENGARAN
Sampai
pada tingkat tertentu npinna adalah suatu pengumpul suara, sementara liang
telinga karena bentuk dan dimensinya dapat sangat memperbesar suara dalam
rentang 2 sampai 4 kHz perbesaran pada frekuensi ini adalah sampai pada 10
sampai 15 dB.
Getaran
yang melewati liang telinga disampaikan ke membrana tympani hingga membrana
tympani bergetar, diteruskan ketelinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran
yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membrana tympani dan tingkap lonjong.
Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan di teruskan ke stapes yang menggerakkan
tingkap lonjong, sehingga perilimfa pada skala vestibuli bergerak. Getaran
diteruskan melalui membrana reissner yang mendorong endolimf sehingga akan
menimbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria.
Proses
ini merupakan rangsang mekanik yang m enyebakan terjadinya defleksi stereosilia
sel-sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan
listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut,
sehingga melepaskan neurotransmitter ke sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan kenukleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) dilobus temporalis.
ETIOLOGI
Tidak
ada penyebab pasti . Walaupun , dapat disebabkan oleh hyperemia kronis yang
meningkatkan desquamasi dari keratin dan pembentukan epidermal debris.
Teori
lain menyangkut penyebab meliputi broncheotracheosinusitis, yang mana suatu
refleks sistem nervus simpatik pada glandula serumen menyebabkan hyperemia dan
keratin yang berkembang.
Dapat pula suatu kesalahan migrasi epithelium
indera pendengar yang bertanggung jawab untuk akumulasi terkumpulnya debris.
Migrasi yang abnormal mungkin adalah dalam kaitan dengan suatu radang yang
dicetuskan karena virus.
PATOFISIOLOGI
Terdapat dua bentuk yang berbeda dari keratosis
obliterans.
Bentuk pertama terdapat suatu radang kronis di
dalam subepithelial jaringan dan ini adalah yang bertanggung jawab terhadap
hyperplasia epithelium dan akumulasi keratin di dalam saluran eksternal liang
telinga.
Bentuk kedua tidak ada radang di dalam lapisan
kulit saluran yang eksternal liang telinga. Bentuk yang kedua ini terjadi
secara bilateral dan mungkin ada kaitan dengan keturunan atau didapat dalam
suatu enzim ( belum dikenali) yang bertanggung jawab untuk separasi lapisan
keratin yang dangkal. Ini terjadi jika lapisan ini keluar secara normal.
Keratosis obliterans yang berhubungan dengan
radang kronis, epithelium di dalam saluran liang telinga luar dapat diobati
ketika keratin dipindahkan dan mendasari radangsukses diterapi. Bagaimanapun,
pasien dengan keratosis obliterans yang tidak berhubungan dengan radang dari
saluran kulit akan memerlukan pembersihan telinga secara reguler karena
berhubungan dengan mekanisme perpindahan normal dari epitel. Terapi dilakukan dengan
mikrosuctin reguler hingga penumpukan debris di liang telingta luar berkurang.
Diperlukan terapi ulang setia lima hingga 6 bulan sekali hingga timbul rasa
metalik kembali.
GAMBARAN KLINIS
Gejala
secara konvensional terdapat bilateral (kasus masa kanak-kanak yang lebih
sering, sedangkan penyakit secara unilateral terjadi lebih banyak pada dewasa)
·
Mengenai umur muda, kurang dari 40 tahun.
·
Akut
·
Kehilngan pendengaran secara konduktif
·
Kadang-kadang otorrhea
·
Penebalan tympani karena desakan dari keratin
·
Kemungkinan adanya granulasi
·
Pelebaran
saluran telinga
·
Pada pengujian histopatologi keratin berbentuk
lamelar seperti daun..
·
Kondisi dihubungkan dengan eksim, infeksi kulit
seborrheic dan/atau furunculosis dan berhubungan dengan radang dalam selaput
lendir dan/atau bronchiectasis
PEMERIKSAAN
·
Otoskopi untuk melihat adanya penumpukan keratin
·
Audiogram untuk melihat conductif hearing loss
·
CT untuk mengevaluasi kelainan jaringanlunak dari
saluran liang telinga luar
·
Histopatologi
THERAPI
Penyakit ini biasanya dapat di kontrol dengan
melakukan pembersihan liang telinga secara periodic, misalnya setiap 3 bulan.
Pemberian obat tetes telinga dari campuran alcohol atau gliserin dalam
peroksida 3 %, 3 kali seminggu sering kali dapat menolong.
Yang paling penting adalah membuat liang
telinga berbentuk seperti corong sehingga pembersihan liang telinga secara
spontan dapat lebih terjamin.
KESIMPULAN
Keratosis obliterans jarang terjadi dan
biasanya bilateral pada anak-anak dan unilateral pada dewasa.
Penyebab dari Keratosis obliterans sampai saat
ini belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkannya.
Pasien dating biasa dengan gangguan pendengaran
atau tanpa gangguan pendengaran
Pasien diterapi dengan pembersihan liang
telinga yang regular setiap 3 atau 6 bulan sekali agar liang telinga bersih dan
dapat terhindar dari penyakit ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar